وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku"

  • Radio Online

  • Larangan Fanatik Buta

    Al-Imam asy-Syafi’i (Madzhab Syafi'i) mengatakan:
    كل مسألة صح فيها الخبر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم عند أهل النقل بخلاف ما قلت؛ فأنا راجع عنها في حياتي وبعد موتي
    “Semua permasalahan yang sudah disebutkan dalam hadits yang sahih dari Rasulullah dan berbeda dengan pendapat saya, maka saya rujuk dari pendapat itu ketika saya masih hidup ataupun sudah mati.”

    Al-Imam Malik (Madzhab Maliki) mengatakan:
    إنما أنا بشر أخطئ وأصيب، فانظروا في رأيي؛ فكل ما وافق الكتاب والسنة فخذوه، وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة فاتركوه
    “Saya hanyalah manusia biasa, mungkin salah dan mungkin benar. Maka perhatikanlah pendapat saya, jika sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka ambillah. Apabila tidak sesuai dengan keduanya maka tinggalkanlah.”

    Al-Imam Abu Hanifah (Madzhab Hanafi) mengatakan:
    لا يحل لأحد أن يأخذ بقولنا ما لم يعلم من أين أخذناه
    وفى رواية: «حرام على مَن لم يعرف دليلي أن يفتى بكلامي «فإننا بشر، نقول القول اليوم ونرجع عنه غدًا
    “Tidak halal bagi siapa pun mengambil pendapat kami tanpa mengetahui dari mana kami mengambilnya.” Dalam riwayat lain, beliau mengatakan, “Haram bagi siapa pun yang tidak mengetahui dalil yang saya pakai untuk berfatwa dengan pendapat saya. Karena sesungguhnya kami adalah manusia, perkataan yang sekarang kami ucapkan, mungkin besok kami rujuk (kami tinggalkan).”

    Al-Imam Ahmad Bin Hambal( Madzab Hambali mengatakan):
    لا تقلدني، ولا تقليد مالكًا ولا الشافعي ولا الأوزاعي ولا الثوري، وخذ من حيث أخذوا
    “Janganlah kalian taklid kepada saya dan jangan taklid kepada Malik, asy-Syafi’i, al-Auza’i, ataupun (Sufyan) ats-Tsauri. Tapi ambillah (dalil) dari mana mereka mengambilnya.”

  • Mutiara Alquran

    اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

    Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

  • Admin Setting

  • Maaf Komentar Yang Dicurigai Bervirus Diblokir

  • Mutiara Sunnah

    وعن أبي العباس سهل بن سعد الساعدي رضي الله عنه قال جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله دلني على عمل إذا عملته أحبني الله وأحبني الناس فقال ازهد في الدنيا يحبك الله وازهد فيما عند الناس يحبك الناس حديث حسن رواه ابن ماجه وغيره بأسانيد حسنة

    Dari Abu Abbas, yaitu Sahal bin Sa’ad as-Sa’idi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , katanya: “Ada seorang lelaki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu berkata: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah padaku sesuatu amalan yang apabila amalan itu saya lakukan, maka saya akan dicintai oleh Allah dan juga dicintai oleh seluruh manusia.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berzuhudlah di dunia, tentu engkau akan dicintai oleh Allah dan berzuhudlah dari apa yang dimiliki oleh para manusia, tentu engkau akan dicintai oleh para manusia.” Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lain-lainnya dengan isnad-isnad yang baik.

    وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ألا إن الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله تعالى وما والاه وعالما ومتعلما رواه الترمذي وقال حديث حسن

    Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , katanya: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Ingatlah, sesungguhnya dunia itu dilaknat, dilaknat pula segala sesuatu yang ada di dalamnya, melainkan berzikir kepada Allah dan apa-apa yang menyamainya, juga orang yang alim serta orang yang menuntut ilmu.”Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

    وعن سهل بن سعد الساعدي رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لو كانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة ما سقى كافرا منها شربة ماء رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح

    Dari Sahal bin Sa’ad as-Sa’idi Radhiyallahu ‘anhu , katanya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda“Jika seandainya dunia ini di sisi Allah dianggap ada nilainya dengan selembar sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air darinya.” Diriwayatkan oleh Imam Termidzi

  • Mutiara Ulama Salaf’

    أَخِي لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ "Wahai Saudaraku Kalian Tidak Bisa Mendapatkan Ilmu Kecuali Dengan 6 Syarat Yang Akan Saya Beritahukan" 1.Dengan Kecerdasan, 2.Dengan Semangat , 3.Dengan Bersungguh-sungguh , 4.Dengan Memiliki bekal (biaya), 5.Dengan Bersama guru dan , 6.Dengan Waktu yang lama, (Imam Syafi'i Rahimahulloh)

Ahlussunnah Wal Jama’ah, Siapakah Mereka?

Posted by Admin Ma'had Annashihah Cepu pada Juli 3, 2009

Ahlussunnah Wal Jama’ah, Siapakah Mereka?

Mengetahui siapa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah perkara yang sangat penting dan salah satu bekal yang harus ada pada setiap muslim yang menghendaki kebenaran sehingga dalam perjalanannya di muka bumi ia berada di atas pijakan yang benar dan jalan yang lurus dalam menyembah Allah Subhanahu wata’ala sesuai dengan tuntunan syariat yang hakiki yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu ‘alai wassallam empat belas abad yang lalu.

 Pengenalan akan siapa sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah ditekankan sejak jauh-jauh hari oleh Rasulullah r kepada para sahabatnya ketika beliau berkata kepada mereka :

 افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

 “Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”. Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.

 Demikianlah umat ini akan terpecah, dan kebenaran sabda beliau telah kita saksikan pada zaman ini yang mana hal tersebut merupakan suatu ketentuan yang telah ditakdirkan oleh Allah I Yang Maha Kuasa dan merupakan kehendak-Nya yang harus terlaksana dan Allah I Maha Mempunyai Hikmah dibelakang hal tersebut.

 Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafidzahullahu- menjelaskan hikmah terjadinya perpecahan dan perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun ‘Anil Firaq cet. Darus Salaf hal.23-24 beliau berkata : “(Perpecahan dan perselisihan-ed.) merupakan hikmah dari Allah I guna menguji hamba-hambaNya hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan hawa nafsu dan sikap fanatisme.

 

Allah  berfirman :

ألم أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُون وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِين َ(العنكبوت 1-3) 

 

“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia Maha Mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankabut : 29 / 1-3).

 

Dan Allah  berfirman  :

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ  (هود : 118-119)

“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan : “Sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”. (QS. Hud : 10 / 118-119)

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (اللأنعام : 35)

“Dan kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil”. (QS. Al-‘An’am : 6 / 35).”

 

Dan Allah ’Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Merahmati hambaNya. Jalan kebenaran telah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya sebagaimana dalam sabda Rasululullah r :

 

قَدْْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْمَحَجَّةِ الْبَيْضَاءِ لَيْلِهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ إِلاَّ هَالِكٌ

 

“Sungguh saya telah meninggalkan kalian di atas petunjuk yang sangat terang malamnya seperti waktu siangnya tidaklah menyimpang darinya setelahku kecuali orang yang binasa”. Hadits Shohih dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalul Jannah.

 

Dan dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu ‘anhu-  :

 

خَطَّ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ    يَوْمًا خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيْلُ اللهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوْطًا عَنْ يَمِيْنِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيْلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُوْ إِلَيْهِ ثُمَّ تَلاَ ] وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوْا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ      [

 “Pada suatu hari Rasulullah r menggaris di depan kami satu garisan lalu beliau berkata : “Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau menggaris beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya lalu beliau berkata : “Ini adalah jalan-jalan, yang di atas setiap jalan ada syaithon menyeru kepadanya”. Kemudian beliau membaca (ayat) : “Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu maka ikutilah jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) maka kalian akan terpecah dari jalanNya”.

“Pada suatu hari Rasulullah r menggaris di depan kami satu garisan lalu beliau berkata : “Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau menggaris beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya lalu beliau berkata : “Ini adalah jalan-jalan, yang di atas setiap jalan ada syaithon menyeru kepadanya”. Kemudian beliau membaca (ayat) : “Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu maka ikutilah jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) maka kalian akan terpecah dari jalanNya”.

 

94 Tanggapan to “Ahlussunnah Wal Jama’ah, Siapakah Mereka?”

  1. roney22 said

    tidak ada penjelasan yang detail secara wacana tulisan ente(antum), bentuknya saya nilai terlalu normatif dan tekstual belaka. kalau di Indonesia sudah jelas yaitu Nahdhatul Ulama (NU), bukan karena pengakuan semata mereka, akan tetapi ciri cirinya menunjukkan seperti itu.

    Pengunjung Mas Roniy, Apakah antum minta dijelaskan mana yang kurang detail dan perlu dijelaskan lagi? karena ana menilai pembaca belum memahami penafsiran hadits yang kami usung dalam tulisan ini akan tetapi sudah menetapkan contoh siapa Ahlu Sunnah Duluan.Tafzdol dibaca dengan seksama .

    Ya mas roniy, apakah yang antum maksud dengan ciri-ciri yang ada pada NU adalah tahlilan? atau bancakan 3 Hari, 7hari, Atau 100 hari? atau Mitoni yang sedang hamil 7 bulanan? atau membawa biji bijian yang dikalungkan?Atau Hari Ulang Tahun Nabi?atau mungkin membuat partai dan kelompok?atau mungkin istighosah dengan selingan manakip Syaikh Abdul Qodir Jaelaniy? antum perhatikan perkataan syaikh abdul qodir jaelaniy sendiri dibawah ini bagaimana beliau menuturkan siapa Ahlu Sunnah:

    و قال الشيخ عبد القادر الجيلاني في كتابه “الغُنية” : أما الفرقة الناجية فهي أهل السنة و الجماعة ، و أهل السنة لا اسم لهم إلا اسم واحد و هو أصحاب الحديث.

    Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah Berkata: ” adapun Golongan Yang Selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan Ahlus Sunnah, tidak ada nama lain bagi mereka kecuali satu nama, yaitu Ashhabul Hadits (para ahli hadits).”

    Duhai Mas Roniy semua pengunjung disini Insyalloh juga faham dan bisa menilai apakah ini (( tahlilan? atau bancakan 3 Hari, 7hari, Atau 100 hari? atau Mitoni yang sedang hamil 7 bulanan? atau membawa biji bijian yang dikalungkan?Atau Hari Ulang Tahun Nabi?atau mungkin membuat partai dan kelompok?atau mungkin istighosah dengan selingan manakip Syaikh Abdul Qodir Jaelaniy?)) yang ana tanyakan kepada antum apakah merupakah ciri-ciri ahlu hadits atau ciri ciri mereka yang hanya mengaku ahlu sunnah.

    Mas Namanya Ahlus sunnah itu amalanya sesuai dengan sunnah nabiy dan menjunjung hadits nabiy sholollohualaihi wassalam yang shahih dalam kehidupanya, budi pekertinya, dan semua amalanya disesuaikan dengan apa yang dibawa nabiy sholollohuaam, bukan malah berlainan dengannya bahkan menyelisihinya atau berlawanan dengan sunnahnya, Kalau kita mau jujur insyalloh akan diberikan berkah Oleh Alloh Tabaroka wa ta’ala, Ana sendiri pernah nyantri di Yayasan Ma’arif NU mas selama 3 tahun, jadi kuharap kita semua jujur dengan keadaan yang ada pada kita apakah sesuai dengan sunnah atau tidak.Tafadzol antum perhatikan ciri-ciri ahlu sunnah dibawah ini.

    ~ANA JELASKAN CIRI-CIRI AHLU SUNNAH, MOHON ANTUM PERHATIKAN CIRI-CIRI DENGAN SEKSAMA DAN SAMBIL KITA SEMUA MUHASABAH DIRI :

    1. الفرقة الناجية : هي التي تلتزم منهاج رسول الله صلى الله عليه و سلم في حياته، و منهاج أصحابه من بعده ،

    Golongan Yang Selamat ialah golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah dalam hidupnya, serta manhaj para sahabat sesudahnya

    و هو القرآن الكريم الذي أنزله الله على رسوله، و بينه لصحابته في أحاديثه الصحيحة ،

    Yaitu Al-Qur’anul Karim yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan

    kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih

    و أمر المسلمين بالتمسك بهما

    Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepa-da keduanya:

    فقال : “تركتُ فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما : كتاب الله و سنتي، و لن يتفرقا حتى يردا عليّ الحوض ” (صححه الألباني في الجامع)

    “Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat

    apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga kedua-nya menghantarku ke telaga (Surga).”

    (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’)

    2. الفرقة الناجية تعود إلى كلام الله و رسوله حين التنازع و الاختلاف عملا بقوله تعالى :

    Golongan Yang Selamat akan kembali (merujuk)kepada Kalamullah dan RasulNya tatkala terjadiperselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari firman Allah:

    “فإنْ تنازعتُم في شيء فرُدُّوه إلى الله و الرسول إنْ كنتم تؤمنون بالله و اليوم الآخر ، ذلك خير و أحسن تأويلا” (سورة النساء)

    “Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

    “(An-Nisaa’: 59)

    و قال تعالى:” فلا و ربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ، ثم لا يجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت و يثسلّموا تسليما” (سورة النساء)

    “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan

    mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisaa’: 65)

    3. الفرقة الناجية لا تُقدم كلام أحد على كلام الله و رسوله،عملا بقواه تعالى :

    Golongan Yang Selamat tidak mendahulukan perkataan se-seorang atas Kalamullah dan RasulNya,realisasi dari firman Allah:

    ”يا أيها الذين آمنوا لا تُقدِّموا بين يدَيِ الله و رسولِه ، و اتقوا الله إن الله سميعٌ عليم ” (سورة الحجرات)

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hu-jurat:1)

    و قال ابن عباس : أراهم سيهلكون ! أقول : قال النبي صلى الله عليه و سلم ، و يقولون : قال أبو بكر و عمر(رواه أحمد و غيره، و صححه أحمد شاكر)

    “Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, sedang mereka mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr)

    4. الفرقة الناجية تعتبر التوحيد ،

    Golongan Yang Selamat senantiasa menjaga kemurnian tauhid

    و هو إفراد الله بالعبادة كالدعاء و الاستعانة و الاستغاثة وقت الشدة و الرخاء ، و الذبح و النذر ، و التوطل و الحكم بما أنزل الله ، و غير ذلك من أنواع العبادة هو الأساس الذي تبنى عليه الدولة الإسلامية الصحيحة

    Mengesakan Allah dengan beribadah, berdo’a dan memohon per-tolongan –baik dalam masa sulit maupun lapang,menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah dan berbagai bentuk ibadah lain

    yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar

    ، و لا بد من إبعاد الشرك و مظاهره الموجودة في أكثر البلاد الاسلامية، لأنه من مقتضيات التوحيد ،

    Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala simbol-simbolnya yang banyak ditemui dinegara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid

    و لا يمكن النصر لأي جماعة تُهمل التوحيد ، و لا تكافح الشرك بأنواعه، أسوة بالرسل جميعا و برسولنا الكريم صلوات الله و سلامه عليهم أجمعين.

    Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya.

    5. الفرقة الناجية : يحيون سُنن الرسول صلى الله علسه و سلم في عبادتهم و سلوكهم و حياتهم فأصبحوا غرباءبين قومهم ،

    Golongan Yang Selamat senang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah, baik dalam ibadah, perilaku dan dalam segenap hidupnya Karena itu mereka menjadi orang-orang asing di tengah kaumnya

    كما أخبر عنهم رسول الله صلى الله عليه و سلم بقوله :

    Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shollollohualaihi Wassalam:

    “إن الاسلام بدأ غريبا و سيعود غريبا كما بدأ ، فطوبى للغرباء” (رواه مسلم)

    “Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)

    Tambahan : Dalam riwayat lain disebutkan: “Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak.” (Al-Albani berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih”)

    6. الفرقة الناجية : لا تتعصب إلا لكلام الله و كلام رسوله المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى،

    Golongan Yang Selamat tidak berpegang kecuali kepada Kalamullah dan Kalam RasulNya yang maksum, yang ber-bicara dengan tidak mengikuti hawa nafsu.

    أما غيره من البشر مهما عَلتْ رتبته ، فقد يخطئ لقوله صلى الله عليه و سلم :

    Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi :

    ” كلّ بني آدم خطاء و خير الخطائين التوابون”

    “Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (Hadits hasan riwayat

    Imam Ahmad)

    7. الفرقة الناجية : هم أهل الحديث الذين قال رسول الله صلى الله عليه و سلم فيهم : “لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق ، لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله ” (رواه مسلم)
    Golongan Yang Selamat adalah para ahli hadits.
    Tentang mereka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
    “Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim)
    Sebagaimana Firman Allhu Jalla Wa’la :
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لاَئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (المائدة: 54).
    Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
    و قال الشاعر : أهل الحديث همُ أهل النبيِّ و إنلم يصحبوا نفسه. أنفاسه صَحِبوا
    Seorang penyair berkata, “Ahli hadits itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka tidak bergaul dengan Nabi, tetapi jiwa/Nafas mereka bergaul dengannya.

    8. الفرقة الناجية : تحترم الأئمة المجتهدين ، ولا تتعصب لواحد منهم
    Golongan Yang Selamat menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.
    ، بل تأخذ الفقه من القرآن و الأحاديث الصحيحة ، و من أقوالهم جميعا إذا وافق الحديث الصحيح ،
    Tapi Golongan Yang Selamat mengambil fiqh (pemahaman hukum-hukum Islam) dari
    Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih serta Mengambil pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih.
    و هذا موافق لكلامهم ، حيث أوصوا أتباعهم أن يأخذوا بالحديث الصحيح ، و يتركوا كل قول يخالفه.
    Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya.

    9. الفرقة الناجية تأمر بالمعروف، و تنهى عن المنكر، فهي تنكر الطُرق المبتدعة و الأحزاب الهدامة التي فرقت الأمة ، و ابتدعت في الدين و ابتعدت عن سنة الرسول صلى الله عليه و سلم و أصحابه .
    Golongan Yang Selamat menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
    Mereka melarang segala jalan bid’ah dan sekte-sekte yang menghancurkan serta memecah belah umat. Baik bid’ah dalam hal agama maupun dalam menjauhkan dari sunnah Rasul dan para sahabatnya
    10. الفرقة الناجية تدعو المسلمين أن يكونوا من المتمسكين بسنة الرسول صلى الله عليه و سلم و أصحابه
    Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan para sahabatnya.
    حتى يكتب لهم النصر ، و حتى يدخلوا الجنة بفضل الله و شفاعة رسوله صلى الله عليه و سلم (بإذنه عز و جل).
    Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk Surga atas anugerah Allah dan syafa’at Rasulullah dengan izin Allah.
    11. الفرقة الناجية : تنكر القوانين الوضعية التي هي من وَضع البشر ، لمخالفتها حكم الإسلام
    Golongan Yang Selamat mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia, Kenapa? karena undang-undang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.
    ، و تدعو إلى تحكيم كتاب الله الذي أنزله الله لسعادة البشر في الدنيا و الآخرة
    Golongan Yang Selamat mengajak
    manusia berhukum kepada Kitabullah yang diturunkan Allah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.
    ، و هو أعلم سبحانهو تعالى بما يصلح لهم ، و هو ثابت لا تتبدل أحكامه على مدى الأيام ، و لا يتطور حسب الزمان
    Dan Allah Maha Mengetahui sesuatu yang lebih baik/manfaat bagi mereka. Hukum-hukumNya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang zaman.
    ، و إن سبب شقاء العالم عامة و العالم الإسلامي خاصة و ما يلاقيه من متاعب و ذل و هوان – هو تركه الحكم لكتاب الله و سنة رسوله صلى الله عليه و سلم ،)
    Sungguh, sebab kesengsaraan dunia, dan mundurnya khususnya dunia Islam dan yang menimpa mereka dari perkara yang mencapekkan seperti kemrosotan umat, adalah karena mereka meninggalkan hukum-hukum Kitabullah dan sunnah Rasulullah.
    و لا عِزّ للمسلمين إلا بالرجوع إلى تعاليم الإسلام أفرادا و جماعات، و حكومات، عملا بقوله تعالى:
    “إن الله لا يُغيّرُ ما بقوم حتى يُغيّروا ما بأنفسهم” (سورة الرعد
    Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Kembali kepada hukum-hukum Kitabullah, sebagai realisasi dari firmanNya:”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’ad: 11)

    12. الفرقة الناجية : تدعو المسلمين جميعا. إلى الجهاد في سبيل الله و هو واجب على كل مسلم . حسب طاقته و استطاعته، و يكون الجهاد بما يلي :
    Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam berjihad di jalan Allah.
    Jihad adalah wajib bagi setiap Muslim sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya. Jihad dapat dilakukan dengan:
    1. الجهاد باللسان و القلم : بدعوة المسلمين و غيرهم إلى التمسك بالإسلام الصحيح
    Pertama, jihad dengan lisan dan tulisan: Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih,
    ، و التوحيد الخالي من الشرك الذي انتشر في كثير من البلاد الإسلامية ، و الذي أخبر عنه الرسول صلى الله عليه و سلم بأنه سيقع بين المسلمين فقال :
    Dan Bertauhid yang murni(Kosong) dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah memberitakan tentang hal yang akan menimpa umat Islam ini. Beliau bersabda:

    “لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من أمتي
    بالمشركين ، و حتى تعبد قبائل من أمتي الأوثان” (صحيح رواه أبو داود وورد معناه في مسلم)
    “Hari Kiamat belum akan tiba, sehingga Qobilah – Qobilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik sehingga kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala.” (Ha-dits shahih , riwayat Abu Daud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim)

    2.الجهاد بالمال : و يكون بالإنفاق على نشر الإسلام ، و طبع الكتب الداعية إليه على الوجه الصحيح ، و يكون بتوزيع المال على المؤلفة قلوبهم من ضعفاء المسلمين لتثبيتهم ، و يكون بتصنيع و شراء الأسلحة ، و المعدات للمجاهدين ، و ما يلزمهم من طعام و كساء و غير ذلك .
    Kedua, jihad dengan harta: Menginfakkan harta buat penyebaran dan peluasan ajaran Islam, mencetak Kitab Kitab dakwah ke jalan yang benar, memberikan santunan kepada umat Islam yang masih lemah iman agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa ma-kanan, pakaian atau keperluan lain selain dari itu.
    3. الجهاد بالنفس : و يكون بالقتال و الاشتراك في الكعارك لنصرة الاسلام ، و لتكون كلمة الله هي العليا ، و كلمة الذين كفروا هي السفلى
    Ketiga , jihad dengan jiwa:Bertempur dan ikut berpartisipasi di medan peperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah ( Laa ilaaha illallah) tetap jaya(tinggi) sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina/rendah.
    و قد أشار الرسول الكريم إلى هذه الأنواع فقال : “جاهدوا المشركين بأموالكم و أنفسكم و ألسنتكم ” (صحيح رواه أبو داود)
    Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam Yang Mulia mengisyaratkan dalam sabdanya:
    “Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu.” (HR. Abu Daud, hadits shahih)

    و حكم الجهاد في سبيل الله على أنواع :
    Adapun hukum jihad di jalan Allah adalah:
    1. فرض عين : و يكون ضد العدو المهاجم لبعض بلاد المسلمين كفلسطين التي اغتصبها اليهود المجرمون ، فالمسلمون المستطيعون آثمون حتى يُخرجوا اليهود منها ، و يُعيدوا المسجد الأقصى للمسلمين بما يستطيعون من المال أو النفس .
    Pertama , fardhu ‘ain : Berupa perlawanan terhadap musuh-musuh yang melakukan agresi ke beberapa negara Islam wajib dihalau. Agresor-Agresor Yahudi misalnya, yang merampas tanah umat Islam di Palestina. Umat Islam yang memiliki kemampuan dan kekuatan jika berpangku tangan ikut berdosa, sampai orang-orang Yahudi terkutuk itu enyah dari wilayah Palestina. Mereka harus berupaya mengembalikan Masjidil Aqsha ke pangkuan umat Islam dengan kemampuan yang ada, baik dengan harta maupun jiwa.

    2. فرض كفاية : إذا قام به بعض المسلمين سقط عن الباقين ، و يكون في تبليغ و نقل الدعوة الإسلامية إلى سائر البلاد حتى يحكمها في الإسلام . و من وقف في طريقها قوتل حتى تسير الدعوة في طريقها.
    Kedua, fardhu kifayah: Jika sebagian umat Islam telah ada yang melakukannya maka sebagian yang lain kewajibannya menjadi gugur. Seperti dakwah mengembangkan misi Islam ke negara-negara lain, sehingga berlaku hukum-hukum Islam di segenap penjuru dunia. Barangsiapa menghalangi jalan dakwah ini, ia harus diperangi, sehingga dakwah Islam dapat berjalan lancar.

    Semoga antum diberi kemudahan dalam memahami penjelasan ana sehingga petunjuk beserta kita semua.
    Allohu A’lam Bishowab.
    Abu Amina Alanshariy

  2. aba ditto said

    Islam menjadi 73 golongan? Mengapa lebih banyak dari umat Nasrani dan Yahudi. Bagaimana janji Allah bahwa umat-umat pembangkang terdahulu akan dimatikan dan diganti dengan umat yang lebih baik (Bukankah itu umat Muhammad, yg walaupun tidak pernah melihat Rasul tetapi membenarkan bahwa Allah mengutus mereka untuk menyampaikan ajaranNya dan umat Muhammad hidup hingga sekarang?). Mohon diperjelas lagi. Sukron katsir.

    Pak Ditto yang budiman, semua itu sudah ketetapan Alloh tabaroka wa ta’ala bahwa umat ini akan terpercah menjadi sebanyak yang disebutkan.akan tetapi yang 72 kelompok tersebut ada yang kekal dineraka dan ada yang tidak kekal tergantung seberapa prinsip penyimpanganya.Dan ini merupakan ujian bagi umat ini dan sebagaimana umat yang terdahulu meraka berlomba-lomba dalam meniti jalan kebenaran supaya Alloh ta’ala mengetahui siapa yang paling baik amalnya. Sebagaimana firmaNya:

    لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجاً وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعاً فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
    Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,QS Almaidah 48.

    الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (2)
    Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, Qs Al Mulk 2

    Pak Ditto.
    ~Pada prinsipnya perpecahan adalah haram dan terlarang sebagaimana firmanya :
    و لا تكونوا من المشركين ، من الذين فرقوا دينهم و كانوا شيعا ، كل حزب بما لديهم فرحون” (سورة الروم)
    “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan
    Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama
    mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
    merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.”
    (Ar-Ruum: 31-32)

    ~Dan pada prinsipnya persatuan adalah diwajibkan dan dianjurkan sebagaimana firmaNya:
    “و اعتصموا بحبل الله جميعا و لا تفرقوا ” (سورة آل عمران)
    “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah
    dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Ali Imran: 103)

    Sedangkan yang menjadi urgensi dari hadits tersebut adalah menerangkan akan ada satu kelompok yang selamat yaitu al jamaah atau apa-apa yang ada pada Rosul Sholollohualaihi wassalam dan sahabatnya beragama.Dan apabila dijaman para pendahulu tidak ada cara cara beragama kemudian dijaman ini membuat cara cara beragama yang baru maka itu bukan agama.Karena Alloh ta’ala telah menerangkan bahwa jalan beragama Rosul adalah sudah sempurna dan kita dilarang mengikuti jalan jalan lain dalam beragama Islam sebagaimana firma-Nya:

    وَمَنْ يُشَاقِقْ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (النساء: 115).
    Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (Anisa 115)

    Umat yang terbaik yang dijanjikan dalam nash Alqur’an maupun hadits nabiy sholollohualaihi wassalam meraka adalah ahlu sunnah waljamaah itu sendiri. sebagaimana sabdanya :

    قال صلى الله عليه و سلم : “لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله” (رواه مسلم)
    “Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka, sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim)

    dan Firman-Nya:

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لاَئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (المائدة: 54).
    Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

    Allohua’lam bishowab.
    Abu Amina Alanshariy

  3. Semuga Allah memberikan petunjuk dan jalanNya yang benar kepada mereka yang ikhlas dan mengikhlaskan dirinya dalam mencari rahmat Allah Ta’ala.

    Insyalloh.Biaunihi ta’ala.

  4. zacky said

    Apakah anda merasa kalau anda sebagai pengikut AHLUSSUNNAH WALJAMAAH….? Sementara pengikut Iman Muhammad Bin Abdul Wahab membidahkan adanya jamaah itu sendiri…? Dan apakah itu divinisi sunah itu menurut hukum fiqh…? Apakah adanya hukum “uruf, ijma” dan qiyaas yang menjadi usus NU itu bisa dikatakan salah bahkan sesat…? Sementara ketiga usus diantara dua usus lainnya juga bersumber dari hadits yang sah…? Dan jika itu dikatakan hanya berlandaskan akal-akalan belaka, apakah tidak lebih akal-akalan lagi para pintar (katanya) yang sudah berani mengatakan salah para Allamah yang sudah jelas mempuni disegala segi (ilmu maupun wira”inya). Benarkah mereka lebih pintar…?
    Mari kita berdoa semoga kita mendapatkan ilmu yang bermamfaat dari Allah SWT. Dan ingatlah bahwa warga NU sangat mempercayai adanya BERKAH atau dalam divinisا arabnya adalah (النماءالخير). Sekian والله أعلم بالصواب واليه المرجع والمأب

    Bismillah. Saudara Zacki Yang Budiman,
    Alloh Ta’ala Berfirman:
    وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
    “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”

    Akan tetapi peringatan dan nasehat yang diberikan hendaklah berdasarkan Kaidah-Kaidah Dakwah Untuk Meneggakkan Kalimat Alloh.
    Yaitu Dengan Berpedoman pada firman-Nya:

    ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (النحل: 125).
    Serulah (manusia) kepada jalan Rob-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

    قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنْ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ (يوسف: 108).
    Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.

    Maka setiap muslim hendaknya berlatih berdiskusi berdasarkan budi pekerti yang luhur serta yang terpenting bermodalkan ILMU serta HUJAH SHAHIH dan tidak hanya sekedar Qilla Wa Qolla (BERITA KATANYA-KATANYA) atau hanya berdasarkan berita KAUM MUNAFIKIN DAN PARA PEMECAH BELAH YANG SUKA MENGADU DOMBA DIANTARA KAUM MUSLIMIN.

    Kita semua harus memahami selain Rosulillah Sholollohualaihi Wassalam TIDAK MA’SUM Artinya Boleh Diambil Perkataanya dan Boleh Ditolak Perkataanya, DIAMBIL PERKATAANYA JIKA SESUAI DAN MENCOCOKI ALQURA’AN/SUNNAH DENGAN PEMAHAMAN PARA SALAFU SHALIH.DAN SEBALIKNYA BOLEH DITOLAK JIKA MENYELISIHI ALQURA’AN/SUNNAH DENGAN PEMAHAMAN PARA SALAFU SHALIH DAN KITA DILARANG MENDAHULUKAN PERKATAAN KELOMPOK ATAU PERORANGAN DARI PERKATAAN NABIY karena nabi pernah bersabda:

    و قال ابن عباس : أراهم سيهلكون ! أقول : قال النبي صلى الله عليه و سلم ، و يقولون : قال أبو بكر و عمر(رواه أحمد و غيره، و صححه أحمد شاكر)
    “Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, sedang mereka mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr)

    DARI KOMENTAR ANTUM DIATAS ANA MENANGGAPI BAHWA:
    1.KETAHUILAH OLEH KITA BERSAMA BAHWA:
    تحترم الأئمة المجتهدين ، ولا تتعصب لواحد منهم
    بل تأخذ الفقه من القرآن و الأحاديث الصحيحة ، و من أقوالهم جميعا إذا وافق الحديث الصحيح ،
    AHLU SUNNAH WALJAMA’AH MEMPUNYAI PRINSIP menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.
    mengambil fiqh (pemahaman hukum-hukum Islam) dari Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih serta Mengambil pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih.

    Artinya JIKA APA YANG DISERUKAN SYEIKH MUHAMAD BIN ABDUL WAHAB MENCOCOKI ALQUR’AN DAN SUNNAH MAKA WAJIB DIAMBIL DAN JIKA TIDAK MENCOCOKINYA BOLEH DITOLAK.

    MAKA JIKA ANTUM DAN KELOMPOK ANTUM MENGANGGAP KAMI ADALAH PENGIKUT BUTA (TAKLID BUTA) SYEIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB
    MAKA ITU KEKELIRUAN YANG BESAR DAN MERUPAKAN FITNAH YANG DILONTARKAN KAUM JAHIL PEMECAH BELAH UMAT YANG KERJANYA HANYA MENCARI-CARI KESALAHAN KAUM MUSLIMIN.

    MAKA ANA TITIP SARAN KEPADA ANTUM DAN KELOMPOK NAHDIYIN UNTUK BERPALING DARI PENGACAU DARI DALAM ISLAM YAITU PARA MUNAFIKIN DAN PENGACAU DARI LUAR ATAU MISIONARIS YANG SENANG DENGAN PERPECAHAN KAUM MUSLIMIN, YANG MEREKA SENANG MEMBESAR BESARKAN KEJELEKAN KEDUA BELAH PIHAK DENGAN BERMODALKAN PERKATAAN BOHONG DAN DUSTA.

    Mari Kita ketahui bersama bahwa para PENISBAT MANHAJ SALAF, MENGAMBIL PEMAHAMAN DARI IMAM IMAM YANG MULIA TERSEBUT YANG MEREKA MANSYUR DENGAN AKIDAHNYA YANG LURUS MISAL IMAM SYAFI’I,IMAM MALIK,IMAM AHMAD,IMAM BUKHARIY,DAN SEMUA IMAM MUJTAHIDIN YANG DIAKUI MASNYUR KARYA-KARYANYA DIKALANGAN AHLU SUNNAH.

    2.MARI KITA FAHAMI BERSAMA MAKNA AHLU SUNNAH:
    قال صلى الله عليه و سلم : “ألا و إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين و سبعين ملة ، و إن هذه الملة ستفترق على ثلاثِ و سبعين : ثنتان و سبعون في النار ، وواحدة في الجنة، و هي الجماعة” (رواه أحمد و غيره و حسنه الحافظ)
    “Telah terpecah orang-orang yahudi menjadi tujuhpuluh satu golongan dan terpecah orang nashara menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan akan terpecah ummatku menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya dalam neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka, wahai Rasulullah? Beliau berkata: Mereka adalah orang yang berdiri diatas apa yang aku dan para sahabatku berdiri diatasnya.” (HR Abu Daud and dishahihkan syaikh Al Albani dalam shohih Sunan Abu Daud 3/115)

    Dan juga beliau besabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu yang menerangkan tentang khuthbah beliau yang padanya beliau berwasiat untuk bertaqwa kepada Allah,
    maka beliau berkata:

    و قال صلى الله عليه و سلم : “أوصيكم بتقوى الله عز و جل و السمع و الطاعة و إن تأمر عليكم عبدٌ حبشيٌ، فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بها و عضوا عليها بالنواجذ ، و إياكم و محدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، و كل بدعة ضلالة ، و كل ضلالة في النار” (رواه النسائي و الترمذي و قال حديث حسن صحيح)

    Aku wasiatkan kaitan untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat, walau yang memimpin kalian adalah budak dar-i Habsyi.” Kemudian beliau menyuruh untuk berittiba’ kepada sunnahnya dan sunnah para khatifahnya yang rasyid dan mendapat hidayah. Beliau katakan: “Gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru dalam agama, karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap kebid’han adalah sesat.” (HR Turmudzi dan dishohihkan syaikh Al Albani datam shohih sunan Turmudzi no.2830).

    DAN ROSUL SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM MENDEFINISIKAN DENGAN RIWAYAT LAINYA:

    و في رواية : “كلهم في النار إلا مله واحدة : ما أنا عليه و أصحابي” رواه الترمذي و حسنه الألباني في صحيح الجامع 5219
    “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu
    (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (HR.
    At-Tirmidzi, dan di-hasan-kan oleh Al-Albani dalam Shahihuljami’ 5219)

    Dan Alloh Ta’ala memuji mereka dengan FirmanNya:

    وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (التوبة: 100).
    “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.

    DARI DALIL DALI DIATAS PERLU KITA FAHAMI DAN DIRENUNGKAN BERSAMA BAHWA AHLU SUNNAH WALJAMAAH,TIDAK HARUS BERADA DALAM SATU KELOMPOK, BUKAN PARTAI, TIDAK HARUS SATU WARNA BAJU, TIDAK HARUS DALAM SATU WILAYAH (MISAL HANYA SAUDI ARABIA SAJA), TIDAK HARUS DALAM SATU ORGANISASI, TIDAK HARUS DALAM SATU SUKU ATAU WARNA KULIT.

    AKAN TETAPI YANG DIMAKSUD DALAM DALIL DIATAS ADALAH MEREKA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH, MEREKA YANG BERKOMITMENT, MEREKA YANG MENGIKUTI, MEREKA YANG BERPEGANG TEGUH , MEREKA YANG CINTA, MEREKA YANG MENGHIDUP-HIDUPKAN DARI SUNNAH SUNNAH ROSULILLAH SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM DIDALAM KEHIDUPANYA DENGAN BERLANDASKAN HADITS YANG SHAHIH.

    DAN IBNU MAS’UD PERNAH BERKATA BAHWA AHLU SUNNAH ADALAH MEREKA YANG BERADA DALAM KEBENARAN WALAUPUN SENDIRIAN .

    DENGAN DEMIKIAN : TIDAK SETIAP ORANG YANG MENGKLAIM NAHDIYIN ADALAH AHLU SUNNAH,TIDAK SETIAP MUHAMADIYAH ADALAH AHLU SUNNAH, TIDAK SETIAP ORANG YANG MENGAKU SALAFIY ADALAH SEORANG YANG PASTI SALAF, SEMUA ITU DITIMBANG BERDASARKAN, ITIQODNYA, ILMU NYA, AMAL AMALNYA, YANG DIBAWA DIRINYA BENAR MENCOCOKI SUNNAH SUNNAH NABIY TIDAK? JIKA MENCOCOKI MAKA ITU DISEBUT AHLU SUNNAH.

    DAN SEBALIKNYA BAGAIMANA JIKA AKIDAHNYA,ILMUNYA, AMAL-AMALNYA SETIAP DIRI YANG MENGAKU AHLU SUNNAH MENYELISIHI HADITS HADITS NABIY SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM APAKAH PANTAS DIA MENDAPAT GELAR AHLU SUNNAH, PADAHAL AMAL AMALNYA BERLAINAN BAHKAN BERTENTANGAN DENGAN SUNNAH YANG DIPERINTAHKAN ROSUL SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM.

    ADAPUN MEREKA YANG MENGERJAKAN KEBID’AHAN ATAU MENYELISIHI SUNNAH DIKARENAKAN BELUM MENDAPATKAN ILMUNYA ATAU TIDAK SENGAJA MENJALANKANYA MAKA INI TERMAKLUMI.KARENA ALLOH TA’ALA MAHA PEMURAH DAN TIDAK MEMBEBANI SUATU KAUM MELAINKAN SESUAI KESANGGUPANYA.AKAN TETAPI WAJIB BAGI ORANG YANG TERMAKLUMI INI MENGERAHKAN USAHANYA UNTUK MENCARI DENGAN IHKLAS DARI KEKURANGAN KEKURANGANYA.

    INTINYA TIDAK SEMBARANG INDIVIDU ATAU KELOMPOK DI BOLEHKAN UNTUK DI BID’AHKAN DAN TDAK SEMBARANG INDIVIDU BOLEH MEMBID’AHKAN, ATAU MENUDUH DENGAN KATA KATA YANG KEJI, SEMUA HARUS DENGAN PENELITIAN YANG MATANG DENGAN DALIL DALIL YANG JELAS DAN DALIL KENYATAAN YANG DIKETAHUIANYA SEBENANYA.

    SAUDARA ZACKY YANG BUDIMAN, ANA NASEHATKAN UNTUK TIDAK MENGATAKAN BAHWA SYEIKH MUHAMAD BIN ABDUL WAHAB SEMBARANG MEMBID’AHKAN SEMUA INI HARUS COCOK SESUAI DENGAN RUANG DAN WAKTU ATAU HARUS COCOK DENGAN SITUASI DAN KONDISI.

    ANTUM BERKATA BAHWA SYEIKH MUHAMMAD MEMBID’AHKAN “”AHLU SUNNAH WALJAMAAH” INI ADALAH PERKATAAN TANPA ILMU YANG BARU ANA DENGAR, KETAUILAH OLEH KITA SETIAP ULAMA’ HAQ SANGAT BERHATI HATI DENGAN UCAPANYA, UNTUK ITU ANTUM HARUS MENDATANGKAN BUKTI DARI SETIAP UCAPAN YANG DITUDUHKAN.

    DUHAI SAUDARA YANG BUDIMAN, KETAHUILAH OLEH KITA BERSAMA BAHWA KITA SAMA SAMA PUNYA ALQUR’AN KITA SAMA SAMA PUNYA HADITS, KITA MEMPUNYAI MANUSKRIP ASLI KARYA ULAMA SALAFIYAH YANG SHALIH YANG BISA MENJADI HUJAH YANG TERANG ,KENAPA SETIAP MUSLIM TIDAK MAU JUJUR DENGAN DIRINYA SENDIRI UNTUK MERUJUK KEPADA KITAB KITA TERSEBUT.MEREKA LEBIH SENANG MENGAMBIL PERKATAAN NENEK MOYANGNYA, MEREKA LEBIH SUKA DENGAN KEUMUMAN TANPA KEBENARAN.
    MAKA JANGANLAH KITA MENYERUPAI YAHUDI DAN NASHORO YANG MENUDUH TANPA MAU MERUJUK KEMBALI KEPADA ALQURAN DAN SUNNAH

    وَقَالَتْ الْيَهُودُ لَيْسَتْ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتْ النَّصَارَى لَيْسَتْ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

    Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. QS Albaqoroh 113.

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS.Anisa 59

    3.SUDAH ANA SEBUTKAN BAHWA SELAIN ROSULILLAH MEMPUNYAI KESALAHAN INI SEBAGIMANA SABDA NABI SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM:

    ” كلّ بني آدم خطاء و خير الخطائين التوابون”
    “Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaikbaik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad)

    Ulama Yang Shalih sebelumnya tidak mungkin bertentangan dengan ulama shalih setelahnya dalam masalah Akidah (Aqidah AHLU SUNNAH WALJAMAAH ) artinya Tulisan atau Perkataan Ulama Yang Sesuai Alquran dan Hadits Dikokohkan, Sedangkan yang tidak Sejalan Dengan Keduanya dikoreksi dan diberi catatan Dalam Syarh Kitab Kitab Karya Mereka.

    INI SEJALAN DENGAN PERKATAAN PARA IMAM ITU SENDIRI:

    MISALNYA prinsip beliau Imam Syafi’i Rahimahulloh dalam memahami Islam telah dinyatakan dalam beberapa penegasan beliau sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Hafidh Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah Al-Ashfahani rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul Hilyatul Auliya’ sebagai berikut:

    Imam Syafi’i Berkata:
    “Bila telah pasti keshahihan satu hadits bahwa itu dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , maka aku pun berpendapat seperti yang tertera di hadits itu dan aku bermadzhab dengannya dan aku tetap berpendapat dengannya. Dan bila satu hadits itu tidak aku yakini keshahihannya, aku pun tidak berpegang dengannya dalam berpendapat.”

    Juga beliau menyatakan:

    “Setiap aku berpendapat dengan suatu pendapat, dan ternyata pendapatku itu berbeda dengan riwayat shahih dari sabda Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , maka hadits Nabi yang shahih itu lebih utama untuk kamu ikuti dan jangan kalian bertaqlid (yakni ikut membabi buta –pent) kepadaku.” ( Al-Hilyah )

    Juga beliau menegaskan:

    “Apabila engkau dapati ajaran dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , maka ikutilah ajaran itu dan jangan kalian menoleh kepada pendapat seorang pun.” ( Al-Hilyah )

    Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi rahimahullah juga meriwayatkan dalam kitabnya yang berjudul Siar A’lamin Nubala’ jilid 10 hal. 34 pernyataan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah sebagai berikut:

    Ar-Rabi’ bin Sulaiman Al-Muradi meriwayatkan: Aku mendengar Asy-Syafi’i menyatakan: “Apabila kalian mendapati dalam kitabku perkara yang berbeda dari Sunnah Rasulillah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam (yakni ajarannya), maka hendaknya kalian berpendapat sesuai dengan Sunnah itu, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan padanya.”

    Maka dengan berbagai riwayat pernyataan Al-Imam Asy-Syafi’i tersebut, mestinya bila kita konsisten dengan madzhab Syafi’i, kita merujuk kepada sabda Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam tentang kenyataan bahwa bid’ah itu semuanya Dholal. Dan kita meninggalkan pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i yang menyatakan bahwa bid’ah itu tidaklah semuanya sesat, akan tetapi ada yang sesat dan ada yang hasanah (yakni baik).

    Apalagi Imam Syafi’i dalam berijtihad sehingga melahirkan pendapat yang demikian itu berdalil dengan perkataan Umar bin Khattab dan bukan berdalil dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

    Sungguh Ahlu Sunnah adalah
    تحترم الأئمة المجتهدين ، ولا تتعصب لواحد منهم
    menghormati para imam mujtahidin, akan tetapi tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.

    Oleh karena itu jika kita meninggalkan pendapat seorang Imam karena pendapatnya tidak mencocoki Sunnah Nabi, bukanlah berarti kita mecerca atau menghina Imam tersebut. Akan tetapi kita meninggalkan pendapat beliau dalam satu masalah, adalah karena BIMBINGAN BELIAU juga dalam MENTAATI SUNNAH NABI.

    Kita juga menilai pendapat seorang Imam itu tidak mencocoki Sunnah Nabi, bukan berarti kita menilai bahwa Imam tersebut telah menyimpang dari Sunnah Nabi. Akan tetapi kita menilai demikian karena kita diajari oleh beliau-beliau para Imam itu, bahwa seorang Imam itu tidaklah ma’shum ( tidak terjaga dari kemungkinan lupa dan salah dalam berijtihad memahami Islam) seperti ma’shum nya Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam . Bahkan Nabi kita mengajari kita bahwa kekeliruan dalam berijtihad itu bukanlah tercela akan tetapi kita dilarang fanatik.

    Oleh Karena itu bila antum konsisten dengan perkataan Imam Syafi’i, tentu seharusnya antum lebih berpegang teguh dengan apa yang menjadi prinsip Imam Asy-Syafi’i rahimahullah sebagaimana pernyataan beliau diatas yaitu untuk kembali kepada Hadits yang shahih. Sekarang ana bawakan hadits shahih tersebut dibawah ini:

    . و قال صلى الله عليه و سلم : “أوصيكم بتقوى الله عز و جل و السمع و الطاعة و إن تأمر عليكم عبدٌ حبشيٌ، فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بها و عضوا عليها بالنواجذ ، و إياكم و محدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، و كل بدعة ضلالة ، و كل ضلالة في النار” (رواه النسائي و الترمذي و قال حديث حسن صحيح)

    “Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. (Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena SEMUA PERKARA yang diada-adakan itu adalah bid’ah, sedang SETIAP bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).” (HR. Nasa’i dan At-Tirmi-dzi, Hadits hasan shahih).

    Ana berharap antum mencermati dan memahami hadits diatas dan ana tegaskan lagi bahwa Imam Syafi’i dalam berijtihad sehingga melahirkan pendapat bahwa bid’ah ada dua (sebagaimana pernyataan antum) beliau rahimahulloh berdalil dengan perkataan Umar bin Khattab dan bukan berdalil dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

    Sehingga merasa perlu ana menyampaikan kepada antum satu riwayat Sebagaimana diatas :
    و قال ابن عباس : أراهم سيهلكون ! أقول : قال النبي صلى الله عليه و سلم ، و يقولون : قال أبو بكر و عمر(رواه أحمد و غيره، و صححه أحمد شاكر)

    Ibnu Abbas berkata:

    “Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, ‘Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, sedang mereka mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr)

    Maka mari kita renungi dan fahami lagi hadits-hadits diatas dan artikan dengan Qowaid Bahasa Arob Nahwu Wa Sharf, Jika antum berpihak kepada kebenaran maka insyalloh akan antum temui kebenaranya, akan tetapi jika antum menentang kebenaran maka kepada-Nya kita mengadu.

    Mari kita fahami bahwa Alloh dan Rosul-Nya membuat syariat agama ini sangatlah sempurna maka janganlah kita menambahi atau menguranginya dan jangan pula mendahului-Nya.Alloh jalla wa Ala lebih mengerti kebutuhan kita wahai sahabat maka janganlah kita merasa kurang dengan Agama yang diturunkan-Nya.

    Alloh Berfirman :
    يا أيها الذين آمنوا لا تُقدِّموا بين يدَيِ الله و رسولِه ، و اتقوا الله إن الله سميعٌ عليم ” (سورة الحجرات)
    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguh-nya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujurat: 1)

    4. Serta yang terahir marilah kita jujur kepada diri ini, dengan merenungkan larangan Rosul Shollollohualaihi wassalam diatas,
    Dan Dengan Mengacu Perintah RobMU Dengan FirmanNya :

    وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ
    Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Alhasyr ayat 7.

    Semoga hidayah atas kita semua yang mau mengihlaskan diri ini diatas tali Agama Alloh.Allohua’lam Bishowab.

    Abu Amina Alanshariy

  5. awwalin said

    terimakasih artikelnya, semoga bermanfaat

    Waiyyakum

  6. rendy said

    artkelnya sangat baik . saya jadi lebih mengerti

    Barokallohufiekum

  7. ragil said

    assalamu’alaikum

    Waalaikumussalam Warohmatulloh

  8. ragil said

    lagi bimbang ni…kemarin ada suatu golongan yang mengajak saya untuk bergabung atau istilahnya berhijrah,,…awalnya saya takut banget dan pengen melawan namun mereka memakai ayat2 Allah,bener g kalau al quran membahas negara?kemudian karena saya percaya dengan ayat2 itu maka saya ikuti namun yang saya rasakan mereka terkesan memaksa apalagi bila menyangkut uang atau sering mereka katakan sodaqoh…bila nominal yang saya katakan itu sedikit mereka berusaha untuk agar saya menambahnya dengan dalih untuk pembangunan sebuah negara…..dan ada lagi terkesan saya harus menaati semua aturan dan perintah dari pimpinan….selain itu di dalam perkumpulan ini mengatakan karena posisi kita sedang berperang dalam kata lain perang pola pikir, maka untuk shalat itu bukan diartikan sebagai shalat fardu dan shalat bagi mereka cukup dengan taskiah…bahkan mereka mengenggap semua orang diluar golongan ini kafir??benarkah??alasan mereka karena masih memakai hukum manusia sedang di dalam golongan ini memakai hukum islam,,,dan islam itu bukan agama tapi sebuah sistem,,,aelain itu bila saya menolak ajakan mereka,mereka berusaha agar saya meng iya kan ajakan itu,,,bahakan untuk bersodaqoh saya mesti berbohong kepada ortu karena uang yang di buthkan tidak sedikit dan dengan waktu 2 ampe 3 hari bila belum tercapai saya terus di kejar bahkan dengan dalih ini janji saya kepada Allah bukan kepada mereka;;aku mohon tolong saya,,,,saya memang belum bener2 tau tentang isi dan maksud dari Al quran, saya takut ini mlah menjadi jalan saya semakin jauh dari Allah,,,,sukron

    Barokallohufikum Ya Ahki Fillah,
    Semoga Alloh memberkahi dan memudahkan usaha antum untuk mencari kebenaran wahai saudaraku yang budiman,

    1.Ana sarankan keapda anda (Wahai Saudaraku) untuk meninggalkan kelompok tersebut dan kajian tersebut, Karena hal-hal yang diajarkan dalam majelis dan kelompok tersebut menyimpang jauh dari ajaran yang penuh hikmah sebagaimana yang Rosul shollollohualaihi wassalam ajarkan.

    2.Ana menyarankan anda (wahai saudaraku) untuk mendatangi majelis ta’lim yang murni dimana didalamnya diajarkan kitabulloh dan sunnah Rosululloh Dengan Pemahaman Generasi Terbaik (Salafu Sholeh), tanpa ada ikatan apapun melainkan untuk mengihklasakan hidup diatas agama Alloh, apa lagi menarik imbalan dari jamaahnya dengan cara bathil Dan lain sebagainya.

    3.Dibawah ini daftar majelis ta’lim dan tempatnya diseluruh indonesia sebagaimana antum nanti bisa mendatanginya serta membandingkan sendiri dengan mata hati dan keyakinan anda wahai sauaraku yang budiman:

    .: :.
    Bismillahirrahmanirrahim.

    Berikut jadual ta’lim yang diadakan Ahlussunnah wal Jama’ah/Salafy di berbagai tempat di Indonesia. Silakan klik link di bawah ini.

    Wilayah Sumatera
    1. Kajian rutin Salafy di Bandar Lampung klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1157 update (23/04/2007)
    2. Kajian rutin Salafy di Batam dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=961 update (18/03/2008)
    3. Kajian rutin Salafy di Jambi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1094 update (15/02/2007)
    4. Kajian rutin Salafy di Lampung klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1093 update (23/04/2007)
    5. Kajian rutin Salafy di Langkat klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1097 update (10/09/2006)
    6. Kajian rutin Salafy di Padang dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=968 update (09/08/2005)
    7. Kajian rutin Salafy di Padang Panjang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1158 update (23/04/2007)
    8. Kajian rutin Salafy di Palembang dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1364 update (28/04/2009)
    9. Kajian rutin Salafy di Medan dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1019 update (10/09/2006)
    10.Kajian rutin Salafy di Riau dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1000 update (18/03/2008)
    11.Kajian rutin Salafy di Sibolga, Tapteng, P.Siantar klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1099 update (10/09/2006)
    12.Kajian rutin Salafy di Sumbar klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1111 update (01/11/2006)

    Wilayah DKI Jaya
    1.Kajian rutin Salafy di Bekasi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1249 update (17/03/2008)
    2.Kajian rutin Salafy di Cilegon, Banten klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1159 update (23/04/2007)
    3.Kajian rutin Salafy di Cikarang, Bekasi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1542 update (25/10/2009)
    4.Kajian rutin Salafy di Depok dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1264 update (21/03/2008)
    5.Kajian rutin Salafy di Jakarta dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=928 update (25/03/2008)
    6.Kajian rutin Salafy di Jakarta Timur dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1248 update (17/03/2008)

    Wilayah Jawa Barat
    1. Kajian rutin Salafy di Bandung klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=923 update (20/08/2009)
    2. Kajian rutin Salafy di Bogor klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1092 update (10/09/2006)
    3. Kajian rutin Salafy di Cirebon klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1144 update (13/04/2008)
    3. Kajian rutin Salafy di Cimahi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1412 update (20/03/2009)
    4. Kajian rutin Salafy di Cirebon, Tegal, Purwokerto klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=932 update
    5. Kajian rutin Salafy di Karawang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1098 update (10/09/2006)
    6. Kajian rutin Salafy di Indramayu klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1247 update (15/04/2009)
    7. Kajian rutin Salafy di Kuningan klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1285 update (13/04/2008)
    8. Kajian rutin Salafy di Majalengka klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1091 update (13/04/2008)
    9. Kajian rutin Salafy di Sukabumi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1129 update (09/01/2007)
    10. Kajian rutin Salafy di Tasikmalaya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1165 update (23/06/2007)

    Wilayah Jawa Tengah & DIY
    1. Kajian rutin Salafy di Banjarnegara klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1404 update (05/04/2009)
    1. Kajian rutin Salafy di Cilacap klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=927 update (04/12/2009)
    2. Kajian rutin Salafy di Gombong, Kebumen klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1245 update (17/03/2008)
    3. Kajian rutin Salafy di Gunung Kidul klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1169 update (05/07/2007)
    4. Kajian rutin Salafy di Jogjakarta, Yogyakarta dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=935 update (18/02/2009)
    5. Kajian rutin Salafy di Karang Anyar klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1262 update (27/12/2009)
    6. Kajian rutin Salafy di Klaten klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=931 update (04/09/2006)
    7. Kajian rutin Salafy di Kudus klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1087 update (13/08/2009)
    8. Kajian rutin Salafy di Magelang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1101 update (07/02/2009)
    9. Kajian rutin Salafy di Pekalongan klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1088 update (10/09/2006)
    10. Kajian rutin Salafy di Pemalang dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=929 update (05/05/2005)
    11. Kajian rutin Salafy di Purworejo klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1143 update (15/02/2007)
    12.Kajian rutin Salafy di Purwokerto dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=936 update (11/05/2005)
    13.Kajian rutin Salafy di Semarang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=930 update (19/03/2008)
    14.Kajian rutin Salafy di Sukoharjo klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1263 update (18/03/2008)
    14.Kajian rutin Salafy di Surakarta bagian Barat klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1260 update (18/03/2008)
    15.Kajian rutin Salafy di Surakarta bagian Timur klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1261 update (18/03/2008)
    16.Kajian rutin Salafy di Temanggung klik
    http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1291 update (22/02/2010)
    17.Kajian rutin Salafy di Wonosobo klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1126 update (13/08/2009)
    18.Kajian rutin Salafy di Wonogiri klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1089 update (04/09/2006)

    Wilayah Jawa Timur
    1. Kajian rutin Salafy di Banyuwangi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1128 update (05/01/2007)
    2. Kajian rutin Salafy di Blitar klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1246 update (28/12/2009)
    3. Kajian rutin Salafy di Gresik klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1096 update (11/12/2009)
    4. Kajian rutin Salafy di Jember klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1253 update (25/01/2010)
    Simak di http://www.assalafy.org/mahad/?page_id=147
    5. Kajian rutin Salafy di Kediri klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1293 update (20/05/2008)
    6. Kajian rutin Salafy di Lumajang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1588 update (09/01/2010)
    7. Kajian rutin Salafy di Malang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=933 update (03/12/2009)
    8. Kajian rutin Salafy di Madiun klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1394 update (27/01/2009)
    9. Kajian rutin Salafy di Nganjuk klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1145 update (07/12/2009)
    10. Kajian rutin Salafy di Pacitan klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1437 update (21/04/2009)
    11. Kajian rutin Salafy di Probolinggo klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1252 update (25/12/2009)
    12. Kajian rutin Salafy di Sidoarjo klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1051 update (17/06/2008)
    13. Kajian rutin Salafy di Situbondo klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1127 update (24/12/2006)
    14. Kajian rutin Salafy di Surabaya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=934 update (18/03/2008)
    15. Kajian rutin Salafy di Tuban klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1259 update (18/03/2008)

    Wilayah Kalimantan
    1. Kajian rutin Salafy di Balikpapan klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1100 update (10/09/2006)
    2. Kajian rutin Salafy di Banjarbaru klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=924 update (21/02/2008) Baru!
    3. Kajian rutin Salafy di Bontang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=925 update (16/03/2008)
    4. Kajian rutin Salafy di Penajam Paser Utara klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1254 update (17/03/2008)
    5. Kajian rutin Salafy di Pontianak klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1162 update (18/05/2009)
    6. Kajian rutin Salafy di Samarinda klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1361 update (23/11/2008)
    7. Kajian rutin Salafy di Sengata, Kutai Timur klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1514 update (18/08/2009)

    Wilayah Sulawesi
    1. Kajian rutin Salafy di Kolaka klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1161 update (08/06/2007)
    2. Kajian rutin Salafy di Makassar dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=956 update (18/03/2008)
    3. Kajian rutin Salafy di Manado, Kotamobagu dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=969 update (04/12/2009)
    4. Kajian rutin Salafy di Paloppo dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1256 update (18/03/2008)
    5. Kajian rutin Salafy di Sorowako dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1257 update (18/03/2008)

    Wilayah Bali, NTB, NTT
    1. Kajian rutin Salafy di Atambua, Kab. Belu, NTT klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1255 update (05/04/2009)
    2. Kajian rutin Salafy di Denpasar, Bali klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=926 update (18/05/2009)
    3. Kajian rutin Salafy di NTB dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=986 update (25/03/2008)

    Wilayah Maluku, Irian/Papua
    1. Kajian rutin Salafy di Ambon dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=967 update (08/05/2008)
    2. Kajian rutin Salafy di Jayapura klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1160 update (07/01/2010)
    3. Kajian rutin Salafy di Sorong klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1095 update (10/09/2006)
    4. Kajian rutin Salafy di Ternate klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1295 update (21/05/2008)
    5. Kajian rutin Salafy di Biak Papua klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1582

    Berikut jadual ta’lim yang diadakan Ahlussunnah wal Jama’ah/Salafy di berbagai tempat di Malaysia. Silakan klik link di bawah ini.
    1. Kajian rutin Salafy di Kuala Lumpur klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1251 update (21/03/2008)

  9. abdurahman88 said

    katakan salah klo imam syafii mengikuti perkataan umar.ra sdng rosul bersabda dg hadis di atas sbgian artinya berpeganglah pd sunahku dn sunah khulafaurasidiin apakah umar ra tdk termsk khulafaurasisin?

    Bismillah,
    Umar Ibnu Khotob Rodiallohuanhu Adalah Amirul Mukminin Dan SALAH SATU Kulafa’urasyidin Ahki, Justru yang antum perlu ketahui standar hukum agama ini adalah Alqur’an dan Assunah serta IJMA’/KESEPAKATAN PARA Sahabat Dan Qiyas Dorurot dengan Sayarat2nya, Dan Ketahulah bahwa selain Rosul Alaihi sholatu wa Salam La Ma’sum (Punya Salah).

    ARTINYA ANTUM PERHATIKAN KONTEK PENDALILANYA KALAU PENDALILANYA DENGAN PERKATAAN UMAR IBNU KHOTOB ITU TEPAT PELETAKANYA YAITU MENCOCOKI ALQURAN DAN SUNNAH NABIY MAKA INI ADALAH KEBENARAN
    TAPI JIKA PELETAKAN PENDALILANYA MENYELISIHI ALQURAN DAN SUNNAH DAN IJMA’ SAHABAT MAKA TIDAK BOLEH DIIKUTI.

    OLEH KARENA ITU AL IMAM MUJTAHID Asy-Syafi’i Semoga Alloh merahmatinya menyatakan: “Apabila kalian mendapati dalam kitabku perkara yang berbeda dari Sunnah Rasulillah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam (yakni ajarannya), maka hendaknya kalian berpendapat sesuai dengan Sunnah itu, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan padanya.”(Kitab Hilyatul Auliya’ )

    Hendaknya antum camkan pernyataan imam ahlu sunnah diatas, BELIAU MENGAJARKAN PRINSIP AQIDAH YANG LURUS YAITU AQIDAH AHLU SUNNAH DAN MELARANG PRINSIP AQIDAH YANG BENGKOK YAITU TAQLID BUTA DAN FANATIS BUTA.

    Silahkan antum Buka Tafsir Ibnu Katsir Rahimahulloh Fie Tafsiri Suroh :

    I.QS.Alhujarot ayat 1 :

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (الحجرات: ).
    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
    Bagaimana Alloh ta’ala menegur Kulafaur Rasyid Abu Bakar Aysidiq dan Umar Ibnu Khotob Rodhiallohuanhuma Pada saat mereka mendahului Rosul dalam pemutusan KETUA KABILAH BANI TAMIM.

    2. QS.Anisa 59
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS.Anisa 59

    Kalau antum memahami Qoidah bahasa Arob, Perhatikan Lafadz: أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ , Kenapa pada saat lafad Wa Ulil Amri (Pemipimpin Kaum Muslimin: Ulama dalam urusan Agama dan Umaro’ dalam urusan dunia) tidak ada lafat wa thi’u ulil amri? maka ini menunjukkan tidak ada ketaatan mutlak pada mereka, yaitu kalau perkataanya sesuai dengan Alquran dan Sunnah maka di taati akan tetapi sebaliknya jika tak mencocoki maka ditinggalkan.

    3.Silahkan perhatikan Agama syiah apakah mereka tidak mengikuti Ali bin Abi Tholib Rodiallohuanhu? tapi kenapa mereka menyimpang? apakah Sahabat Ali bin Abi Tholib Rodiallohuanhu BUKAN KULAFA’UR RASYIDIN ?
    Jika antum berkenan merenungkan ini maka akan ketemu juga jawaban pertanyaan antum itu dengan penjelasan diatas? Biaunihi ta’ala.

    Semoga Alloh membuka kejujuran hati kita semua dalam memegang ASWAJA (DI NU DIBILANGNYA BEGITU) yaitu AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH.Allohua’lam.

  10. azizah said

    Assalamu’alaikum….
    Tolong sebutkan 72 golongan secara spesifik.
    terimakasih….

    Waaalikumussalam Warohmatulloh, Tafadzol Download Penjelasan Ustad Afifudin Dibawah Ini:
    1.Download File Kajian Golongan Selamat dan Golongan Sesat 01 Ust Afifuddin mp3
    [audio src="http://statics.ilmoe.com/kajian/users/atstsurayya/Golongan-Selamat-&-Golongan-Sesat/Golongan-Selamat-dan-Golongan-Sesat_01—Ust-Afifuddin.mp3" /]

    2.Download File Kajian Golongan Selamat dan Golongan Sesat 02 Ust Afifuddin mp3
    [audio src="http://statics.ilmoe.com/kajian/users/atstsurayya/Golongan-Selamat-&-Golongan-Sesat/Golongan-Selamat-dan-Golongan-Sesat_02—Ust-Afifuddin.mp3" /]

    3.Download File Kajian Golongan Selamat dan Golongan Sesat Tanya Jawab Ust Afifuddin mp3
    http://statics.ilmoe.com/kajian/users/atstsurayya/Golongan-Selamat-&-Golongan-Sesat/Golongan-Selamat-dan-Golongan-Sesat_Tanya-Jawab—Ust-Afifuddin.mp3

  11. hasan said

    assalmu alaikum warahmatulloh wabarakatuh

    artikelnya sangat ilmiah dan bermanfaat

    semoga Allah selalu merahmati antum

    Waalaikumussalam Warohmatulloh, Wa antum kadzalik Ya Ahki.

  12. Abdullah said

    Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh
    Manakah yang Ahlu Sunnah Wal Jama’ah antara NU,Muhammadiyah,Salafiyah, atau LDII?
    semoga jawaban antum bisa menjadi pengetahuan tambahan bagi semua?
    Subhanallah Walhamdulillah Walailahailallah Wallahu Akbar
    Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh

    Insyalloh Dilain Waktu kami bahas, untuk permulaan antum bisa membaca artikel terkait di page ini.

  13. abdullah said

    ustadz saya ingin bertanya,,, tentang masalah bid’ah,,, apkah membaca ushalli, dzikir-dzikir dengan berjama’ah dengan menentukan bilangannya,membaca yasin setiap hariu jum’at, dan tahlilan dirumah ahli mayit itu termasuk bid’ah dhalalah??? tolong dijelaskan serinci-rincinya agar saya dapat memahaminya,,

    Bismillah,
    Ahki Abdullah Yang Budiman,

    1.Pertanyaan antum yang pertama, Apakah membaca ushalli (niat yang dilafadzkan termasuk bid’ah dholal?) :

    Ahki yang budiman, hendaknya setiap diri memasukan dalam lubuk hatinya bahwa setiap ibadah itu bersifat Tauqifiyyah (sudah diatur tata caranya dan sudah baku)Sebagaimana Firmanya :

    الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ الإِسْلامَ دِيناً
    Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu(Alamidah ayat 3)

    Para Mufasirin menafsirkan ayat ini “Bahwa agama ini tidak perlu ditambahi dan dikurangi” dan “Apa2 yang tidak disebut agama pada saat ayat ini turun maka bukan agama selamanya”

    Untuk itu setiap muslim hendaknya mengembalikan urusan agamanya ini kepada pembawa risalah suri tauladan terbaik Rosul Alaihi Sholatu Wassalam yang denganya Alloh ta’ala telah menyebutkan tentang sempurnanya dan telah cukup pula risalah yang diemban Rosul alaihi sholatu wassalam dengan penjelasan para sahabatnya ajma’in,

    Untuk permasalahan niat ini Rosul Sholollohualaihi Wassalam pernah bersabda :

    عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ” إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه ” متفق عليه
    Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. Kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907

    Hadits ini adalah salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat DIDALAM HATI, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup sepertiga ajaran islam.

    Dan pertanyaanya apakah Rosul alaihi wassalam pernah mengucapkan niat atau tidak dalam melakukan setiap ibadahnya?

    Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan dalam kitab beliau Zadul Ma’ad:
    ”Jika seseorang menunjukkan pada kami satu hadits saja dari Rasul dan para sahabat tentang perkara mengucapkan niat, tentu kami akan menerimanya. Kami akan menerimanya dengan lapang dada. Karena tidak ada petunjuk yang lebih sempurna dari petunjuk Nabi dan sahabatnya. Dan tidak ada petunjuk yang patut diikuti kecuali petunjuk yang disampaikan oleh pemilik syari’at yaitu Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam.”

    Bahkan dijelaskan dalam Kitab Sholat Bahwasanya ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila akan mendirikan shalat maka beliau mengucapkan : ‘Allahu Akbar” beliau tidak mengatakan satu lafadz pun sebelum takbir dan tidak pula melafadzkan niat sama sekali.”

    Oleh karena itu ahki, permasalahan pelafadztan niat ini, baik dalam sholat, Wudhlu, Puasa, Dll belum ditemukan contoh dari rosul alaihi sholatu wassalam, Oleh karena itu ini merupakan perkara yang muhdats (perbuatan baru) dalam agama ini, Dan Rosul mengingatkan dengan sabdanya :

    ن أم المؤمنين أم عبدالله عائشة رضي الله عنها قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد ” رواه البخاري ومسلم , وفي رواية لمسلم ” من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

    Dari Ummul mukminin, Ummu ‘Abdillah, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak”.
    (Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”) [Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718]

    Untuk itu sangat utama jika seseorang meninggalkan sesuatu yang tidak dituntunkan oleh Rosul Alaihi sholatu Wassalam,dan mencukupkan diri dengan apa yang dicontoh belaiu,

    Memang terjadi perbedaan pendapat dalam masalah pelafadztan niat ini dari para imam mujtahidin,yang terpenting bagi antum adalah mengetahui landasan dalil setiap ibadah yang akan dilaksanakan seperti permasalahn niat ini.

    Kalau kita memahami bagaimana para imam empat sangat keras kepada pengikut yang tidak mengetahui landasan dalil dari ijtihad mereka, dengan mengatakan HAROM bagi orang yang mengikuti pendapat kami jika tidak mengetahui landasan dari mana kami mengambil dalil dalam berpendapat.dan mereka juga mengatakan kalau ada hadits yang shohih itu adalah madzhab kami.

    Untuk itu setiap muslim harus bijak menyikapi perbedaan ini dan mengambil yang terbaik dan yang lebih dekat dengan apa yang dibawa Rosul Alaihi Sholatu Wassalam. Wallohu A’lam bishowab.

    Untuk permasalahan yang lain insyalloh akan disambung…

  14. abdullah said

    ustad terima kasih atas keterangannya tentang ushalli alhamdulillah saya semakin yakin untuk meninggalkannya,,
    namun masih ada yang ingin saya tanyakan ni ustad, tentang hadiah amal,, dilingkungan saya ada yang melarang dan ada juga yang memperbolehkan,, dan yang memeperbolehkan itu,, mereka beralasan dengan dalil ini,,:
    (saya tuliskan artikel yang mereka buat)

    “Pada hakikatnya majelis tahlil atau tahlilan adalah hanya nama atau sebutan untuk sebuah acara di dalam berdzikir dan berdoa atau bermunajat bersama. Yaitu berkumpulnya sejumlah orang untuk berdoa atau bermunajat kepada Allah SWT dengan cara membaca kalimat-kalimat thayyibah seperti tahmid, takbir, tahlil, tasbih, Asma’ul husna, shalawat dan lain-lain.

    Tanggapan Admin:Kalau dikatakan itu hanya sebuah nama, kenapa membuat urutan-urutan yang ditetapkan misal membaca alfatihah-Alihklas 3x-alfalaq3x-annas 3x-Albaqoroh 1-5- ayat kursi-dua ayat terahir Albaqarah dan beberapa bacaan yang dirangkai sedemikian rupa, Kalau antum menganggap ini sesuai yang dicontohkan Rosul, Berikan satu dalil saja yang menyatakaan disyariatkanya kebiasaan ini, Sekarang kalau kami balik bertanya silahkan antum buat urut-urutan sendiri tasbih,tahmid,tahlil, takbir, atau asmaul husna dan lain-lain pada sholat sholat sunnah atau perkara-perkara mustahab lainya,apa yang akan dikatakan imam syafi’i seandainya beliau masih hidup, dan apa yang akan diperbuat kaum muslimin kepada kebiasaan antum ini, saudaraku kalau para imam madzab empat saja tidak pernah membuat seperti ini bagaimana dengan orang orang setelah beliau. akan ana samapaikan bagaimana pendapat beliau tentang masalah kumpul-kumpul di rumah mayit ini,diahkir tulisan ini

    Maka sangat jelas bahwa majelis tahlil sama dengan majelis dzikir, hanya istilah atau namanya saja yang berbeda namun hakikatnya sama. Lalu bagaimana hukumnya mengadakan acara tahlilan atau dzikir dan berdoa bersama yang berkaitan dengan acara kematian untuk mendoakan dan memberikan hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia? Dan apakah hal itu bermanfaat atau tersampaikan bagi si mayyit ?

    Tanggapan Admin:Memang benar tahlil itu sama dengan dzikir, bahkan sabdanya “afdzoul dzikiri laillahailalloh” seutama-utama dzikir adalah tahlil tapi jangan menyamarkannya dengan makna TAHLILAN, karena didalam tahlilan banyak bumbu-bumbu yang diimbuhkan ya ahki, Jadi sangat beda jauh antara TAHLIL vs TAHLILAN, adapun tahlil adalah dzikir yang dianjurkan sedang TAHLILAN TIDAK PERNAH DITEMUKAN DALILNYA MELAIKAN BAGI MEREKA YANG HANYA MENCARI CARI SAJA ATAU MENCOCOK-COCOKAN DALIL, AKAN TETAPI TIDAK PERNAH DITEMUI DALAM KITAB KITAB PARA IMAM MUJTAHIDIN, DAN JAWABAN KYAI SAYA DAHULU WAKTU WAKTU MONDOK PASTI BILANG “INIKAN KEBAIKAN”

    Menghadiahkan Fatihah, atau Yaasiin, atau dzikir, tahlil, atau shadaqah, atau qadha puasanya dan lain lain, itu semua sampai kepada mayyit, dengan Nash yang jelas dalam Shahih Muslim hadits no.1149, bahwa seorang wanita bersedekah untuk ibunya yang telah wafat dan diperbolehkan oleh Rasul saw. Dan adapula riwayat Shahihain Bukhari dan Muslim bahwa seorang shahabat menghajikan untuk ibunya yang telah wafat, dan Rasulullah SAW pun menghadiahkan sembelihan beliau SAW saat Idul Adha untuk dirinya dan untuk ummatnya, “Wahai Allah terimalah sembelihan ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari Ummat Muhammad.” (Shahih Muslim hadits no.1967).

    Tanggapan Admin: Ana setuju dengan keshohehan hadits diatas, akan tetapi yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah bagi mereka yang mempunyai kebiasaan bersedah dan mempunyai janji bersedah, adapun haji maka ulam’a ahlu sunnah sepakat boleh menunaikan haji kepada orang tua yang telah meninggal dunia, Akan tetapi yang menjadi catatan, bukan berarti bukan tanpa perincian, Kita ambil contoh sederhana, bagaimana jika yang meninggal adalah orang Islam yang didalam kehidupanya adalah orang yang pelit medit dan suka berbuat maksiat, tidak pernah berniat sedekah, hasil hartanya dari riba,anak anaknya seorang muslim pula tapi berkelakuan sama dengan orang tuanya, bagaimana pendapat anda apakah sampai sedekah untuk orang tua yang meninggal tadi? atau lebih masuk akal lagi apakah diterima itu pahala tahlilan tersebut yang katanya antum sama dengan majlis dzikir.KALAU ITU DITERIMA TENTU SURGA INI AKAN DIWARISI ORANG ORANG SEPERTI ITU Wahai saudara yang budiman.BAYANGKAN JIKA YANG MENINGGAL TADI DIATAS PUNYA UNAG RIBA 100JT KEMUDIAN DIGUNAKAN NGUNDANG PARA PEMBACA TAHLIL DENGAN AMPLOP AMPLOPNYA YANG TEBAL-TEBAL ITU, APAKAH SAMPAI KEPADA MAYIT? KALAU MENURUT ANTUM DITERIMA MAKA KAMI KATAKAN ANTUM SEPAKAT BAHWA SYURGA MILIKNYA ORANG-ORANG KAYA SEPERTI YANG KAMI SEBUTKAN DIATAS???? ENAK YA KALAU BEGITU, CUKUP NYEBAR AMPLOP SETELAH MATI BISA MASUK SYURGA.mungkin jadi renungan tersendiri bagi pembaca yang masih awam, Allohul musta’an.

    Dan hal ini (sampainya pengiriman amal untuk mayyit) merupakan kesepakatan Ulama seluruh madzhab dan tak ada yang memungkirinya apalagi mengharamkannya, dan perselisihan pendapat hanya terdapat pada madzhab Imam Syafi’i, bila si pembaca tak mengucapkan lafazh : “Kuhadiahkan”, atau “wahai Allah kuhadiahkan sedekah ini atau dzikir ini atau ayat ini..”, bila hal ini tidak disebutkan maka sebagian Ulama Syafi’i mengatakan pahalanya tak sampai.

    Tanggapan Admin: Setuju jika yang dimaksud adalah sedekah/haji bukan tahlilan, catat wahai para pembaca keliatanya Hadits diatas sudah mulai dipalingkan SEOLAH OLAH SEBAGAI DASAR DALIL TAHLILAN.

    Jadi tak satupun ulama ikhtilaf dalam sampai atau tidaknya pengiriman amal untuk mayiit, tapi berikhtilaf adalah pada mengucapkan atau tidak mengucapkan lafazh tersebut. Demikian pula Ibn Taimiyyah yang menyebutkan 21 hujjah tentang Intifa’ min ‘amalil ghairih (mendapat manfaat dari amal selainnya). Mengenai ayat : “DAN TIADALAH BAGI SESEORANG KECUALI APA YANG DIPERBUATNYA,” maka Ibn Abbas ra menyatakan bahwa ayat ini telah mansukh dengan ayat “DAN ORAN ORANG YANG BERIMAN YANG DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN”,

    Tanggapan Admin: Yang antum harus garis bawahi adalah DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN, pembaca sudah ana beri contoh hal ini dengan kasus diatas, Kami ingin memberikan catatan bagi pembaca bahwa yang dimaksud dengan perkataan para ulama diatas adalah WALIDIN SHOLIHIN YAD’U LAHU:ANAK YANG SHOLEH YANG MENDOAKANYA KALAU HADITS INI MEMANG AHLU SUNNAH SEPAKAT DOANYA SAMPAI BAHKAN DOA INI TIDAK HANYA SEBATAS SERUAN LISAN AKAN TETAPI KETIKA SANG ANAK MELAKUKAN AMAL SHOLEH(AMAL PERBUATAN YANG SESUAI DENGAN YANG DICONTOHKAN ROSUL&IKLAS KARENA ALLOH SEMATA) MAKA ORANG TUA AKAN MENDAPATKAN BAGAIANYA.TAPI BUKAN TAHLILAN YANG DIMAKSUD WAHAI PARA PEMBACA KARENA TIDAK PERNAH DICONTOHKAN OLEH ROSUL DAN TIDAK PULA IJMA’ IMAM MUJTAHIDIN.

    Mengenai hadits yang mengatakan bahwa bila wafat keturunan Adam, maka terputuslah amalnya terkecuali 3 (tiga), shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anaknya yang berdoa untuknya, maka orang-orang lain yang mengirim amal, dzikir dll untuknya ini jelas-jelas bukanlah amal perbuatan si mayyit, karena Rasulullah SAW menjelaskan terputusnya amal si mayyit, bukan amal orang lain yang dihadiahkan untuk si mayyit. Dan juga sebagai hujjah bahwa Allah memerintahkan di dalam Al Qur’an untuk mendoakan orang yang telah wafat : “WAHAI TUHAN KAMI AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN BAGI SAUDARA-SAUDARA KAMI YANG MENDAHULUI KAMI DALAM KEIMANAN”, (QS Al Hasyr-10).

    Tanggapan Admin:Kami ingin memberikan catatan bagi pembaca bahwa yang dimaksud dengan perkataan para ulama diatas adalah WALIDIN SHOLIHIN YAD’U LAHU:ANAK YANG SHOLEH YANG MENDOAKANYA KALAU HADITS INI MEMANG AHLU SUNNAH SEPAKAT DOANYA SAMPAI BAHKAN DOA INI TIDAK HANYA SEBATAS SERUAN LISAN AKAN TETAPI KETIKA SANG ANAK MELAKUKAN AMAL SHOLEH(AMAL PERBUATAN YANG SESUAI DENGAN YANG DICONTOHKAN ROSUL&IKLAS KARENA ALLOH SEMATA) MAKA ORANG TUA AKAN MENDAPATKAN BAGAIANYA kalau ini kami sepakat.
    TAPI BUKAN TAHLILAN YANG DIMAKSUD WAHAI PARA PEMBACA KARENA TIDAK PERNAH DICONTOHKAN OLEH ROSUL DAN TIDAK PULA IJMA’ IMAM MUJTAHIDIN, Ulama salaf mana yang menyebutkan hadits diatas sebagai hujah TAHLILAN secara khusus? Ini adalah penyamaran lagi.

    Mengenai rangkuman tahlilan itu, tak satupun Ulama dan Imam-Imam yg memungkirinya. Siapa pula yang memungkiri Muslimin berkumpul dan berdzikir? Hanya syaithan yang tak suka dengan dzikir.

    Tanggapan Admin: Memang tidak ada kaum muslimin yang membenci majlis dzikir (Majlis Ilmu), karena didalamnya diajarkan ilmu disebutkan Nama Alloh, Disela dengan sholawat kepada Rosul, Dibacakan ayat ayat Alloh, Yang menjadi permasalahan dan harus difahami para pembaca Majlis Dzikir itu Beda Dengan Tahlilan.

    Di dalam acara tahlil itu terdapat ucapan Laa ilaaha illallaah, tasbih, shalawat, ayat Qur’an, dirangkai sedemikian rupa dalam satu paket dengan tujuan agar semua orang awam bisa mengikutinya dengan mudah, ini sama saja dengan merangkum Al Qur’an dalam disket atau CD, lalu ditambah pula bila ingin ayat Fulani, silahkan Klik awal ayat, bila anda ingin ayat azab, klik a, ayat rahmat klik b, maka ini semua dibuat buat untuk mempermudah Muslimin terutama yang awam.

    Tanggapan Admin: kami semakin meliat keanehan penulis artikel ini, Untuk memper singkat tanggapan dan tidak bertele tanpa dalil ana rangkumkan perkataan Para Ulama Salaf tentang TAHLILAN INI.Dikolom Bawah

    Atau dikumpulkannya hadits Bukhari, Muslim, dan Kutubussittah, Alqur’an dengan Tafsir Baghawi, Jalalain dan Ilmu Musthalah, Nahwu dll, dalam sebuah CD atau disket, atau sekumpulan kitab. Bila mereka melarangnya maka mana dalilnya?

    Mengenai 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, atau bahkan tiap hari, tak ada dalil yang melarangnya. Itu adalah bid’ah hasanah yang sudah diperbolehkan oleh Rasulullah saw. Justru kita perlu bertanya, ajaran Muslimkah mereka yang melarang orang mengucapkan Laa ilaaha illallaah? Siapa yang alergi dengan suara Laa ilaaha illallaah kalau bukan syaithan dan pengikutnya? Siapa yang membatasi orang mengucapkan Laa ilaaha illallaah? Muslimkah? Semoga Allah memberi hidayah pada Muslimin. Tak ada larangan untuk menyebut Laa ilaaha illallaah, tak pula ada larangan untuk berdzikir pada hari ke-40, hari ke-100 atau kapanpun. Pelarangan atas hal ini adalah kemungkaran yang nyata. Adapun kebolehannya, selain didukung oleh nash umum bagi bolehnya berdzikir di mana pun dan kapan pun (kecuali di jamban), juga didukung oleh hadits sampainya pahala yang dihadiahkan bagi mayyit.

    Bila hal ini dikatakan merupakan adat orang hindu, maka bagaimana dengan computer, handphone, mikrofon, dan lainnya yang merupakan adat orang kafir, bahkan bentuk mimbar dan qubah yang ada di Masjid-Masjid pun adalah adat istiadat non-Muslim. Namun selama hal itu bermanfaat dan tak melanggar syari’ah maka boleh-boleh saja mengikutinya, sebagaimana Rasul saw meniru adat Yahudi yang berpuasa pada hari 10 Muharram. Bahwa Rasul saw menemukan orang Yahudi puasa di hari 10 Muharram karena mereka tasyakkur atas selamatnya Musa as. Dan Rasul saw bersabda : “Kami lebih berhak dari kalian atas Musa as,” lalu beliau saw memerintahkan Muslimin agar berpuasa pula. (HR Shahih Bukhari hadits no.3726, 3727).

    Sebagaimana pula diriwayatkan bahwa Imam Masjid Quba di zaman Nabi saw, selalu membaca surat Al Ikhlas pada setiap kali membaca fatihah, maka setelah fatihah maka ia membaca Al-Ikhlas, lalu surat lainnya, dan ia tak mau meninggalkan surat al-Ikhlas setiap rakaatnya. Ia jadikan Al Ikhlas sama dengan Fatihah hingga selalu berdampingan disetiap rakaat. Maka orang mengadukannya pada Rasul saw, dan ia ditanya oleh Rasul saw : “Mengapa kau melakukan hal itu?” maka ia menjawab : “Aku mencintai surat Al Ikhlas.” Maka Rasul saw bersabda : “Cintamu pada surat Al Ikhlas akan membuatmu masuk sorga” (Shahih Bukhari).

    Maka tentunya orang itu tak melakukan hal tsb dari ajaran Rasul saw, ia membuat-buatnya sendiri karena cintanya pada surat Al Ikhlas, maka Rasul saw tak melarangnya bahkan memujinya. Maka siapa pula yang mau melarang orang yang menggemari Yaasiin?

    Kita bisa melihat bagaimana para Huffazh (Huffazh adalah Jamak dari Hafizh, yaitu ahli hadits yang telah hafal minimal 100.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya) dan para Imam mengirim hadiah pada Rasul saw:

    • Berkata Imam Al-Hafizh Al Muhaddits Ali bin Al-Muwaffiq rahimahullah : “Aku 60 kali melaksanakan hajji dengan berjalan kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 hajji untuk Rasulullah saw.”

    • Berkata Al Imam Al-Hafizh Al Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqafiy As-Siraaj : “Aku mengikuti Ali bin Al-Muwaffiq, aku lakukan 7X haji yang pahalanya untuk Rasulullah saw dan aku menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah saw, dan aku khatamkan 12.000 kali khatam Al-Qur’an untuk Rasulullah saw, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw”.
    Beliau adalah murid dari Imam Bukhari rahimahullah, dan beliau menyimpan 70 ribu masalah yabg dijawab oleh Imam Malik, beliau lahir pada 218 H dan wafat pada 313H

    • Berkata Al Imam Al Hafizh Abu Is-haq Al-Muzakkiy, aku mengikuti Abul Abbas dan aku haji pula 7X untuk Rasulullah saw, dan aku mengkhatamkan Al-Qur’an 700 kali khatam untuk Rasulullah saw. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).

    Berkata Ibnu Al-Qayyim, “Ibadah itu dua macam, yaitu mengenai harta dan badan. Dengan sampainya pahala sedekah, syara’ mengisyaratkan sampainya pada sekalian ibadah yang menyangkut harta, dan dengan sampainya pahala puasa, diisyaratkan sampainya sekalian ibadah badan (badaniyah). Kemudian dinyatakan pula sampainya pahala hajji, suatu gabungan dari ibadah maliyah (harta) dan badaniyah. Maka ketiga macam ibadah itu, teranglah sampainya, baik dengan keterangan nash maupun dengan jalan perbandingan.”

    Syaikh Taqiyyuddin Abul Abbas Ahmad bin Taimiyyah yang menegaskan: “Barangsiapa berkeyakinan bahwa seseorang hanya dapat memperoleh pahala dari amal perbuatannya sendiri, ia menyimpang dari ijma’ para ulama dan dilihat dari berbagai sudut pandang, keyakinan demikian itu tidak dapat dibenarkan.”

    Kemudian, mengenai hidangan yang disediakan di rumah duka itu merupakan shadaqah yang biasanya dihadiahkan bagi mayyit.

    Dari Aisyah ra bahwa sungguh telah datang seorang lelaki pada nabi saw seraya berkata : Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah meninggal mendadak sebelum berwasiat, kukira bila ia sempat bicara mestilah ia akan bersedekah, bolehkah aku bersedekah atas namanya?, Rasul saw menjawab : “Boleh” (Shahih Muslim hadits no.1004)

    Dan dalam hadits ini (hadits riwayat shahih muslim di atas) menjelaskan bahwa shadaqah untuk mayit bermanfaat bagi mayit, dan pahalanya disampaikan pada mayyit, demikian pula menurut Ijma para ulama, dan demikian pula mereka bersepakat atas sampainya doa-doa” (syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 7 hal 90)

    Bila keluarga rumah duka menyediakan makanan dengan maksud bershadaqah, maka hal itu sunnah, apalagi bila diniatkan pahala shadaqahnya untuk mayyit. Demikian kebanyakan orang-orang yang kematian, mereka menjamu tamu-tamu dengan sedekah yang pahalanya untuk si mayyit. Maka hal ini sunnah.

    Mengenai makan di rumah duka, sungguh Rasul saw telah melakukannya. Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadziy :

    Hadits riwayat Ashim bin Kulaib ra yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam sunannya dengan sanad shahih, dari ayahnya, dari seorang lelaki anshar, berkata : Kami keluar bersama Rasul saw dalam suatu penguburan jenazah. Lalu kulihat Rasul saw memerintahkan pada penggali kubur untuk memperlebar dari arah kaki dan dari arah kepala. Ketika selesai, maka datanglah seorang utusan istri almarhum, mengundang Nabi saw untuk bertandang ke rumahnya. Lalu Rasul saw menerima undangannya dan kami bersamanya. Lalu dihidangkan makanan, lalu Rasul saw menaruh tangannya saw di makanan itu, kami pun menaruh tangan kami di makanan itu. Lalu kesemuanya pun makan. Riwayat Abu Dawud dan Baihaqi dalam Dalail Nubuwwah. Demikian pula diriwayatkan dalam Al-Misykaah, di Bab Mukjizat, dikatakan bahwa ketika beliau saw akan pulang, maka datanglah utusan istri almarhum.. dan hal ini merupakan nash yang jelas bahwa Rasulullah saw mendatangi undangan keluarga duka, dan berkumpul bersama shahabat beliau saw setelah penguburan dan makan. (Tuhfatul Ahwadziy Juz 4 hal 67).

    Adapun yang tidak disukai adalah membuatkan makanan jamuan untuk mendatangkan orang banyak, bukan untuk bershadaqah, tetapi untuk meramaikan rumah, menampakkan kedukaan atau melahirkan rasa kesedihannya, seperti yang terjadi di Toraja dan Batak. Jadi yang tidak disukai itu adalah menyediakan makanan untuk mendatangkan orang banyak untuk meratapi mayyit.

    Bagi bangsa Tionghoa, meratapi mayyit termasuk adat mereka. Mereka mengundang banyak orang. Semakin banyak yang datang, semakin keras tangisan mereka, semakin tuan rumah senang. Karena hal ini, menurut mereka, menunjukkan bahwa mayyit sangat dicintai banyak orang, sehingga kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi banyak orang. Bahkan terkadang mereka membayar orang-orang untuk menangis agar terlihat bahwa mayyit ini orang terpandang yang dicintai banyak orang. Hal semacam inilah yang tidak disukai.

    Menyediakan makanan agar berkumpul beramai-ramai di malam pertama, ketiga, dst untuk melahirkan kedukaan itu berbeda dengan menyediakan makanan untuk bershadaqah. Jika keluarga mayyit mengundang bukan untuk meratapi, maka hal itu boleh, seperti telah dijelaskan dalam hadits Ashim bin Kulaib.

    Kemudian, Anda juga perlu tahu bahwa biasanya ketika berta’ziyah, kita tentunya memberikan uang pula untuk meringankan ahli mayyit. Kemudian tetangga-tetangga juga dengan sukarela membantu memasak makanan bagi ahli mayyit dan juga orang-orang yang pulang dari menguburkan. Dan saya tidak melihat bahwa ahli mayyit itu memasak untuk orang-orang yang menguburkan. Saya melihat bahwa ahli mayyit cukup duduk sambil ditenangkan hati mereka.

    Saya telah ditinggalkan oleh kakek, nenek, ibu, dan kakak saya. Dalam empat peristiwa itu, saya dan keluarga tidak memasak apa pun bagi tetamu. Tetangga-tetangga kamilah yang memasak untuk mereka. Jadi, apa yang dituduhkan sebagian kelompok itu disebabkan ketidak-tahuan mereka atas kejadian sesungguhnya dan kurang dapatnya mereka menangkap maksud dari perkataan para Imam. Wa lillahit taufiq.”

    saya ingin bertanya, bagaimana pemandangan ustad tentang hal ini,,,
    terima kasih.

    Saudaraku Abdullah, Tafadzol Direnungi perkataan ulama salaf dibawah ini, tulisan diatas ana tidak menanggapi semua karena semakin melebar dan penulis hanya meletakan dalil dalil umum yang tidak dijelaskan oleh para ulama secara khusus, jadi hanya terkesan mencocok-cocokan supaya keliatan ulama salaf merekomendasikan TAHLILAN,

    Dibawah kami bawakan sejumlah fatwa para Ulama Islam dan Ijma’ mereka dalam masalah “selamatan kematian” atau TAHLILAN yang sangat terang menjelaskan dan semoga menjadi bahan renungan bagi pembaca :

    [1]. Telah berkata Imam Mujtahidin Imamnya Para uLama: Al-Imam Asy-Syafi’iy di ktabnya ‘Al-Um” (I/318).

    “Aku benci al ma’tam yaitu berkumpul-kumpul dirumah ahli mayit meskipun tidak ada tangisan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan memperbaharui kesedihan”[1]

    Perkataan imam kita diatas jelas sekali yang tidak bisa dita’wil atau ditafsirkan kepada arti dan makna lain kecuali bahwa beliau dengan tegas mengharamkan berkumpul-kumpul dirumah keluarga/ahli mayit. Ini baru berkumpul saja, bagaimana kalau disertai dengan apa yang kita namakan disini sebagai Tahlilan ?”

    [2]. Telah berkata Imam Ibnu Qudamah, di kitabnya Al Mughni (Juz 3 halaman 496-497 cetakan baru ditahqiq oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Muhsin At Turki ) :

    “Adapun ahli mayit membuatkan makanan untuk orang banyak maka itu satu hal yang dibenci ( haram ). Karena akan menambah kesusahan diatas musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka [2] dan menyerupai perbuatan orang-orang jahiliyyah.

    Dan telah diriwayatkan bahwasannya Jarir pernah bertamu kepada Umar. Lalu Umar bertanya,.Apakah mayit kamu diratapi ?” Jawab Jarir, ” Tidak !” Umar bertanya lagi, ” Apakah mereka berkumpul di rumah ahli mayit dan mereka membuat makanan ? Jawab Jarir, ” Ya !” Berkata Umar, ” Itulah ratapan !”

    [3]. Telah berkata Syaikh Ahmad Abdurrahman Al Banna, di kitabnya : Fathurrabbani tartib musnad Imam Ahmad bin Hambal ( 8/95-96) :

    “Telah sepakat imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad) atas tidak disukainya ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak yang mana mereka berkumpul disitu berdalil dengan hadits Jarir bin Abdullah. Dan zhahirnya adalah HARAM karena meratapi mayit hukumnya haram, sedangkan para Shahabat telah memasukkannya (yakni berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit) bagian dari meratap dan dia itu (jelas) haram.

    Dan diantara faedah hadits Jarir ialah tidak diperbolehkannya berkumpul-kumpul dirumah ahli mayit dengan alasan ta’ziyah /melayat sebagaimana dikerjakan orang sekarang ini.

    Telah berkata An Nawawi rahimahullah : Adapun duduk-duduk (dirumah ahli mayit ) dengan alasan untuk ta’ziyah telah dijelaskan oleh Imam Syafi’i dan pengarang kitab Al Muhadzdzab dan kawan-kawan semadzhab atas dibencinya (perbuatan tersebut)..

    Kemudian Nawawi menjelaskan lagi, ” Telah berkata pengarang kitab Al Muhadzdzab : “Dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit ) dengan alasan untuk ta’ziyah. Karena sesungguhnya yang demikian itu adalah muhdats (hal yang baru yang tidak ada keterangan dari Agama), sedang muhdats adalah ” Bid’ah.”

    Kemudian Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna di akhir syarahnya atas hadits Jarir menegaskan : “Maka, apa yang biasa dikerjakan oleh kebanyakan orang sekarang ini yaitu berkumpul-kupmul (di tempat ahli mayit) dengan alasan ta’ziyah dan mengadakan penyembelihan, menyediakan makanan, memasang tenda dan permadani dan lain-lain dari pemborosan harta yang banyak dalam seluruh urusan yang bid’ah ini mereka tidak maksudkan kecuali untuk bermegah-megah dan pamer supaya orang-orang memujinya bahwa si fulan telah mengerjakan ini dan itu dan menginfakkan hartanya untuk tahlilan bapak-nya. Semuanya itu adalah HARAM menyalahi petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Salafush shalih dari para shahabat dan tabi’in dan tidak pernah diucapkan oleh seorangpun juga dari Imam-imam Agama (kita).

    Kita memohon kepada Allah keselamatan !”

    [4]. Al Imam An Nawawi, dikitabnya Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab (5/319-320) telah menjelaskan tentang bid’ahnya berkumpul-kumpul dan makan-makan dirumah ahli mayit dengan membawakan perkataan penulis kitab Asy -Syaamil dan lain-lain Ulama dan beliau menyetujuinya berdalil dengan hadits Jarir yang beliau tegaskan sanadnya shahih. Dan hal inipun beliau tegaskan di kitab beliau “Raudlotuth Tholibin (2/145).

    [5]. Telah berkata Al Imam Asy Syairoziy, dikitabnya Muhadzdzab yang kemudian disyarahkan oleh Imam Nawawi dengan nama Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab : “Tidak disukai /dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit) dengan alasan untuk Ta’ziyah karena sesungguhnya yang demikian itu muhdats sedangkan muhdats adalah ” Bid’ah “.

    Dan Imam Nawawi menyetujuinya bahwa perbatan tersebut bid’ah. [Baca ; Al-Majmu’ syarah muhadzdzab juz. 5 halaman 305-306]

    [6]. Al Imam Ibnul Humam Al Hanafi, di kitabnya Fathul Qadir (2/142) dengan tegas dan terang menyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah ” Bid’ah Yang Jelek”. Beliau berdalil dengan hadits Jarir yang beliau katakan shahih.

    [7]. Al Imam Ibnul Qayyim, di kitabnya Zaadul Ma’aad (I/527-528) menegaskan bahwa berkumpul-kumpul (dirumah ahli mayit) dengan alasan untuk ta’ziyah dan membacakan Qur’an untuk mayit adalah ” Bid’ah ” yang tidak ada petunjuknya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

    [8]. Al Imam Asy Syaukani, dikitabnya Nailul Authar (4/148) menegaskan bahwa hal tersebut Menyalahi Sunnah.

    [9]. Berkata penulis kitab ‘Al-Fiqhul Islamiy” (2/549) : “Adapaun ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak maka hal tersebut dibenci dan Bid’ah yang tidak ada asalnya. Karena akan menambah musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka dan menyerupai (tasyabbuh) perbuatan orang-orang jahiliyyah”.

    [10]. Al Imam Ahmad bin Hambal, ketika ditanya tentang masalah ini beliau menjawab : ” Dibuatkan makanan untuk mereka (ahli mayit ) dan tidaklah mereka (ahli mayit ) membuatkan makanan untuk para penta’ziyah.” [Masaa-il Imam Ahmad bin Hambal oleh Imam Abu Dawud hal. 139]

    [11]. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, ” Disukai membuatkan makanan untuk ahli mayit dan mengirimnya kepada mereka. Akan tetapi tidak disukai mereka membuat makanan untuk para penta’ziyah. Demikian menurut madzhab Ahmad dan lain-lain.” [Al Ikhtiyaaraat Fiqhiyyah hal.93]

  15. abdullah said

    ustad saya pernah baca buku,, tentang bid’ah namun,, dalam buku itu,, dituliskan “sebelum masuk ke pembahasan bid’ah terlebih dahulu kita harus mengetahui perbedaan antara perkara adat dan ibadat,,” lalu dibuku itu dituliskan perkataan imam syathibi seprti berikut ini:“sesungguhnya apa-apa yang tak dapat difikirkan maksud-maksudnya dengan jelas, baik perkara yang diperintah ataupun dilarang, maka dinamakan ta’abbud (ibadat) dan apa-apa yang dapat dikenal kebaikannya &dan kejahatannya, maka itu dinamakan “aadi” (adat), oleh karena itu shalat, bersuci, shaum, haji semua itu termasuk ibadat sedangkan jual beli, nikah, thalak, jinayat termasuk perkara adat.” (al-i’tisham)

    saya masih belum faham maksud perkataan imam syatibi tersebut mengenai perbedaan perkara adat dan ibadat,, harap ustad jelaskan dengan lebih rinci lagi,
    terima kasih,,

  16. lokasi dijakarta dimana yaaaaaaaaaaaaaaa?

    Wilayah DKI Jaya
    1.Kajian rutin Salafy di Bekasi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1249 update (17/03/2008)
    2.Kajian rutin Salafy di Cilegon, Banten klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1159 update (23/04/2007)
    3.Kajian rutin Salafy di Cikarang, Bekasi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1542 update (25/10/2009)
    4.Kajian rutin Salafy di Depok dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1264 update (21/03/2008)
    5.Kajian rutin Salafy di Jakarta dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=928 update (25/03/2008)
    6.Kajian rutin Salafy di Jakarta Timur dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1248 update (17/03/2008)

  17. Dhani Ramadhan said

    Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh..

    Artikelnya sangat ilmiah dan bermanfaat
    Semoga Mu’min yg ga suka Tahlil dsb
    Diberi Hidayah Oleh ALLOH SWT….Amin….

    Waalaikumussalam Warohmatulloh,Waiyyakum Ahki.

  18. burhaan said

    assalamualaikum…bagi pembaca yang ingin menambah wawasan tentang ahlussunnah… silahkan
    terima kasih.

    Waaalikumussalam Warohmatulloh,Wallohulmuwafiq

  19. abu said

    satu lagi yang hampir saya lupa,sunnahnya rosullah yang sudah banyak ditinggalkan oleh umat islam padahal rosullulah sampe menangis memohon kepada allah agar doanya yang satu ini dikabulkan tapi sayang allah berkehendak lain yaitu bagaimana umat islam ini tidak saling bermusuhan walaupun baju yang mereka kenakan tidak lah sama yang penting tidak menunjukkan aurat…..

    Ahlu sunnah adalah sepakat diatas alhaq, tiada yang memecahkan mereka melainkan ada dari mereka yang berpaling dari sunnah, dan selamanya pengakuan bukanlah hakikat tanpa adanya bukti amalan yang menguatkan pengakuanya, walaupun dia memasang spanduk spanduk atau atribut, ketahuilah wahai saudaraku ahlu sunnah adalah mereka yang komitmen dengan sunnah rosul Alaihi sholatu wassalam dan yang menyatukan mereka adalah keteguhanya dalam sunnah ini.Tafadzol antum mendatangi para asatidz ahlu sunnah dengan mengharap ridho Alloh ta’ala dan bandingkan dengan kajian kajian yang ada sekarang ya ahki, Wallohul muwafiq

  20. arief muhammad rivai said

    Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh..

    subhanalloh…
    hasbunawlohwani’malwakil ni’malmaula wani’mannassir

    Waalaikumussalam Warohmatulloh, Semoga Alloh menjadikan kita termasuk hamba yang bertawakal kepadaNya,takut kepadaNya, dan cinta KepadaNya.Amin Ya robal alamin.

  21. aku yang dhoif dan bodoh said

    kalo kita perhatikan dan dapat diambil kesimpulan.
    hadish: islam akan terpecah menjadi 73 golongan

    anda semua harus percaya. soalnya hadish

    buat apa membenarkan kalo golongan kita yang benar
    itu semua hak Allah………..ok bung..nggak usah berdebat percuma

    Na’am, Sikap para pendahulu kita adalah diantaranya meninggalkan debat tanpa ilmu, antum bisa perhatikan artikel tercelanya debat tanpa ilmu ya ahki,
    Yang menjadi tanbih : adalah siapa yang sekarang menegakkan sunnah Rosul dan siapa yang berpaling darinya (coba dipehatikan tafsir ibnu katsir Qs.ataubah ayat 100.Wallohu a’lam.Nafa’llohu lana wa lakum fil islam.

  22. pret said

    ustad jawab itu saudara abdullah,tulisannya mewakili saya.

    Thoyib,insyalloh akan dijawab satu per satu.Wallohul Muwafiq

  23. yulianto said

    Assalamu’alaikum wr.wb

    trima kasih atas pencerahannya,tp ada yg kurang nih… Gimana penjelasan dr sodara Abdullah kok blm ada jawabannya……

    Waalaikumussalam Warohmatulloh,Waiyyakum afwan pertanyaan Ahki Abdullah sangat memerlukan waktu tersendiri,insyalloh akan kami jawab Satu per satu.

    Dibawah kami bawakan sejumlah fatwa para Ulama Islam dan Ijma’ mereka dalam masalah “selamatan kematian” atau TAHLILAN yang sangat terang menjelaskan dan semoga menjadi bahan renungan bagi pembaca :

    [1]. Telah berkata Al-Imam Asy-Syafi’iy di ktabnya ‘Al-Um” (I/318).

    “Aku benci al ma’tam yaitu berkumpul-kumpul dirumah ahli mayit meskipun tidak ada tangisan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan memperbaharui kesedihan”[1]

    Perkataan imam kita diatas jelas sekali yang tidak bisa dita’wil atau ditafsirkan kepada arti dan makna lain kecuali bahwa beliau dengan tegas mengharamkan berkumpul-kumpul dirumah keluarga/ahli mayit. Ini baru berkumpul saja, bagaimana kalau disertai dengan apa yang kita namakan disini sebagai Tahlilan ?”

    [2]. Telah berkata Imam Ibnu Qudamah, di kitabnya Al Mughni (Juz 3 halaman 496-497 cetakan baru ditahqiq oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Muhsin At Turki ) :

    “Adapun ahli mayit membuatkan makanan untuk orang banyak maka itu satu hal yang dibenci ( haram ). Karena akan menambah kesusahan diatas musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka [2] dan menyerupai perbuatan orang-orang jahiliyyah.

    Dan telah diriwayatkan bahwasannya Jarir pernah bertamu kepada Umar. Lalu Umar bertanya,.Apakah mayit kamu diratapi ?” Jawab Jarir, ” Tidak !” Umar bertanya lagi, ” Apakah mereka berkumpul di rumah ahli mayit dan mereka membuat makanan ? Jawab Jarir, ” Ya !” Berkata Umar, ” Itulah ratapan !”

    [3]. Telah berkata Syaikh Ahmad Abdurrahman Al Banna, di kitabnya : Fathurrabbani tartib musnad Imam Ahmad bin Hambal ( 8/95-96) :

    “Telah sepakat imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad) atas tidak disukainya ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak yang mana mereka berkumpul disitu berdalil dengan hadits Jarir bin Abdullah. Dan zhahirnya adalah HARAM karena meratapi mayit hukumnya haram, sedangkan para Shahabat telah memasukkannya (yakni berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit) bagian dari meratap dan dia itu (jelas) haram.

    Dan diantara faedah hadits Jarir ialah tidak diperbolehkannya berkumpul-kumpul dirumah ahli mayit dengan alasan ta’ziyah /melayat sebagaimana dikerjakan orang sekarang ini.

    Telah berkata An Nawawi rahimahullah : Adapun duduk-duduk (dirumah ahli mayit ) dengan alasan untuk ta’ziyah telah dijelaskan oleh Imam Syafi’i dan pengarang kitab Al Muhadzdzab dan kawan-kawan semadzhab atas dibencinya (perbuatan tersebut)……..

    Kemudian Nawawi menjelaskan lagi, ” Telah berkata pengarang kitab Al Muhadzdzab : “Dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit ) dengan alasan untuk ta’ziyah. Karena sesungguhnya yang demikian itu adalah muhdats (hal yang baru yang tidak ada keterangan dari Agama), sedang muhdats adalah ” Bid’ah.”

    Kemudian Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna di akhir syarahnya atas hadits Jarir menegaskan : “Maka, apa yang biasa dikerjakan oleh kebanyakan orang sekarang ini yaitu berkumpul-kupmul (di tempat ahli mayit) dengan alasan ta’ziyah dan mengadakan penyembelihan, menyediakan makanan, memasang tenda dan permadani dan lain-lain dari pemborosan harta yang banyak dalam seluruh urusan yang bid’ah ini mereka tidak maksudkan kecuali untuk bermegah-megah dan pamer supaya orang-orang memujinya bahwa si fulan telah mengerjakan ini dan itu dan menginfakkan hartanya untuk tahlilan bapak-nya. Semuanya itu adalah HARAM menyalahi petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Salafush shalih dari para shahabat dan tabi’in dan tidak pernah diucapkan oleh seorangpun juga dari Imam-imam Agama (kita).

    Kita memohon kepada Allah keselamatan !”

    [4]. Al Imam An Nawawi, dikitabnya Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab (5/319-320) telah menjelaskan tentang bid’ahnya berkumpul-kumpul dan makan-makan dirumah ahli mayit dengan membawakan perkataan penulis kitab Asy -Syaamil dan lain-lain Ulama dan beliau menyetujuinya berdalil dengan hadits Jarir yang beliau tegaskan sanadnya shahih. Dan hal inipun beliau tegaskan di kitab beliau “Raudlotuth Tholibin (2/145).

    [5]. Telah berkata Al Imam Asy Syairoziy, dikitabnya Muhadzdzab yang kemudian disyarahkan oleh Imam Nawawi dengan nama Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab : “Tidak disukai /dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit) dengan alasan untuk Ta’ziyah karena sesungguhnya yang demikian itu muhdats sedangkan muhdats adalah ” Bid’ah “.

    Dan Imam Nawawi menyetujuinya bahwa perbatan tersebut bid’ah. [Baca ; Al-Majmu’ syarah muhadzdzab juz. 5 halaman 305-306]

    [6]. Al Imam Ibnul Humam Al Hanafi, di kitabnya Fathul Qadir (2/142) dengan tegas dan terang menyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah ” Bid’ah Yang Jelek”. Beliau berdalil dengan hadits Jarir yang beliau katakan shahih.

    [7]. Al Imam Ibnul Qayyim, di kitabnya Zaadul Ma’aad (I/527-528) menegaskan bahwa berkumpul-kumpul (dirumah ahli mayit) dengan alasan untuk ta’ziyah dan membacakan Qur’an untuk mayit adalah ” Bid’ah ” yang tidak ada petunjuknya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

    [8]. Al Imam Asy Syaukani, dikitabnya Nailul Authar (4/148) menegaskan bahwa hal tersebut Menyalahi Sunnah.

    [9]. Berkata penulis kitab ‘Al-Fiqhul Islamiy” (2/549) : “Adapaun ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak maka hal tersebut dibenci dan Bid’ah yang tidak ada asalnya. Karena akan menambah musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka dan menyerupai (tasyabbuh) perbuatan orang-orang jahiliyyah”.

    [10]. Al Imam Ahmad bin Hambal, ketika ditanya tentang masalah ini beliau menjawab : ” Dibuatkan makanan untuk mereka (ahli mayit ) dan tidaklah mereka (ahli mayit ) membuatkan makanan untuk para penta’ziyah.” [Masaa-il Imam Ahmad bin Hambal oleh Imam Abu Dawud hal. 139]

    [11]. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, ” Disukai membuatkan makanan untuk ahli mayit dan mengirimnya kepada mereka. Akan tetapi tidak disukai mereka membuat makanan untuk para penta’ziyah. Demikian menurut madzhab Ahmad dan lain-lain.” [Al Ikhtiyaaraat Fiqhiyyah hal.93]

  24. Anonim said

    ya jangan ,suka menyesatkan islam lain donk??????????????????????????????????????????????? (Edit)

    Insyalloh disini ilmiah dan saling menasehati mungkin ada pemberi komentar yang kurang etika dalam bertanya atau diskusi,insyalloh dimoderasi.Wallohua’lam

  25. nidhom said

    Assalamu’alaikum Warohmatulloh wabarokatuh.
    menukil jawaban ustadz atas pertanyaan Abdulloh di atas: “Kalau kita memahami bagaimana para imam empat sangat keras kepada pengikut yang tidak mengetahui landasan dalil dari ijtihad mereka, dengan mengatakan HAROM bagi orang yang mengikuti pendapat kami jika tidak mengetahui landasan dari mana kami mengambil dalil dalam berpendapat.dan mereka juga mengatakan kalau ada hadits yang shohih itu adalah madzhab kami”. pertanyaan saya ustadz… apakah berarti orang bodoh -seperti saya ini- setiap saat bahkan setiap detik selalu melakukan perbuatan HAROM, bahkan ketika saya sedang melakukan sholat? karena orang seperti saya ini tidak pernah “mengetahui landasan” dalil orang yang saya ikuti. dan kalau saya tahu haditsnya, misalnya,tapi toh saya juga tidak tahu apakah hadits tsb shoheh atau tidak, dan kalau toh saya baca juga ada imam atau seorang alim -seperti ustadz admin ini misalnya- yang menyatakan shoheh, tapi tetap saja saya tidak tahu apa landasannya dia mengatakan shoheh atau tidak,

    Admin:Bismillah,Saudara Nidhom Semoga Alloh Ta’ala anugerahkan kesabaran didalam mencari ilmu nafi’ dan beramal denganya,semoga Alloh anugerahkan kepada antum adab adab yang mulia sehingga menjadikan diri antum sebagai hamba hamba yang terpilih, Antum renungi jawaban ana dibawah dulu jangan terlalu banyak berkata-kata dulu.

    Hukum orang yang bodoh dan jahil telah kami bahas dalam beberapa pertanyaan sebelumnya, yang intinya kebodohan atau ketidaktauan jika itu memang benar benar karena ketidaktahuan/belum mendapatkan dakwah maka tiada hukum bagi orang seperti ini, maka yang terpenting adalah dia mempunyai kewajiban belajar menuntut ilmu untuk menutupi kebodohanya, sebagaimana yang telah Alloh wajibkan :

    1.وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا .
    Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (Al Isro 36)
    2.فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ Maka Ilmuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Rab (Yang Hak) melainkan Allah

    3.dan sekian banyak hadits hadits Rosul yang disepakati Keshahihanya oleh para ulama salaf (antum bisa buka SHAHIH IMAM BUKHARIY) bab Al ilmu Qobla Qouli wal Amal : Bab Hendaklah Ilmu dipelajari sebelum dia berkata-kata dan Beramal)

    intinya menuntut ilmu hukumnya wajib dan semua diurutkan dari yang terpenting dan yang lebih penting, dari yang wajib menuju yang mubah

    Antum tidak usah pusing pusing mana yang shoheh atau mana yang tidak shoheh, JIKA ANTUM BERAQIDAH AHLU SUNNAH TENTU SEPAKAT BAHWA SHOHEH BUKHARIY DAN MUSLIM ADALAH KITAB TERSHOHEH SETELAH ALQUR’AN, DAN SEDIKIT YANG MENGKRITIK DAN KRITIKANYAPUN MASIH TERBANTAHKAN,COBA ANTUM AMALKAN RIBUAN HADITS ITU MAS, MUNGKIN BACA SYARAHNYA JUGA SEUMUR HIDUP BELUM TENTU CUKUP KECUALI MEREKA PARA ALIM.

    AKAN TETAPI juga jangan menolak hadits hadits shoheh dari kitab selainya, yang notabenya mereka mempunyai sanad sambung dengan mereka misal murid muridnya seperti imam Ahmad murid imam syafi’i,imamThirmidzi,Ibnu Majah,Ibnu Hiban Dll.

    Ana hanya melihat antum belum teliti memahami ucapan para imam tentang keharoman mengikuti pendapat beliau jika tidak tau landasan pendalilanya (catatan:itupun yang mengharomkan mereka sendiri para imam bukan ana) disini memberikan tanbih supaya kaum muslimin tidaklah taqlid buta, antum harus perdalam lagi pengertian :Taqlid dan Itiba’

    oke … mungkin yang mensahihkan tadi menyatakan karena rowinya adil -misalnya- tapi tetep saja saya tidak tahu landasan dia mengatakan adil, demikian pertanyaan ini akan terus dan terus berlanjut entah sampai dimana?? andaikan bisa dijawab, misalnya dengan perangkat ilmiyah yang ada (sperti ilmu mushtholahah hadits, maaf kalau salah)maka pertanyaannya, siapa sekarang yang mampu mengetahui landasan atau dalil yang shohih dari setiap amalannya? dalam masalah sholat saja misalnya, ada berapa banyak ayat dan hadits yang mesti diketahui? belum lagi harus memisahkan antara yang sesuai dan yang tidak dengan permasalahan, bahkan konon kalau mau ngerti betul kandungan sebuah ayat harus tau juga sebab turunnya. walah-walaah…. lha apa mungkin itu di lakukan orang seperti saya, lha wong artinya sebuah ayat saja saya harus nurut sama terjemahnya DEPAG. belum lagi memisahkan antara hadits yang shohih dan tidak shohih. rasanya kok kalau orang seperti saya ya gak mungkin gitu.dan lagi nanti kalau ada pertentangan antara dalil satu dengan lainnya.

    Admin:Yang mengetahui adalah ahlul ilmi (Ulama) , bagi seseorang yang tidak mau belajar sungguh tidak mungkin tapi apa yang disabdakan Rosul semua menjadi mungkin, INNAL ANBIYA’A LAM … AL ULAMA’U WAROSATUL AMBIYA’ , sekarang yang kurang mungkin itu sikap jujur untuk mencari kebenaran tanpa buruk sangka dahulu, DAN ORANG YANG JUJUR ITU TABAYUN/IQOMATUL HUJAH menilai anatara Waki’ dan Dalil DENGAN SUNGGUH SUNGGUH BUKAN IKUT IKUTAN, ATAU ASAL TUDUH,SERAMPANGAN BICARA,HURA HURA ATAU BAHKAN MENJADI TUKANG FITNAH, semua itu bahaya…

    apa berarti saya harus mengikuti penjelasan orang alim seperti admin blog ini? apakah ini tidak berarti meninggalkan taqlid kepada para imam dan beralih taqlid pada ulama’ sekarang. terus apa artinya? maaf ustadz saya jadi bingung. jangankan mengetahui landasan sebuah amal, lha wong bahasa Indonesia nya sebuah hadits saja, orang seperti saya harus “taqlid” sama penerjemah dan sekali lagi maaf, benar tidak nya terjemahan itu saya gak tahu. terus gimana saya bisa menjalankan perintah agama sekaligus menjauhi perbuatan “HAROM” karena “tidak mengerti landasan” tadi? dan saya tidak tahu apakah ini hanya pengalaman saya sendiri ataukah banyak saudara saya sesama muslim yang juga seperti saya. jangan-jangan jumlah sangat banyak bisa ribuan bahkan jutaan. lha terus kita-kita ini kalau terus begini kelak di akhirat kita akan diterima di mana? jangan-jangan surga hanya milik mereka yang ‘alim yang “tahu landasan” tadi? sedang orang-orang seperti saya yang bisanya cuma ngikut pendapat orang lain, baik ngikut imam empat, ngikut wahabi, ngikut salafi, ulama NU, Muhammadiyah bahkan mungkin jamaah pengajian ustadz admin ini sendiri atau yang lain rasanya sangat tidak pantas mengharap surga. terus ……. maaf ustadz saya jadi bingung bukan buatan. saya mohon penjelasan yang sejelas-jelasnya ya Ustadz admin! dan mohon doanya agar saya tetap di akui UMMAT nya oleh Rasululloh SAW sekalipun sya kurang tahu bahkan tidak tahu sama sekali mana perkataan beliau yang benar2 perkataan beliau semua hanya katanya, katanya…..mohon maaf Ustadz. saya benar2 menantikan jawaban yang memuaskan dari Ustadz. terima kasih
    wassalam.

    Admin:Sebagai penutup coba renungi dahulu pengertian Ittiba’ dan Taqlid dibawah ini biar antum menjadi lebih faham,insyalloh

    Pengertian Ittiba’
    Ittiba’ secara bahasa berarti iqtifa’ (menelusuri jejak), qudwah (bersuri teladan) dan uswah (berpanutan). Ittiba’ terhadap Al-Qur’an berarti menjadikan Al-Qur’an sebagai imam dan mengamalkan isinya. Ittiba’ kepada Rasul berarti menjadikannya sebagai panutan yang patut diteladani dan ditelusuri langkahnya. (Mahabbatur Rasul, hal.101-102).

    Adapun secara istilah ittiba’ berarti mengikuti seseorang atau suatu ucapan dengan hujjah dan dalil. Ibnu Khuwaizi Mandad mengatakan : “Setiap orang yang engkau ikuti dengan hujjah dan dalil padanya, maka engkau adalah muttabi’ (Ibnu Abdilbar dalam kitab Bayanul ‘Ilmi, 2/143).

    Allah memerintahkan agar semua kaum muslimin ber-ittiba’ kepada Rasulullah saw, seperti Firman-Nya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik., (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kesenangan) hari akhirat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab:21)

    Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini : “Ayat ini merupakan azas pokok lagi agung dalam bersuri teladan kepada Rasulullah saw dalam segala ucapan, perbuatan dan hal ihwalnya…”(Tafsir Ibnu Katsir, 3/475). Sedangkan Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Al-Hadits Al-Hujjatun bi Nafsihi pada hal.35 menyatakan : “Ayat ini memberi pengertian bahwa Rasulullah saw adalah panutan kita dan suri teladan bagi kita dalam segala urusan agama…”

    Ber-uswah kepada Rasulullah saw ialah mengerjakan sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh beliau, baik berupa amalan sunnah atau pun wajib dan meninggalkan semua yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw baik perkara itu makruh, apalagi yang haram. Jika beliau SAW mengucapkan suatu ucapan, kita juga berucap seperti ucapan beliau, jika beliau mengerjakan ibadah, maka kita mengikuti ibadah itu dengan tidak ditambah atau dikurangi. Jika beliau menganggungkan sesuatu, maka kita juga mengagungkannya.

    Namun perlu diperhatikan bahwa mustahil seseorang itu ber-uswah atau ber-ittiba’ kepada Rasulullah saw jika dia jahil (bodoh) terhadap sunnah-sunnah dan petunjuk-petunjuk Rasulullah saw. Oleh sebab itu jalan satu-satunya untuk ber-uswah kepada Rasulullah eadalah dengan mempelajari sunnah-sunnah beliau – ini menunjukkan bahwa atba’ (pengikut Rasul) adalah ahlul bashirah (orang yang berilmu).

    Dan cukup banyak ayat-ayat Al-Qur’an agar kita senantiasa mengikuti sunnah seperti :

    “Barangsiapa yang menta’ati Rasul berarti dia menta’ati Allah.. ” (An-Nisa’:80)

    “Barangsiapa yang ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya Allah akan memasukkannya ke dalam Syurga…” (An-Nisa’:13) … dan ayat-ayat yang lainnya.

    Dan perkataan Rasulullah merupakan perkataan yang harus dipercaya, sebab “Dan tidaklah ia berkata-kata dari hawa nafsunya melainkan wahyu yang disampaikan Allah kepadanya.” (An-Najm:4)

    Bahkan Rasulullah mengingkari orang-orang yang beramal tetapi mereka tidak mau mencontoh seperti apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah :

    “Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim, 1718).

    Dalam hadits ini ada faedah penting, yaitu : Niat yang baik semata tidak dapat menjadikan suatu amalan menjadi lebih baik dan akan diterima di sisi Allah I, akan tetapi harus sesuai dengan cara yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. Oleh sebab itu Nabi emenutup jalan bagi orang yang suka mengada-ngada dalam ibadah dengan ucapan : “Siapa yang benci (meninggalkan) sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku“.(HR. Bukhari). Dan ini berlaku bagi seluruh sunnah yang telah ditetapkan beliau.

    Maka dengan demikian kedudukan ittiba’ (mengikuti contoh kepada Ralullah saw) dalam Islam adalah wajib, setiap orang yang mengaku muslim mesti meninggikannya, bahkan ia merupakan pintu bagi seseorang setelah masuk Islam. Sehingga Ittiba’ kepada Rasulullah adalah salah satu syarat agar diterimanya amal seseorang. Sedangkan syarat diterimanya ibadah seseorang yang disepakati oleh para ulama, ada dua: Pertama, mengikhlaskan niat ibadah hanya kepada Allah. Kedua, harus mengikuti dan cocok dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW.

    Pengertian Taqlid
    Taqlid dari segi bahasa berarti membuat ikatan di leher. Diambil dari kata qaladah, yaitu sesuatu yang digunakan orang untuk mengikat yang lainnya. (Al-‘Aqa’id hal. 91). Adapun secara istilah, taqlid bermakna mengambil madzhab dari seseorang atau beramal dengan ucapan-ucapan orang itu tanpa dalil dan hujjah. Abu Abdillah bin Khuwaizi Mandad menyatakan : “Setiap orang yang engkau ikut tanpa dalil dan hujjah maka engkau adalah muqallidnya”. (Al-‘Alamul Muwaqqi’in hal.137). Dengan demikian jika kita mengikuti pendapat seseorang, padahal pendapatnya itu tidak berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman gene-rasi shahabat, maka kita adalah muqallidnya.

    Hukum bertaqlid

    1. Pendapat yang membolehkan taqlid kepada salah satu imam madzhab. Pendapat ini dipegang banyak oleh orang-orang yang fanatik terhadap madzhab.

    2. Pendapat yang secara mutlak melarang taqlid, seperti diantaranya pendapat Iman As-Syaukani dan Ibnu Khuwazi Mandad.

    3. Taqlid dengan syarat. Yaitu taqlid yang diperbolehkan, seperti taqlid orang bodoh kepada ‘alim yang terpercaya; serta taqlid yang dilarang, seperti taqlid seseorang kepada ‘alim tanpa hujjah (dalil). Pendapat ini adalah pendapat jumhur para ulama.

    Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkomentar tentang kebolehan seorang awam bertaqlid kepada ‘alim yang terpercaya :”Yang benar adalah bahwa orang yang tidak mampu untuk mengetahui dalil, dia itulah yang diharuskan taqlid. Karena Allah tidak membebani suatu jiwa pun kecuali sesuai dengan kemampuannya. Dan kadang-kadang seorang ‘alim pun terpaksa harus taqlid dalam beberapa permasalahan yaitu ketika dia tidak mendapatkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dia mendapatkan ucapan orang yang lebih ‘alim dari dirinya. Maka keadaan itu dia pun terpaksa taqlid kepadanya. Hal ini pernah dilakukan oleh Imam Syafi’i dalam beberapa permasalahan.”

    Para muqallid madzhab berpendapat yang sebenarnya pendapat mereka itu bukan pada tempatnya. Di antara pendapat mereka adalah: “Tidak seorang pun yang dapat memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah serta mengamalkannya kecuali hanya para imam madzhab saja. Sedangkan mereka sudah memenuhi syarat begini dan begitu!! Bahwa merekalah yang lebih memenuhi syarat untuk pekerjaan itu, serta tidak ada satu manusia pun bisa melakukannya setelah mereka.” Begitu perkataan mereka.

    Bantahan ucapan mereka itu adalah firman Allah : “Dan sesungguhnya kami telah mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang-orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar 17,22,32 dan 40).

    “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shaad : 29)

    Kedua ayat ini membantah pemahaman bahwa Al-Qur’an itu dilarang dipelajari oleh sembarang orang. Bahkan kepada orang munafiq atau kafir pun Allah perintahkan untuk mempelajari Al-Qur’an itu, seperti Firman-Nya dalam surat Muhammad : 24.

    Para muqallid madzhab juga berpendapat bahwa : “Tidak boleh taqlid kepada selain empat madzhab, sekali pun tidak sesuai dengan ayat Al-Qur’an dan Sunnah, tidak pula kepada aqwal (pendapat) sahabat, karena orang yang keluar dari madzhab yang empat adalah sesat dan menyesatkan. Juga karena mengambil arti zhahir nash Al-Qur’an dan As-Sunnah termasuk pokok-pokok kekufuran.”

    Ucapan mereka ini bukan saja syubhat tetapi kebathilan bahkan kejahilan yang amat jahil. Al-‘Allamah Muhammad Amin Asy-Syinqithi dalam kitabnya Al-Aqalid hal.24-25 menyata-kan: “Lihatlah wahai saudara-saudaraku. Alangkah keji dan bathilnya perkataan mereka. Boleh meyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah dan Ijma’ Shahabat asal jangan keluar dari empat madzhab. Ini adalah kedustaan besar!!” Ada pun ucapan mereka bahwa ‘Sesungguhnya mengambil zhahir Al-Qur’an termasuk pokok-pokok kekufuran.’ Juga merupakan kebathilan yang sangat keji dan besar.”

    Justru yang tidak mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti telah kufur. Seperti Firman Allah:

    “Ta’atlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (As-Sunnah), barangsiapa yang berpaling (dari keduanya) maka sesung-guhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir.” (Al-Imran : 32)

    Padahal Allah telah membenarkan untuk mengikuti petunjuk (ijma’) shahabat seperti Firman-Nya:

    “Generasi pertama (Islam) dari kaum Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan benar Allah RIDHO kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah…” (At-Taubah:100).

    Atau perkataan mereka bahwa melarang mengambil arti Al-Quran dan Sunnah yang tersurat karena termasuk-masuk pokok-pokok kekufuran. Lihatlah bagaimama Firman Allah membantah mereka :

    “Dia (Allah) yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu di dalam terdapat ayat-ayat YANG JELAS, sebagian besar isi Al-Qur’an itu(demikian)…” (Al-Imran:7)”

    Perhatikan para muqallid, Allah menyatakan bahwa Al-Qur’an itu mudah dipelajari, dan mudah dimengerti. Lalu mereka melarang orang-orang mempelajari Al-Qur’an dengan pengerti-an tekstual bisa kufur. Masya Allah! Sama saja artinya mereka menggiring orang untuk menjauhi Al-Qur’an. Maka jelaslah kedustaan mereka yang mereka ada-adakaan. Sementara Rasulullah epernah bersabda bahwa : “Sesungguhnya agama ini mudah, tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan” (HR. Bukhari).

    Perhatikan, agama ini bukan teka-teki. Jika Al-Qur’an itu sulit bagi manusia maka tidak ada gunanya ia diturunkan. Dan tidak ada gunanya pula kita diperintahkan untuk mempelajarinya sebagai Hudal linnas (petunjuk bagi manusia).

    Dan para muqallid itu berdalil dengan firman Allah :”…maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahuinya.”(Al-Anbiya’:7).

    Mereka memakai istidlal (pengambilan dalil) bukan pada tempatnya. Karena ayat itu tidak menunjukkan taqlid buta. Yang dimaksud ahlu dzikr pada ayat adalah orang yang mengerti tentang wahyu yang turun. Diperintahkan bertanya kepada mereka agar diberi fatwa dengan ketentuan wahyu. Karena Al-Qur’an dan Sunnah pada hakekatnya adalah wahyu dari Allah, maka jika seseorang menjelaskan dengan kedua wahyu tersebut, sehingga bila kita mengikuti penjelasan seseorang dengan Al-Qur’an dan Sunnah bukan taqlid lagi namanya tetapi ittiba’.

    Begitulah para muqallid membela-bela pendirian mereka. Bahkan banyak lagi ayat-ayat dan As-Sunnah yang mereka gunakan supaya terkesan “benar” di mata orang-orang yang sama jahilnya dengan mereka. Sampai-sampai seorang ulama besar seperti Ibnul Qayyim Al-Jaujiyyah rahimahullah membantah mereka dalam kitabnya Al-Muwaqqi’in, juz II hal.140-198 dengan hujjah kepada para muqallid madzhab sampai beliau menyebutnya lebih dari 80 segi.

    Komentar para Imam Madzhab tentang Taqlid:

    1. Imam Hanafi (Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit)

    “Apabila hadits itu shahih maka itu adalah madzhabku” (Perkatan beliau ini dapat dilihat pada kitab Al-Hasyiyah karya Ibnu Abidin Juz 1/63, juga dalam risalah Rasmul Mufti Juz 1/4.)

    “Tidaklah dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang kepada perkataanku, selagi ia tidak tahu dari mana aku mengambilnya.” (Ibnu Abdilbar dalam kitab Al-intiqa’u fi Fadha-ilist Tsalatsatil ‘A-immatil Fuqaha’i p.145, dan Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in, 2/309 dan Ibnu Abidin dalam Al-Hasyiyah).

    Dalam riwayat lain dikatakan : “Adalah haram bagi orang yang tidak megetahui alasanku untuk berfatwa dengan perkataanku.“. Atau riwayat lain lagi : “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

    Beliau berkata kepada Abu Yusuf : “Kasihan engkau wahai Ya’qub (Abu Yusuf) jangan engkau tulis setiap apa yang dari padaku. Karena kadangkala aku memang berpendapat dengan suatu pendapat pada hari ini, dan kadang kala aku berpendapat lain pada esok lusa, bahkan aku meninggalkannya pada esok lusa.” (Al-Mizan 1/6. Abu Hanifah adalah seorang ulama yang sering menetapkan sesuatu hukum dengan qiyas kepada suatu ketentuan yang belum ditemukannya pada Kitabullah atau Sunnah Rasulullah saw. Para pengikut hanafi penghafal hadits yang sering melakukan perjalan jauh dari negeri-negeri dan pelabuhan-pelabuhan setelah berhasil mendapatkan hadits, niscaya Imam Hanafi mengambilnya dari mereka dan membuang qiyas yang pernah ia fatwakan.)

    “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan Kitabullah atau khabar Rasulullah, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani dalam Al-Iqazh p.50 yang diasalkan oleh Imam Muhammad ).

    2. Imam Malik bin Anas. Beliau berkata :

    “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapatku yang sesuai dengan Al-Kitab dan Sunnah, ambillah dan setiap perkataanku yang menyimpang dengan Al-Kitab dan Sunnah, tinggalkanlah.” (Ibnul Abdilbar dalam Al-Jami’, 2/32, dan Ibnu Hizam dalam Ushulul Ahkam, 6/149 dan demikian pula Al-Fulani, p.72)

    “Tidak ada seorang pun setelah Nabi saw kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi saw.”( Ibnul Hadi dalam Irsyadus Salik, 227/1, Ibnu Abdilbar dalam Al-Jami’, 2/91, dan Ibnu Hazm dalam Ushulul Ahkam, 6/145 dan 179 dari perkataan Al-Hakam bin Uthaibah dan Mujahid. Taqiyuddin mengeluarkan dalam Al-Fatawa 1/48)

    3. Imam Syafi’i. (Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i). Inilah nasihat beliau tentang taqlid : Setiap pendapatku yang menyalahi hadits Nabi saw. maka hadits Nabi saw itulah yang wajib diikuti, dan janganlah kalian taqlid kepadaku.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Abu Nu’aim dan Ibnu ‘Atsakir 15/10/1)

    “Apabila kalian dapati di dalam kitabku, pendapat-pendapat menyalahi Sunnah Rasulullah saw., peganglah Sunnnah Rasulullah saw dan tinggalkan pendapatku.“ Dalam riwayat lain beliau berkata : “Ikutilah Sunnah Rasulullah saw. dan janganlah kalian menoleh kepada pendapat siapapun“. (Riwayat al-Harawi, Abu Nu’aim fil Hilyah / lihat Shifat Shalat Nabi hal.28 Lil-Albani).

    “Setiap masalah yang sudah shahih haditsnya dari Rasulullah menurut para ulama hadits, tetapi pendapatku menyalahi hadits yang shahih, maka aku ruju’ dari pendapatku dan aku ikut hadits Nabi saw yang shahih baik ketika aku masih hidup maupun sesudah wafatku.” (Al-Harawi 47/1, Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in, 2/363).

    “Kaum muslimin sudah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah maka tidak halal meninggal-kannya karena taqlid kepada pendapat seseorang.” (Ibnul Qayyim 2/361 dan Al-Fulani p.68)

    “Apabila hadits itu shahih, maka dia adalah madzhabku.” (An-Nawawi dalam Al-Majmu’, Asy-sya’rani, 10/57, Al-Fulani, p.100)

    4. Imam Ahmad bin Hambal. Adalah salah seorang dari Imam madzhab yang paling banyak jasanya dalam mengumpulkan Sunnah. Perhatikan pula apa perkataan beliau tentang taqlid :

    “Janganlah kalian taqlid padaku dan jangan pula kalian taqlid kepada Imam Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Ibnul Fulani, 113, dan Ibnul Qayyim dalam kitab Al-I’lam 2/302).

    “Pendapat Auza’i, pendapat Imam Malik dan Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan bagiku adalah sama, sedangkan alasan hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar.” (Ibnul Abdilbar dalam Al-Jami’, 2/149).

    “Barangsiapa yang menolak hadits Rasulullah maka sungguh ia telah berada di tepi kehancuran.” (Ibnul Jauzy p.182).

    Amat jelas perkataan mereka, dan amat jelas kedustaan yang dibuat oleh para muqallid yang membolehkan taqlid buta kepada salah seorang dari mereka. Perhatikanlah, kesemua Imam-imam itu tidak ingin ditaqlidi. Semua mereka menyarankan agar kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw. Tidak dibenarkan orang-orang yang mengikuti mereka mengambil pendapat mereka tanpa dalil. Dikarenakan keempat imam madzhab itu, memiliki dalil-dalil, dan diantara dalil-dalil itu terdapat dalil yang shahih dan ada pula yang lemah, maka ambillah pendapat mereka yang lebih rajih dan shahih, dengan tidak membedakan satu imam dengan lainnya. Jika hujjah mereka berasal dari atsar yang shahih maka wajib kita membenarkan dan memegang pendapat tersebut. Tidak dibenarkan seseorang mengambil fatwa-fatwa hanya dari salah seorang mereka kemudian membenci pendapat Imam yang lain. Atau seseorang mengambil fatwa dari ulama-ulama sementara dia tidak mengetahui hujjah atau dalil dari ulama tersebut. Yang benar adalah kita cocokkan setiap pendapat yang kita terima dari Imam-imam Ahlussunnah baik dari empat Imam Madzhab atau pun dari imam-imam yang lain dengan merujuk kepada Kitabullah, As-Sunnah serta atsar dari sahabat. Wallahu a’lamu bish-shawab.

  26. nidhom said

    terima kasih ustadz atas jawabannya yang mencerahkan.

    Sama sama ahkiy semoga Alloh anugerahkan keberkahan ilmu dan amal untuk antum, Terus belajar hindari fanatik buta dengan Ustadz, kelompok atau golongan, minta petunjuk kepada Alloh ta’ala agar diberikan tambahan ilmu yang bermanfaat .Barokallohufikum

  27. www.yahoo.com said

    “berdzikirlah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”
    berdzikir ada dalam sholat
    berdzikir ada dalam tahlil
    berdzikir ada dalam tafakur
    dll

    Orang tahlilan 3,5,7,9, 11, 30, 40, 67,99 dll hari intinya berdzikir sebanyak-banyaknya. Adakah menyelisihi Al Quran? Bila dzikir ditempakan di saat kematian, saat senggang, saat kumpul2 warga kampung? melekat dalam tradisi NU, apakah berdzikir menyelisihi AlQuran? Kalau orang2 Wahabi mengisi saat berkabung dengan tetap bekerja, dll apakah juga ada sunahnya?
    mohon penceraan bagi yang merasa paling ahlusunah wal jamaah

    Bismillah, Saudara Yang Budiman,
    Berdzikir sebanyak-banyaknya bukan berarti ditetapkan jenis bacaan tertentu dan jumlahnya kalau ditetapkan ini menyelisihi Rosul kecuali kalau ada contoh yang ditetapkan misal hadits hadits dibawah ini :

    254- قَالَ : مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِيْ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ.

    254. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang membaca: “Maha Suci Allah dan aku memujiNya” dalam sehari seratus kali, maka kesalahannya dihapus sekalipun seperti buih air laut.” [275]

    255- وَقَالَ : مَنْ قَالَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، عَشْرَ مِرَارٍ، كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ.

    255. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca: Laailaaha illallaah wahdahu laa syariika lahu lahulmulku walahulhamdu wahuwa ‘alaa kulli syaiin qadiir, sepuluh kali, maka dia seperti orang yang memerdekakan empat orang dari keturunan Ismail.” [276]

    256- وَقَالَ : كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَـانِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ.

    256. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua kalimat yang ringan di lidah, pahalanya berat di timbangan (hari Kiamat) dan disenangi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, adalah: Subhaanallaah wabi-hamdih, subhaanallaahil ‘azhiim.” [277]

    257- وَقَالَ : لأَنْ أَقُوْلَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ.

    257. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, apabila aku membaca: ‘Subhaanallah walhamdulillaah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar’. Adalah lebih senang bagiku dari apa yang disinari oleh matahari terbit.” [278]

    258- وَقَالَ : ((أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ)) فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ، كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَ: ((يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيْئَةٍ))

    258. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan tiap hari?” Salah seorang di antara yang duduk bertanya: “Bagaimana di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?” Rasul bersabda: “Hendaklah dia membaca seratus tasbih, maka ditulis seribu kebaikan baginya atau seribu kejelekannya dihapus.” [279]

    259- مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الْجَنَّةِ.

    259. “Barangsiapa yang membaca: Subhaanallaahi ‘azhiim wabihamdih, maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di Surga.” [280]

    260- وَقَالَ : ((يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ؟)) فَقُلْتُ: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: ((قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ))

    260. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abdullah bin Qais! Maukah kamu aku tunjukkan perbendaharaan Surga?” “Aku berkata: “Aku mau, wahai Rasulullah!” Rasul berkata: “Bacalah: Laa haula walaa quwwata illaa billaah.” [281]

    261- وَقَالَ : أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، لاَ يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ.

    261. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Perkataan yang paling disenangi oleh Allah adalah empat: Subhaanallaah, Alhamdulillaah, Laa ilaaha illallaah dan Allaahu akbar. Tidak mengapa bagimu untuk memulai yang mana di antara kalimat tersebut.” [282]

    262- جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ فَقَالَ: عَلِّمْنِيْ كَلاَمًا أَقُوْلُهُ. قَالَ: قُلْ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ)) قَالَ فَهَؤُلاَءِ لِرَبِّيْ فَمَا لِيْ؟ قَالَ: قُلْ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِيْ.

    262. Seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu berkata: ‘Ajari aku dzikir untuk aku baca!’ Rasul Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ‘Katakanlah: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah yang banyak. Maha Suci Allah, Tuhan sekalian alam dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.’ Orang Badui itu berkata: ‘Kalimat itu untuk Tuhanku, mana yang untukku?’ Rasul bersabda: ‘Katakanlah: Ya Allah! Ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku dan berilah rezeki kepadaku.” [283]

    263- كَانَ الرَّجُلُ إِذَا أَسْلَمَ عَلَّمَهُ النَّبِيُّ الصَّلاَةَ ثُمَّ أَمَرَهُ أَنْ يَدْعُوَ بِهَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَارْزُقْنِيْ.

    263. Seorang laki-laki apabila masuk Islam, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam mengajarinya shalat, kemudian beliau memerintahkan agar berdoa dengan kalimat ini: ‘Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku, melindungi (dari apa yang tidak kuinginkan) dan berilah rezeki kepadaku.” [284]

    264- إِنَّ أَفْضَلَ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَأَفْضَلَ الذِّكْرِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ.

    264. Sesungguhnya doa yang terbaik adalah membaca: Alhamdulillaah. Sedang dzikir yang terbaik adalah: Laa Ilaaha Illallaah.” [285]

    265- الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.

    265. Kalimat-kalimat yang baik adalah: “Subhaanallaah, walhamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, walaa haula walaa quwwata illaa billaah.” [286]

    ———————————
    [275] HR. Al-Bukhari 7/168, Muslim 4/2071.
    [276] HR. Al-Bukhari 7/167, Muslim dengan lafazh yang sama 4/2071.
    [277] HR. Al-Bukhari 7/168, Muslim 4/2072.
    [278] HR. Muslim 4/2072.
    [279] HR. Muslim 4/2073.
    [280] HR. At-Tirmidzi 5/511, Al-Hakim 1/501. Menurut pendapatnya, hadits tersebut shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya. Lihat pula Shahihul Jami’ 5/531 dan Shahih At-Tirmidzi 3/160.
    [281] HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/213 dan Muslim 4/2076.
    [282] HR. Muslim 3/1685.
    [283] HR. Muslim 4/2072. Abu Dawud menambah: Ke
    tika orang Arab Badui berpaling, Nabi n bersabda: “Sungguh dia telah memenuhi kebaikan pada kedua tangannya”. 1/220.
    [284] HR. Muslim 4/2073, menurut riwayatnya ada ke terangan: Sesungguhnya kalimat-kalimat tersebut akan
    mencukupi dunia dan akhiratmu.
    [285] HR. At-Tirmidzi 5/462, Ibnu Majah 2/1249, Al-Hakim 1/503. Menurut Al- Hakim, hadits tersebut adalah shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya, Lihat pula Shahihul Jami’ 1/362.
    [286] HR. Ahmad no. 513 menurut penertiban Ahmad Syakir, sanadnya shahih, lihat Majma’uz Zawa’id 1/297, Ibnu Hajar mencantumkannya di Bulughul Maram dari riwayat Abu Sa’id kepada An-Nasa’i. Ibnu Hajar berkata: “Hadits tersebut adalah shahih menurut pendapat Ibnu Hibban dan Al-Hakim.

    Adapun Tahlilan banyak bacaan yang ditetapkan dan itu hanya tradisi, bahkan orang-orang hindu ceritanya merasa bangga karena kebiasaanya telah diamalkan oleh umat islam dan mereka merasa bahwa ajaranya mulia, dan antum perlu mencari tau bagaimana da’i-da’i bekas hindu yang masuk Islam yang telah membeberkan bagaimana sejarah peringatan kematian yang antum sebutkan

    “berdzikirlah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (ADMIN :AHLU SUNNAH SETUJU)
    berdzikir ada dalam sholat (ADMIN :AHLU SUNNAH SETUJU)
    berdzikir ada dalam tahlil(ADMIN :AHLU SUNNAH SETUJU AFDHOLU DZIKIR LAILAHA ILALLOH)
    berdzikir ada dalam tafakur(ADMIN :AHLU SUNNAH SETUJU)
    dll (ADMIN :Ini harus lebih terang maksudnya)

    Orang tahlilan 3,5,7,9, 11, 30, 40, 67,99 dll hari intinya berdzikir sebanyak-banyaknya. Adakah menyelisihi Al Quran? Bila dzikir ditempakan di saat kematian (ADMIN :MENYELISIHI JIKA DITETAPKAN WAKTU TEMPAT DAN JENIS BACAANYA DIRANGKAI RANGKAI DAN HARUS ITU YANG DIBACA), saat senggang (ADMIN :SESUAI SUNNAH), saat kumpul2 warga kampung?(ADMIN :SESUAI SUNNAH JIKA PD SAAT BERKUMPUL DIAJARKAN ALQURAN DAN SUNNAH) melekat dalam tradisi NU(ADMIN : IYA MEMANG INI HANYA DIJUMPAI DI NU SAJA DITIMUR TENGAH TIDAK ADA DAN BELAHAN DUNIA LAINYA JUGA TIDAK ADA), apakah berdzikir menyelisihi AlQuran?(ADMIN :SESUAI DENGAN ALQUR’AN DAN SUNNAH JIKA SEPERTI HADITS YANG KAMI MUAT DIATAS) Kalau orang2 Wahabi mengisi saat berkabung dengan tetap bekerja (ADMIN :ANTUM BELUM FAHAM APA ITU WAHABI AHKSAN DITELITI DAHULU DENGAN KEJUJURAN, MUHHAMAD BIN ABDUL WAHAB ADALAH SALAH SATU DARI SEKIAN ULAMA YANG MENCOBA MENEGAKKAN SUNNAH TIDAK ADA BEDANYA DENGAN IBNU HAJAR AL ASQOLANIY ASYAFI’I IMAM NAWAWY ASSAFI’I, IMAM IBNU KATSIR ASYAFI’I, SEKARANG CARI KALAU ANTUM BISA MENEMUKAN DARI KALANGAN IMAM MADZHAB YANG EMPAT YANG MELAKSANAKAN KEBIASAAN YANG ANTUM SEBUT “TAHLILAN” dll apakah juga ada sunahnya? (ANA TIDAK MEMAHAMI DENGAN KEBIASAAN WAHABI YANG ANTUM SEBUTKAN, SEORANG YANG BERMANHAJ SALAFIYAH MEREKA BERDUKA SEBAGAIMANA ROSUL BERDUKA DITINGGAL ANAKNYA IBRAHIM, MEREKA JUGA MENETESKAN AIR MATA SEBAGAIMANA AHLU SUNNAH MENETESKAN AIR MATA, TAPI MEREKA BERHATI HATI DARI RATAPAN DAN MELAKUKAN AMALAN TANPA ADA DASARNYA KARENA DEMIKIAN PARA IMAM MENGAJARKAN”

    mohon penceraan bagi yang merasa paling ahlusunah wal jamaah(ADMIN : PENGAKUAN DAN MERASA PALING AHLU SUNNAH TIDAK AKAN PERNAH MERUBAH HAKIKAT DARI PERBUATANYA, SEORANG YANG DIKATAKAN AHLU SUNNAH ADALAH YANG KOMITMENT DAN MENCOCOKI SUNNAH DIDALAM AQIDAH DAN AMALIYAH SILAHKAN ANTUM TELITI SIAPA YANG BERADA DIATAS SUNNAH DAN SIAPA YANG MENJAUHI SUNNAH SIAPA YANG TAKUT DIKUCILKAN DAN AHKIRNYA TAKLUK MENGIKUTI KEBANYAKAN ORANG BUKAN MENGIKUTI DALIL DALIL SUNNAH YANG SUDAH JELAS MALAM SEPERTI SIANGNYA, SUNGGUH JIKA SETIAP DIRI JUJUR DENGAN KEIMANANYA AKAN TERPATRI DALAM HATINYA KEIHLASAN DALAM MENJALANI SUNNAH INI”

    WAHAI SUADARA YANG BUDIMAN HENDAKLAH SETIAP DIRI TAKUT DAN MERENUNG DENGAN FIRMANYA DIBAWAH INI :

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

    Jikalau para imam madzhab empat saja tidak berani mendahului bagaiman dengan orang orang setelahnya dengan menetapkan sesuatu yang Alloh dan Rosulnya tidak tetapkan.Semoga Alloh memberi hidayah untuk saudara saudaraku seislam kejujuran hati.

    Wallohua’lam Bishowab

  28. Achmad Hakim said

    assalamu’alaikum………
    ya allah sadarkanlah orang-orang yang menyimpang dan kuatkanlah para pengikut ahlussunnah wal jama’ah kami sadari perkataan2x dari orang-orang yang belum mendapat hidayahmu tentang ahlussunnah wal jama’ah tentang ahlussunnah wal jama’ah adalah ujian bagi iman kami , maka kuatkanlah kami ya allah….shollu ‘ala sayyidina wa habibina muhammadin…………

    Waalaikumussalam , Amin Yarobal Alamin

  29. Yedi Triyatna said

    golongan yg selamat adalah Ahlussunnah wal jama’ah bukan dari golongan Tauhid dibagi tiga krn tdk diajarkan oleh Rasulullah bhw Tauhid dibagi tiga krn Tauhid ya satu mengesakan Allah

    Bismillah, Saudara yang budiman mungkin antum harus meluangkan waktu untuk membaca beberapa kitab Ulama dibawah ini, hendaknya antum berhati hati dalam mengambil kesimpulan, Semoga kefahaman beserta antum :

    Telah Berkata Al-Imam Abu Abdillah Ubaidulloh bin Muhammad bin Baththoh Al-‘Akbari w. 387H, dalam kitabnya Al-Ibanah ‘an Syariati Al-Firqotin Najiyah wa Mujanibatil Firqotil Madzmumah:
    “Sesungguhnya prinsip keimanan kepada Allah تعالى yang wajib diyakini oleh para makhluk dalam hal keimanan kepada-Nya ada tiga bagian:
    Pertama: Seseorang hamba harus meyakini Rabbaniyyah Allah. Yang demikian itu sebagai pemisah antara madzhab ahlul tha’thil yang tidak menetapkan adanya pencipta.
    Kedua: Seorang hamba harus meyakini keesaan Allah. Hal ini untuk membedakan dengan madzhab pelaku syirik yang menetapkan adanya pencipta namun menyekutukan Allah dalam peribadatannya.
    Ketiga: Dia harus meyakini bahwa Allah disifati dengan sifat sifat sebagaimana Allah mensifati diri-Nya, seperti Qudroh, hikmah, dan seluruh apa yang Dia sifatkan didalam kitab-Nya”.

    Telah Berkata Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi w. 671 berkata dalam tafsirnya (1/72):
    “Maka Allah adalah nama yang menunjukkan keberadaan yang haq, terkandung didalam-Nya sifat sifat Ilahiyyah, yang bersifat dengan sifat Rububiyyah. Maha tunggal dengan keberadaan-Nya yang hakiki. Tidak ada sesemgahan yang haq melainkan Dia”.
    Beliau juga berkata dalam tafsirnya (5/118):
    “Dasar kesyirikan yang diharamkan adalah berkeyakinan adanya sekutu bagi Allah dalam Uluhiyyah-Nya, dan ini adalah kesyirikan yang terbesar, dan kesyirikan yang dilakukan oleh orang orang jahiliyyah. Bentuk kesyirikan yang lainnya adalah keyakinan adanya sekutu bagi Allah dalam perbuatan walaupun dia tidak meyakini ketuhanan hal tersebut, seperti perkataan orang: “Sesungguhnya selain Allah memungkinkan untuk mengadakan dan menciptakan dengan tanpa adanya keterkaitan”.

    Telah Berkata Ibnu Hiban :Imam Abu Hatim Muhammad bin Hibban Al-Busti w. 354H, berkata dalam mukaddimah kitab Roudhotul Uqola’ wa Nuzhatul Fudholaa’:
    “Segala puji bagi Allah Yang Maha Tunggal dalam ke-esaan Uluhiyyah-Nya, yang maha mulia dengan Rubbubiyyah-Nya, yang mengurusi segala yang hidup,

    Telah Berkata AL-Imam Hanafi Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit w. 150H, berkata dalam kitab Fiqhul Absath hal 51:
    “Allah تعالى itu diseru dengan sifat yang tinggi bukan dengan sifat rendahan, karena sifat yang rendah bukanlah termasuk sifat Rububiyyah dan Uluhiyah sedikitpun”.

    Telah Berkata : Ibnu Abi Zaid Al-Qoirowani Al-Maliki w. 386H menyebutkan dalam kitab Aqidah-nya:
    “Termasuk kedalamnya: Beriman dengan hati serta mengucapkan dengan lisan bahwa Allah adalah sesembahan yang Esa, tidak ada sesembahan selain-Nya, tidak ada yang serupa dan sebanding dengan-Nya, Dia tidak memiliki anak dan orang tua. Tidak ada pembantu dan sekutu, tidak ada permulaan dalam uluhiyyah-Nya, serta tidak ada penghabisan bagi yang selain-Nya. Tidak mungkin menjangkau kesempurnaan sifat sifat Allah dengan sekedar sifat sifat yang disebutkan oleh orang orang yang mensifatinya, dan kaum cendikiawan tidak akan bisa menjangkau urusan Allah dengan olah pikirnya”.
    Sampai Beliau berkata: “Ingatlah Dia adalah Rabb para hamba dan Rabb dari perbuatan perbuatan mereka

    Telah Berkata Al-Imam Abu Abdillah Ubaidulloh bin Muhammad bin Baththoh Al-‘Akbari w. 387H, dalam kitabnya Al-Ibanah ‘an Syariati Al-Firqotin Najiyah wa Mujanibatil Firqotil Madzmumah:
    “Sesungguhnya prinsip keimanan kepada Allah تعالى yang wajib diyakini oleh para makhluk dalam hal keimanan kepada-Nya ada tiga bagian:
    Pertama: Seseorang hamba harus meyakini Rabbaniyyah Allah. Yang demikian itu sebagai pemisah antara madzhab ahlul tha’thil yang tidak menetapkan adanya pencipta.
    Kedua: Seorang hamba harus meyakini keesaan Allah. Hal ini untuk membedakan dengan madzhab pelaku syirik yang menetapkan adanya pencipta namun menyekutukan Allah dalam peribadatannya.
    Ketiga: Dia harus meyakini bahwa Allah disifati dengan sifat sifat sebagaimana Allah mensifati diri-Nya, seperti Qudroh, hikmah, dan seluruh apa yang Dia sifatkan didalam kitab-Nya”.

    Saudara Yang Budiman, Sekarang kalau seumpama ada ahli jiddal (Tukan Debat) yang tidak menginginkan kebaikan sedikitpun pada lawan debatnya misal menyerang balik pertanyaan antum diatas apakah antum bisa menjawabnya :

    Misal : Pertanyaan pertama Apakah Rosul Mengajarkan Membagi Bagi Ilmu Ilmu Islam Menjadi : Aqidah, Figh, Adab, Ushul Tasfir, Mustholohah Hadits,Qowaidul Fighiyah, Dan Istilah Istilah istilah lain yang dibuat ulama ahlu sunnah , Apakah ini mengada – ada?

    Kedua Misal Pembagian Ilmu Nahwu Misal Alkalamu dibagi menjadi tiga : Isim, Fi’il, Harf apakah ini juga mengada-ada?

    Ketiga tentang pengumpulan Alqur’an menjadikan Satu Mus’af apakah ini juga mengada-ada ?

    Kalau jawaban antum adalah iya semua itu bid’ah dan mengada-ada berarti antum telah menuduh para sahabat dan para ulama ahlu sunnah mengada-ada, Lalu bagaimana dengan diri antum sekarang apakah lebih utama dari mereka, wahai saudara yang budiman semoga hidayah beserta kita semua, pembagian seperti itu hanya sebagai sarana untuk mempermudah didalam mempelajari suatu cabang ilmu, sebagaimana ulama membagi berbagai macam hadits dari kedudukanya misal Shahih,Hasan,Dhoif,Maudu’ Dll.

    Semoga Alloh menjadikan antum hamba yang bijak didalam berkata dan berbuat, Ana hanya menginginkan kebaikan disetiap diskusi seperti ini karena ana tidak mau membuang waktu untuk berdebat.Coba antum coba dengarkan kajian “Kitab Qowaidul Arba’ah” tentang pembagian tauhid ini apakah ada yang menyelisihi perintah rosul atau tidak tentu dengan kearifan bukan emosi, tentu dengan menginginkan keberkahan bukan hanya mencaci.Menilainya dengan jujur bukan hanya perasaan dan fanatik,Wallohua’lam Bishowab.

    Abu Amina Aljawiy.
    Ma’had Anashihah Cepu

  30. Fycha Ja said

    good

  31. Anonim said

    wahai saudara yang budiman, apa salahnya membaca tahlil berjama’ah dengan hitungan tertentu? kalau memang segala sesuatu harus ada landasan yang pasti, lalu apa landasan saudara membuat website seperti ini?

    Abu Amincepu:

    Bismillah,Bapak yang budiman,
    Salahnya adalah sebagaimana yang disebutkan Ibnu Katsir dan Imam Syafi’i Rahimahulloh Beliau Berkata :

    وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى } أي: كما لا يحمل عليه وزر غيره، كذلك لا يحصل من الأجر إلا ما كسب هو لنفسه. ومن وهذه الآية الكريمة استنبط الشافعي، رحمه الله، ومن اتبعه أن القراءة لا يصل إهداء ثوابها إلى الموتى؛ لأنه ليس من عملهم ولا كسبهم؛ ولهذا لم يندب إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم أمته ولا حثهم عليه، ولا أرشدهم إليه بنص ولا إيماء، ولم ينقل ذلك عن أحد من الصحابة، رضي الله عنهم، ولو كان خيرا لسبقونا إليه

    Beliau ibnu katsir menukil perkataan imam syafi’i bahwa bacaan-bacaan Alqur’an tidak akan sampai kepada sang mayit, dan beliau- beliau menjelaskan “Kalau itu suatu kebaikan maka para pendahulu dari awalul muslimin akan mendahuluinya” (antum buka tafsir Ibnu Katsir Surat Annajm ayat 39).

    Ketidak fahaman antum ini telah dijelaskan oleh para imam mujtahidin : antum cermati disini :https://abuamincepu.wordpress.com/2011/05/09/tahlilan-dalam-timbangan-islam/

    Landasan kami dalam membuat website ini diperintahkan Oleh Alloh Ta’ala Sebagaimana firmaNya:
    ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
    Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati( Qs. Alhaj ayat 32)
    Cukup satu hujah itu sudah bisa membuat antum memahaminya, Insyalloh.Jikan antum jujur dengan permasalahan ini.

    Antum tidak perlu menjelaskan bagaimana itu tahlilan, karena ana dahulu 3 tahun nyantri di Pondokan Tukang Tahlilan (sebagai tambahan buat antum saja supaya kita semua tidak fanatik buta/moncocok cocokan dalil).
    Wallohua’lam Bishowab.

  32. Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh….,
    Bingung saya sebagai orang awam tuk memahami dalam setiap pertanyaan … yang dilontarkan, ingin sekaaali termasuk golongan yang selamat di dunia dan di akhirat.dengan mengikuti Sunnah2 Rasululloh Shallallahu Alaihi Wasallam, tapi diri ini bingung saat dihadapkan dengan Bid’ah, dan Sunnah…setiap mau belajar???disitu ada kata bid’ah dan sunnah serta pendapat yang sama2 mempertahankan apa yang diyakini…,
    ingin kembali ke Al-Qur’an dan As-Sunnah???tidak paham yang mau menjelaskan karena saya masih awam. saat membaca penjelasan dari ulama’?yang terjadi perbedaan hukum(bid’ah dan sunnah).
    tidak banyak yang bisa diri ini lakukan kecuali mengamalkan sesuatu yang saya sanggupi, seperti Sholat berjama’ah, Dzikrullah, baca Al-Qur’an, Sholat Sunnah, menyebarkan salam, sedekah, dan amalan termudah lainnya. dengan harapan Alloh SWT. senantiasa meridho’i, merahmati, menuntun, mensucikan, mengampuni, dan membangkitkan bersama dengan para ahli syurga….
    Inilah salah satu jeritanku sebagai orang awam…
    terimakasih, semoga kita umat islam menjadi ahli syurga semuanya, dan diberi hidayah kpd kita semuanya…orang kafirpun juga semoga Alloh SWT. beri hidayah sehingga ahli syurga jg…Amin Ya Alloh SWT.
    Wassalamu’alaikum Warohmatullohi wabarokatuh

  33. Anonim said

    SING GENAH AHLUL SUNAH YO SING TAKBIR…ALLAH..HU…AKBAR mentunggi wong mendem…!!!!wkwkwkwkw

    Abu Amin Cepu :
    Bismillah, Ahlu Sunnah Berdakwah Dengan Hikmah dan Nasehat Yang Baik dan Berdiskusi Dengan Cara Yang Bijaksana.Dan Mereka Berjalan berdasarkan ilmu dan Keyakinan bukan hawa nafsu, Mereka berkerja Mengihlaskan Menyeru Kepada Keagungan Kalimatulloh dan berdasarkan kemaslahatan dan manfaat untuk Manusia. Alloh Ta’ala Berfirman :
    ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Robmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Qs.Annahl ayat 125)

    قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
    Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”(QS,Yusuf 108)

  34. Wakhid Gts said

    sing genah yo NU liyane ra njamin…organisasi terbesar di indonesia…….yg bukan AHLUL SUNNAH ciri” Ra gelem gelem hormat gendero,ala aARAB”an,liyane di angep kafir,kafire dewe gak di gatek’e,opo neh sing TAKBIR karo mentunggi wong liyo.POKAL BOSOK…

    Abu Amin Cepu :
    Bismillah,Tidak ada jaminan dalam AlQur’an dan Sunnah Suatu Organisasi tertentu itu Ahlu Sunnah, Penyair Yang Bijak Berkata :

    أهل الحديث همُ أهل النبيِّ و إن
    لم يصحبوا نفسه أنفاسه صَحِبوا
    “Ahli Sunnah (hadits) itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka
    tidak bergaul dengan Nabi, tetapi diri (Aqidah,Ibadah,Muamalah) mereka bergaul dengannya (Mencocoki sunnahnya)”

    Sehingga Yang Menjamin Adalah Komitment mereka dalam melaksanakan sunnah dan Komitment mereka dalam menjauhi Kebi’dahan, Agama ini memang berasal dari Arab dan Rosul adalah Arab jadi apa yang dibawa Rosul hendaknya diterima dan apa yang dilarang hendaknya dijauhi, Adapun Tradisi indonesia yang sesuai dengan Alqur’an dan Sunnah maka boleh dilestarikan dan Yang Menyalahi sepatutnya ditinggalkan.

    وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (Qs.Alhasr Ayat 7)
    Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.WallohuA’lam

  35. firdaus permana putra said

    assalamu’alaikum…..
    saya pernah membaca sedikit tentang al-hadist yang menjelaskan seperti ini,Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “islam hingga akhir kiamat akan terpecah belah,barang siapa diantara kalian menyalahkan (golongan islam) yang lain,maka sebagian dari kalian BENAR dan sebagian dari kalian SALAH”…mohon dijelaskan sedikit…karena selama saya melihat pembahasan di website ini,,,agak sedikit meninggikan dan sedikit merndahkan (golongan) lain……..
    wassalamualaikum….

    Abu Amin Cepu:
    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Ahki yang budiman, Kami tidak mengetahui asal sanad dan rujukan kitab dimana hadits tersebut dinukil, yang kami temukan sebagaimana yang telah kami jelaskan dalam artikel ini yaitu :

    فْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

    “Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”. Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.

    Adapun Aljamaah ini sebagaimana disebutkan Rosul Sholollohualaihi wassalam dalam riwayat yang lain :
    و في رواية : “كلهم في النار إلا مله واحدة : ما أنا عليه و أصحابي” رواه الترمذي و حسنه الألباني في صحيح الجامع 5219
    “Semua dineraka kecuali satu, yaitu apa-apa yang saya dan sahabat saya berada diatasnya (dari cara beragama)”Shoheh Jami’ 5219

    Adapun menjelaskan keadaan suatu kelompok jika itu dalam rangka sebagaimana yang disebutkan imam nawawy assy syafi’i dalam kitab dalam Al-Adzkar dan juga para ulama dalam syarah riyadhus shalihin seperti dibawah ini:

    Hal-hal yang membolehkan ghibah itu ada enam , sebagaimana tergabung dalam suatu syair :
    الـذَّمُّ لَيْـسَ بِغِيْبَةٍٍ فِيْ سِتـَّةٍ مُتَظَلِّمٍ وَ مـُعَرِّفٍ وَ مُـحَذَِّرٍ

    وَ لِمُظْهِرٍ فِسـْقًا وَ مُسْتَفْـتٍ وَمَنْ طَلَبَ الإِعَانَةِ فِيْ إِزَالَةِ مُنْكَرٍ
    “Celaan bukanlah ghibah pada enam kelompok Pengadu, orang yang mengenalkan, dan orang yang memperingatkan Dan terhadap orang yang menampakkan kefasikan, dan peminta fatwa Dan orang yang mencari bantuan untuk menghilangkan kemungkaran”

    Pertama : Pengaduan

    Maka dibolehkan bagi orang yang teraniaya mengadu kepada sultan (penguasa) atau hakim dan yang lainnya, yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk mengadili orang yang menganiaya dirinya. Maka dia (boleh) berkata: “Si fulan telah menganiaya saya demikian dan demikian”. Dalilnya firman Allah:
    لاَ يُحِبُّ اللهُ الْجهْرَ بِالسُّوْءِ إِلاَّ مَنْ ظُلِمَ
    “Allah tidak menyukai ucapan yang buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiyaya”. [An-Nisa’ : 148].

    Pengecualian yang terdapat dalam ayat ini menunjukkan bolehnya orang yang didzholimi mengghibahi orang yang mendzoliminya, dengan hal-hal yang menjelaskan kepada manusia tentang kedzoliman yang telah dialaminya dari orang yang mendzoliminya, dan dia mengeraskan suaranya dengan hal itu dan menampakkannya di tempat-tempat berkumpulnya manusia. Sama saja apakah dia nampakkan kepada orang-orang yang diharapkan bantuan mereka kepadanya, atau dia nampakkan kepada orang-orang yang dia tidak mengharapkan bantuan mereka.
    Kedua : Minta Bantuan Untuk Mengubah Kemungkaran Dan Mengembalikan Pelaku Kemaksiatan Kepada Kebenaran.

    Maka seseorang (boleh) berkata kepada orang yang diharapkan kemampuannya bisa menghilangkan kemungkaran: “Si fulan telah berbuat demikian, maka hentikanlah dia dari perbuatannya itu” dan yang selainnya. Dan hendaknya tujuannya adalah sebagai sarana untuk menghilangkan kemungkaran, jika niatnya tidak demikian maka hal ini adalah haram.
    Ketiga : Meminta Fatwa.

    Misalnya seseorang berkata kepada seorang mufti: “Bapakku telah berbuat dzolim padaku”, atau “Saudaraku, atau suamiku, atau si fulan telah mendzolimiku, apakah hukuman yang dia dapatkan?, dan bagaimanakah jalan keluar dari hal ini, agar hakku bisa aku peroleh dan terhindar dari kedzoliman?”, dan yang semisalnya. Tetapi yang yang lebih hati-hati dan lebih baik adalah hendaknya dia berkata (kepada si mufti): “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang atau seorang suami yang telah melakukan demikian ..?”. Maka dengan cara ini tujuan bisa diperoleh tanpa harus menyebutkan orang tertentu, namun menyebutkan orang tertentupun boleh sebagaimana dalam hadits Hindun.
    عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَتْ هِنْدٌ امْرَأَةُ أَبِيْ سُفْيَانَ لِلنَّبِيِّ : إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيْحٌ وَلَيْسَ يُعْطِيْنِيْ مَا يَكْفِيْنِيْ وَوَلَدِِيْ إِلاَّ مَا أَخَذْتُ مِنْهُ وَهُوَ لاَ يَعْلَمُ, قَالَ : خُذِيْ مَا يَكْفِيْكِ وَوَلَدِكِ بِالْمَعْرُوْفِ

    “Dari ‘Aisyah berkata: Hindun, istri Abu Sofyan, berkata kepada Nabi Shallallahu

    ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya Abu Sufyan seorang yang kikir dan tidak memberi belanja yang cukup untukku dan untuk anak-anakku, kecuali jika saya ambil tanpa pengetahuannya”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Ambillah apa yang cukup untukmu dan untuk anak-anakmu dengan cara yang baik” (jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit)” Rowahu Bukariy muslim
    Keempat : Memperingatkan Kaum Muslimin Dari Kejelekan.

    Hal ini diantaranya: Jarh wa ta’dil (celaan dan pujian terhadap seseorang) yang telah dilakukan oleh para Ahlul Hadits. Mereka berdalil dengan ijma’ tentang bolehnya, bahkan wajibnya hal ini. Karena para salaf umat ini senantiasa menjarh (mencela) orang-orang yang berhak mendapatkannya, dalam rangka untuk menjaga keutuhan syari’at. Seperti perkataan ahlul hadits: “Si fulan pendusta”, “Si fulan lemah hafalannya”, “Si fulan munkarul hadits”, dan lain-lainnya. (Al-Fatawa 26/131,232)

    Contoh yang lain yaitu mengghibahi seseorang ketika musyawarah untuk mencari nasehat. Dan tidak mengapa dengan menta’yin (menyebutkan dengan jelas) orang yang dighibahi tersebut. Dalilnya sebagaimana hadits Fatimah.
    عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ قَالَتْ : أَتَيْتُ النَّبِيَّ فَقُلْتُ : إِنَّ أَبَا الْجَهْمِ وَ مُعَاوِيَةَ خَطَبَانِ, فَقَالَ رَسُوْلُ الله : أَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوْكٌ لاَ مَالَ لَهُ. وَأَمَّا أَبُوْا الْجَهْمِ فَلاَ يَضَعُ الْعَصَا عَنْ عَاتِقِهِ.(وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : وَأَمَّا أَبُوْا الْجَهْمِ فَضَرَّابُ لِلنِّسَاءِ).
    “Fatimah binti Qois berkata: “Saya datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Sesungguhnya Abul Jahm dan Mu’awiyah meminang saya”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Adapun Mu’awiyah maka ia seorang miskin adapun Abul Jahm maka ia tidak pernah melepaskan tongkatnya dari bahunya”. (Bukhori dan Muslim). Dan dalam riwayat yang lain di Muslim (no 1480) :”Adapun Abul Jahm maka ia tukang pukul para wanita (istri-istrinya)”.
    Kelima : Ghibah Dibolehkan Kepada Seseorang Yang Terang-Terangan Menampakkan Kefasikannya Atau Kebid’ahannya.
    Seperti orang yang terang-terangan meminum khamer, mengambil harta manusia dengan dzolim, dan lain sebagainya. Maka boleh menyebutkan kejelekan-kejelekannya. Dalilnya :
    عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَجُلاً اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ فَقَالَ ائْذَنُوْا لَهُ, بِئْسَ أَخُوْا الْعَشِيْرَةِ

    “‘Aisyah berkata: “Seseorang datang minta idzin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Izinkankanlah ia, ia adalah sejahat-jahat orang yang ditengah kaumnya”. Riwayat Bukhori dan Muslim no 2591)

    Namun diharomkan menyebutkan aib-aibnya yang lain yang tidak ia nampakkan, kecuali ada sebab lain yang membolehkannya.

    Keenam : Untuk Pengenalan.

    Jika seseorang terkenal dengan suatu laqob (gelar) seperti Al-A’masy (si rabun) atau Al-A’roj (si pincang) atau Al-A’ma (si buta) dan yang selainnya, maka boleh untuk disebutkan. Dan diharomkan menyebutkannya dalam rangka untuk merendahkan. Adapun jika ada cara lain untuk untuk mengenali mereka (tanpa harus menyebutkan cacat mereka) maka cara tersebut lebih baik.

    Wallohu A’lam Bishowab

  36. Rozi Alamsyah said

    Assalammualaikum…..
    Saya Mau Tanya Kan Hanya 1 Golongan Yang Masuk SuRga Yaitu Ahlussunah WalJama’ah…
    Truzz Islam Yg Lain Apakah Masuk Neraka..???

    Abu Amin Cepu :
    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Benar satu golongan yang masuk syurga tanpa mampir ke neraka mereka adalah Ajjamaah , sebagaimana sabda rosul :
    افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

    “Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”. Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.

    Adapun Aljamaah ini sebagaimana disebutkan Rosul Sholollohualaihi wassalam dalam riwayat yang lain :
    و في رواية : “كلهم في النار إلا مله واحدة : ما أنا عليه و أصحابي” رواه الترمذي و حسنه الألباني في صحيح الجامع 5219
    “Semua dineraka kecuali satu, yaitu apa-apa yang saya dan sahabat saya berada diatasnya (dari cara beragama)”Shoheh Jami’ 5219

    Adapun yang dineraka dari kaum muslimin yang menyimpang maka akan diangkat darinya walaupun hanya memiliki sebesar atom keimanan.
    akan tetapi yang patut diingat bahwa ” Siksa neraka yang paling ringan ialah apabila seseorang dipakaikan sendal dari neraka maka otaknya mendidih”Wal iyadzu billah minha.Wallohua’lam Bishowab

  37. masrobi said

    asalamuallaikum.
    afwan tadz.sya mau nanya.gmna caranya mendoakan org tua yg sudah meninggal padahal amalan yang palingbaik kan doa ank yg soleh.trus apa yg harus di lakukan ank yg soleh buat bhakti ma org tua ?

    Abu Amin Cepu:
    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Bismillah Didalam Kitab Maususatu Aladabul Islamiyah dijelaskan apa hak-hak orang tua setelah meninggal Dunia Diantara adalah:

    1. Menshalati Keduanya

    Maksud menshalati disini adalah mendoakan keduanya. Yakni, setelah mereka meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendoakan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila anak itu mendoakan keduanya, niscaya mereka berdua akan semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan dirinya.

    2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua

    Orang tua adalah yang paling utama bagi seorang Muslim untuk didoakan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka yang besar.

    Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam al Qur’an :
    رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
    (yang artinya): “Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” [QS.Ibrahim: 41]

    3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua

    Hendaknya seseorang menunaikan wasiat orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.

    4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua

    Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik kepada orang tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berpapasan dengan seorang Arab badui di jalan menuju Mekkah. Kemudian Ibnu ‘Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilahkan naik ke atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata: “Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab badui dan mereka sudah terbiasa berjalan.” Ibnu ‘Umar berkata: “Sungguh, dulu ayahnya teman ‘Umar bin al Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.”

    5. Menyambung Tali Silaturrahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah

    Hendaknya seseorang menyambung tali silaturrahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silturrahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam: “Barangsiapa ingin menyambung tali silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.

    Catatan : yang hendaknya dilakukan anak ketika orang tuanya meninggal adalah dengan melakukan AMALAN SHOLEH yaitu beramal dengan mengikuti Rosul Sholollohualaihi wassalam dan mengikhlaskanya untuk Alloh semata, Karena amal yang sholeh ini akan memberikan manfaat kepada orang tua yang telah meninggal (dalam keadaan beriman), Dan mengerjakan nasehat nasehat dari orang tua yang sesuai dengan sunnah sehingga dengan demikian amalan Anak sholeh tersebut akan dberikan pahalanya kepada orang tua yang dialam kubur.

    Rosul Bersabda:
    ((قال : (( من دل علي خير فله مثل أجر فاعله )) وأنه قال : (( من دعا إلي هدي كان له من الأجر مثل أجور من تبعه لا ينقص ذلك من أجورهم شيئاً

    “Barang siapa yang menunjukan kepada jalan petunjuk (kemudian diikuti oleh orang yang diseru) maka baginya pahala serupa dengan orang yang mengerjakannya(petunjuk itu)”Muqodimah Riyadushalihin Imam Nawawy Dan Shohih. Wallohu A’lam Bishowab.

    Dibawah Ana lampirkan Kumupalan Hadits Berkaitan dengan Berbakti Kepada Orang Tua :

    1. Dari Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

    ٢٤/٣٢ ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ المسَّافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلَى وَلَدِهِمَا.
    “Ada tiga doa yang tidak diragukan kemustajabannya, yaitu, doa orang yang dizhalimi (dianiaya), doa orang musafir, dan doa kedua orang tua kepada anaknya.”

    Hasan, di dalam kitab Ash-Shahihah (598), (Abu Daud: 8-Kitab Ash-Shalat, 29- Bab Ad-Doa’u Bizhahril Ghaibi, At-Tirmidzi, 25- Kitab Al Birru wash-Shilah, 7- Bab Ma Ja^afi Da’watil Walidaini. Ibnu Majah: 34- Kitab Doa\ 11- Bab Da’watul-Walid Da’watul Mazhlum, hadits 3862).

    25/33. Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
    ٢٥/٣٣ مَا تَكَلَّمَ مَوْلُوْدٌ مِنَ النَّاسِ فِي مَهْدِ اِلاَّ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ، قِيْلَ: يَا نّبِيَّ اللهُ! وَمَا صَاحِبُ جُرَيْجٍ؟ قَالَ: فَإِنَّ جُرَيْجًا كَانَ رَجُلاً رَاهِبًا فِي صُوْمِعَةٍ لَهُ، وَكَانَ رَاعِى بَقَرٍ يَأْوِي إِلَى أَسْفَلَ صَوْمعَتِهِ وَكَانَتِ امْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ الْقَرْيَةَ تَخْتَلِفُ إِلَى الرَّاعِى فَأَتَتْ أُمُّهُ يَوْمًا فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ وَهُوَ يُصَلِّى، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ، وَهُوَ يُصَلَّى: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثِّرَ صَلاَتَهُ، ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّانِيَةُ، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثَّرَ صَلاَتَهُ ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّالِثَةُ فَقَالَ: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثِّرُ صَلاَتَهُ فَلَمَّا لَمْ يُجِبْهَا قَالَتْ: لاً أمًاتًكً اللهٌ يًا جٌرًيْجُ حَتَّى تَنْظُرَ فِي وَجْهِ الْمَوْمِسَاتِ ثُمَّ انْصَرَفَتْ .

    فَأُتِىَ الْمَلِكُ بِتِلْكَ الْمَرْأَةِ وَلَدَتْ فَقَالَ: مِمَّنْ؟ قَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ، قَالَ: أَصَاحِبُ الصُّومِعَةِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: اهْدُمُوْا صُوْمَعَتَهُ وَأُتُوْنِي بِهِ، فَضَرَبُوْا صُوْمَعَتَهُ بِالْفُئُوْسِ حَتَّى وَقَعَتْ. فَجَعَلُوْا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ بِحَبْلٍﻧ ثُمَّ انْطَلَقَ بِهِ، فَمَرَّ بِهِ عَلَى الْمُوْمِسَاتَ فَرَآهُنَّ فَتَبَسَّمَ، وَهُنَّ يَنْظُرْنَ إِلَيْهِ فِي النَّاسِ، فَقَالَ الْمَلِكُ: مَا تَزْعُمُ هَذِهِ؟ قَالَ: مَا تَزْعُمُ؟ قَالَ: تَزْعُمُ أَنْ وَلَدُهَا مِنْكَ، قَالَ: أَنْتَ تَزْعُمَيْنَ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: أَيْنَ هَذَا الصَّغِيْرُ؟ قَالُوْا هُوَ ذَا فِي حَجْرِهَا، فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ فَقَالَ: مَنْ أَبُْوكَ؟ قَالَ: رَاعِي الْبَقَرِ، قَالَ الْمَلِكُ: أَنَجْعَلُ صُوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبَ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: مِنْ فِضَّةٍ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: فَمَا نَجْعَلُهَا؟ قَالَ: رُدُّوْهَا كَمَا كَانَتْ، قَالَ: فَمَا الَّذِي تَبَسَّمْتَ؟ قَالَ: أَمْرًا عَرَفْتُهُ، أَدْرَكَتْنِى دَعْوَةُ أُمِّى ثُمَّ أُخْبِرُهُمْ .

    ‘Tidak ada seorang bayi yang dapat bicara di dalam ayunan (buaian) (ibunya) kecuali Isa ibnu Maryam ‘alaihissalam dan bayi (dalam cerita) Juraij.’ Ditanyakan, ‘Wahai Nabi Allah, bagaimana (cerita tentang) Juraij?’ Nabi menjawab, ‘Sesungguhnya Juraij adalah seorang yang selalu beribadah di dalam tempat ibadah miliknya. Ada seorang penggembala sapi yang tinggal di bawah tempat ibadahnya dan ada seorang perempuan dari penduduk desa berzina dengan penggembala sapi tersebut. Suatu hari ibu Juraij mendatangi Juraij yang sedang beribadah, lalu memanggilnya, ‘Wahai Jurai!’, sementara dia sedang beribadah, maka terdetik dalam hatinya, ‘Ibuku atau shalatku?’ Dia lebih mengutamakan shalatnya. Kemudian ibunya memanggilnya untuk kedua kalinya, lalu dia berkata dalam hatinya, ‘Ibuku atau shalatku?’ Dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggilnya untuk yang ketiga kalinya. Juraij berkata dalam hatinya, ‘Ibuku atau shalatku?,’ Dia mengutamakan shalatnya. Tatkala Juraij tidak menjawabnya, (sambil marah) ibunya berdoa, ‘Mudah-mudahan Allah tidak mematikanmu, wahai Juraij! Kecuali engkau melihat wajah perempuan-perempuan pelacur’ kemudian ibunya pergi. Tiba-tiba seorang wanita yang melahirkan seorang bayi (hasil perzinahan) di hadapkan kepada seorang raja. Lalu raja tersebut bertanya, ‘Siapa yang menghamilimu?,’ Wanita tersebut menjawab, ‘Dari Juraij.’ Raja bertanya, ‘Pemilik tempat ibadah itu?’ Wanita itu menjawab, ‘Ya.’ Lalu raja memberikan perintah, ‘Rubuhkan (tempat ibadahnya) dan datangkan Juraij kepadaku.’ Lalu mereka (masyarakat) menghancurkan tempat ibadah tersebut dengan martil (kapak) yang beraneka ragam sampai roboh. Kemudian mereka mengikat tangan Juraij sampai lehernya dan diseret (menghadap raja) melewati para wanita pelacur dan dia tersenyum, para pelacur tersebut diperlihatkan kepadanya ditengah orang ramai. Lalu sang raja berkata, ‘Apa yang mereka tuduhkan (kepadamu)?,’ dia menjawab, ‘Apa yang dituduhkan oleh mereka (terhadapku)?,’ sang raja berkata, ‘Dia menuduhmu bahwa anaknya ini dari mu!,’ Juraij berkata, ‘Kamu menuduh demikian?,’ wanita itu menjawab, ‘Ya.’ Juraij berkata, ‘Di mana bayi itu?,’ mereka menjawab, ‘Itu, yang ada dipangkuannya!,’ lalu Juraij menghampiri bayi itu, seraya bertanya, ‘Siapa bapakmu?/ Bayi itu menjawab, ‘Penggembala sapi.’ Maka kemudian sang raja berkata, ‘Apakah kami membangun (kembali) tempat ibadahmu dari emas?,’ Juraij menjawab, “Tidak,” sang raja berkata, “Dari perak?,” Juraij menjawab, “Tidak,” sang raja berkata, “Lalu apa yang bisa kami jadikan untuk mengganti tempat ibadahmu itu?,” Juraij menjawab, “Kembalikan tempat ibadah itu seperti semula.” Sang raja bertanya, “Apa yang membuat engkau tersenyum?,” Juraij menjawab, “Tentang satu hal yang sudah aku ketahui bahwa aku terkena akibat dari doa ibu saya, lalu saya menceritakannya kepada mereka’.”
    Shahih, (Bukhari, 60-Kitab Al Anbiya^u, 48- bab (Wadzkur fi Kitabi Maryama) (Qs. Maryam (19): 16), Muslim 45- Kitab Al Birru ivash-Shilatu wal Adab, hadits 7,8).

    2. Dari Abu Bakrah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

    ٢٣/٢۹ مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ .
    “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk dipercepat siksanya atas pelakunya dan siksanya yang ditunda daripada berlaku aniaya dan memutuskan hubungan kerabat.”
    Shahih, di dalam Ash-Shahihah (915, 916), (Abu Daud, 40-Kitabul Adab, 43- Bab An-Nahyu Anil Baghyi, At-Tirmidzi, 351- Kitab Al Qiyamah, 57 Bab Haddatsana Ali ibnu Hajar ibnu Majah, 37 Kitab Az-Zuhd, 23- Bab Al Baghyu, hadits 4211).

    3.Dari Abdullah ibnu Amru berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
    ٢۱/٢٧ مِنَ الْكَبَائِرِ أَنْ يَشْتُمَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ. فَقَالُوْا: كَيْفَ يَشْتُمُ؟ قَالَ: يَشْتُمُ الرَّجُلُ فَيَشْتُمُ أَبَاهُ وَأُمَّهُ
    ‘Termasuk dosa besar, seseorang mencaci maki kedua orang tuanya.’ Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana dia mencaci maki?’ Rasulullah menjawab, ‘Dia mencaci seseorang, lalu orang itu mencaci maki bapak dan ibunya.’
    Shahih, di dalam kitab At-Ta’liqur-Raghib (3/221). (Muslim), 1-Kitabul Iman, hadits 146, Bukhari, 78, Kitabul Adab, 4- Bab La Yasubbur-Rajulu Walidaihi).

    4. Dari Abu Hurairah,
    ۱٦/٢۱ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُهُ، رَغِمَ أَنْفُهُ، رَغِمَ أَنْفُهُ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلُ اللهِ! مَنْ؟ قَالَ: مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَهُ الْكِبَرِ، أَوْ أَحَدُهُمَا فَدَخَلَ النَّارَ .

    Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Celaka seseorang, celaka seseorang, celaka seseorang.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapa (yang celaka)?” Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya (dalam keadaan tua) lalu dia (tidak berbakti), maka dia masuk neraka.”
    Shahih, di dalam kitab At-Ta’liqur-Raghib (3/215). (Muslim, 45-Kitab Al Birru Wash-Shilah wal Adab, hadits 9,10).

    5. Dari Abu Darda’ dia berkata,

    ۱٤/۱٨ أَوْصَانىِ خَلِيْلِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ بِتِسْعِ: لاَ تُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا وَإِنْ قُطًعْتَ أَوْ حُرُقْتَ، وَلاَ تَتْرُكَنَّ الصَّلاَةَ ْمَكْتُوْبَةً مُتَعَمَّدُا فَمَنْ تَرَكَهَا مُتَعَمِّدًا فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ الذِّمَّةُ، وَلاَ تَشْرَبِ الْخَمْرَ، َإِنَّهَا مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ، وَأَطِعْ وَالِدَيْكَ وَإِنْ أَمَرَاَكَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ دُنْيَاكَ فَاخْرُجْ لَهُمَا وَلاَ تٌناَزِعَنَّ وُلاَةَ اْلأَمْرِ وَإِنْ رَأَْيتَ أَنَّكَ أَنْتَ، وَلاَ تَفِرَّر مِنَ الزَّحْفِ وَإِنْ هَلَكْتَ وَفَرَّ أَصْحَابِكَ وَأَنْفِقْ مِنْ طُوْلِكَ عَلَى أَهْلِكَ وَلاَ تَرْفَعْ عَصَاكَ عَلىَ أَهْلِكَ وَأَخِفْهُمْ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

    “Rasulullah salallahu alaihi wasallam berwasiat kepadaku dengan 9 hal: jangan meneykutukan Allah dengan sesuatu apapun sekalipun engkau dipotong (tubuhmu) atau dibakar, jangan meninggalkan shalat dengan sengaja, maka bebaslah tanggung jawab atasnya, janganlah minum khamar, karena khamar pangkal segala kejahatan, taatilah kedua orang tuamu, sekiranya keduanya memerintahkan kepadamu agar kamu ke luar dari duniamu, maka keluarlah demi keduanya, janganlah menentang penguasa, sekalipun engkau beranggapan bahwa engkau yang benar, janganlah lari dari peperangan, sekalipun engkau akan terbunuh dan teman-temanmu meninggalkanmu, bersedekahlah kepada keluargamu sesuai dengan kemampuanmu, dan janganlah berlaku kasar kepada keluargamu dan ringankanlah beban mereka karena Allah Azza wa Jalla.
    Hasan, di dalam kitab Al Irwa (2026( (Ibnu Majah, 36 Kitabul Fitan, Bab As-Shahru Alal Bala’i hadits 4034)

    6. Dari Abu Hurairah, dia berkata.
    ٥/٥ قِيْلَ: يَا رَسُوْلُ اللهِ مَن أَبَرُّ؟ قَالَ: أَمَّكَ، قاَلَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ،[ثُمَّ عَادَ الرَّابِعَةَ فَ] قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أَبَاكَ.
    Ditanyakan (kepada Rasulullah), “Wahai Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam! Siapa yang harus aku perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab, “Ibumu” Lalu dia bertanya, “Lalu siapa?” Pertanyaan ini diulanginya hingga empat kali, dan Rasulullah menjawab, “Ayahmu”.
    Shahih, dalam kitab Al Irwa (837), Adh-Dha’ifah (4992), (Bukhari, 78 Kitabul Adab, 2. Bab Man Ahaqqun-Nasi Bihusnish-Shahabah, Muslim, 45- Kitab Al Birru wash-Shilah wal Adab, hadits 1, 2, dan 3).

    7. Dari Bahaz bin Hakim, dari bapaknya, dari kakeknya, aku berkata,

    ۳/۳ يَا رسول الله مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبّرُّ؟ قَالَ : أّمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أَبَاكَ، ثُمَّ اْلأَقْرَبَ فَاْلأَقْرَبَ

    “Wahai Rasulullah! Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Saya bertanya lagi, “Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu” Lalu saya bertanya, “Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Saya bertanya, “Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?.” Rasulullah menjawab, “Bapakmu, kemudian kerabat yang terdekat, lalu kerabat yang terdekat.”
    Hasan, di dalam kitab Al Inva (2232, 829), dan di dalam (Sunan Tirmidzi, 25- Kitab Al Birru wa Ash-Shilat, 1- Bab Ma Ja’a fi Birril-Walidain).

    8. Dari Aim Amr Asy-Syaibani, dia berkata, “Pemilik rumah ini meriwayatkan kepadaku -sambil memberikan isyarat dengan tangannya ke rumah Abdullah- dia berkata,
    ۱/۱ سَأَلْتُ النبي صلى الله عليه وسلم: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ : الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ : ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ، قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ قَالَ : فَحَدَّثْنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتّزَدْتُهُ لَزَادَنِى
    ‘Saya bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi xoasallam, “Apakah perbuatan yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla?.” Nabi menjawab, “Shalat pada waktunya”. Kemudian saya bertanya lagi, “Lalu apa?.” Rasulullah menjawab, ‘Kemudian berbuat baik kepada kedua orang tad’. Lalu saya kembali bertanya, “Lalu apa?” Rasulullah menjawab, “Kemudian jihad dijalan Allah’.” Abdullah berkata, ‘Rasulullah menerangkan perkara tersebut kepadaku. Sekiranya aku meminta tambahan kepadanya, maka niscaya beliau akan menambahnya untukku.'”Shahih, disebutkan di dalam kitab Al Inua* (1197), (Bukhari, 9. Kitab Mawaqitush-Shalat, 5- Bab Fadhlus-Shalati li Waqtiha. Muslim, 1-Kitab Al Iman, hadits 137,138,139 dan 140)

    8. Dari Abdullah bin Umar, dia berkata,
    ٢/٢ رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
    “Ridha Tulian terletak pada ridlta kedua orang tun dan kemurkaan Tuhan terletak pada kemurkaan kedua orang tua”.
    Hasan mauquf dan shahih marfu’ didalam kitab Ash-Shahihah (515).

    Abu Amina Alanshariy Aljawiy
    Ma’had Annashihah Cepu

  38. Nova Victor G. said

    Assalamualaikum..
    Saya sudah membaca tulisan2 saudara di atas.Dan menurut saya,saudara sudah mengerti betul akan dunia Islam.Saya ingin mencoba rekomendasikan diri dengan menanyakan hal ini.

    Saudara ikut aliran Islam yang mana?
    jelas saja ahlussunah,tapi lebih spesifiknya apa…
    Muhammadiyah,NU atau yang lain…
    trs terang sya msh blm mngerti yang mana itu ahlussunah..
    Terima kasih.

    Abu Amin Cepu :
    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Bismillah.Saudara Victor Semoga Alloh ta’ala anugerahkan Ilmu dan amal bermanfaat untuk anda.

    Jawaban atas pertanyaan anda:
    1.Pada prinsipnya dalam Islam dilarang adanya kelompok kelompok yang terjatuh kedalam pembanggaan golongan serta fanatisme kelompok sehingga lupa kepada Tujuanya dalam beragama yaitu mentauhidkan Alloh dengan mencotah Rosul
    sebagaimana firmanya :
    و لا تكونوا من المشركين ، من الذين فرقوا دينهم و كانوا شيعا ، كل حزب بما لديهم فرحون” (سورة الروم)
    “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
    pada golongan mereka.”(Ar-Ruum: 31-32)

    Sehingga saya tidak mempunya Aliran tertentu. Jadi saya “SEORANG MUSLIM DENGAN MENITI MANHAJ SALAFU SHOLEH” yang bebas kekangan aliran tertentu dan Dengan berusaha menyambut dan menempuh seruan Firman Alloh Ta’ala :

    وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ “

    Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan ORANG ORANG YANG MENGIKUTI MEREKA DENGAN BAIK, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” Qs.Ataubah 100

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (الحجرات: ).
    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS.Alhujarot Ayat 1)

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS.Anisa Ayat 59

    2.Semua manusia terlahir dalam keadaan jahil/tidak mengerti maka Alloh memerintahkan untuk kita menuntut ilmu dan beramal dengan ilmu, anda bisa belajar pada para ustadz yang kami rekomendasikan di page ini dan boleh ke ustadz lainnya dari manapun asalnya dan tempatnya yang penting aqidahnya lurus atau bisa perdalam ilmu disini :

    http://www.asysyariah.com/

    Semoga Alloh memberi keihlasan dan kefahaman kepada anda serta menjadikannya sebagai modal untuk menpelajari agama ini dari hamba-hamba yang lurus aqidahnya.Wallohu A’lam.

  39. Anonim said

    maaf apkah anda ikuut islam salafiyah?

    Insyalloh Demikian.dan siapa saja boleh mengakunya dari kaum muslimin serta pengakuan tidak mencerminkan hahikat sesuatu, Misal seorang yang MENGAKU “PEDAGANG MINYAK WANGI KEMUDIAN MEMPUNYAI BAU YANG TIDAK MENGENAKKAN APAKAH ORANG LAIN AKAN PERCAYA DENGAN PENGAKUANYA? akan tetapi yang terpenting adalah hati, perkataan dan amal sesuai dengan salafiyah (Rosul dan para sahabat serta yang mengikuti mereka dengan baik,QS.Attaubah ayat 100) Allohu A’lam Bishowab.

  40. Nova Victor G. said

    tolong jelaskan mengenai ma’rifat,tarekat.hakekat dan syarekat..!
    terima kasih..

  41. assalamualaikum..
    ustad ana pernah membaca artikel bahwa Ibnu Taimiyyah dan wahabi Menshahihkan Hadis mungkar(“Nabi Melihat Allah SWT Dalam Bentuk Pemuda Amrad”) dan mengunakannya untuk masalah aqidah.dan penghinaan terhadap syaikh al-albani rahimahullah,atau lebuh jelasnya klik salafytobat.wordpress.com . bagaimana menurut ustad tntang blog ini dan isi -isi yang ada di dalamnya.
    Mohon nasehatnya ustad.
    barakallahufik..

    Abu Amin Cepu:
    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Bismillah,Ana telah membaca beberapa tulisan yang dimuat dalam situs http//salafytobat.wordpress.com

    Ana menasehatkan untuk antum supaya menjauh dari situs tersebut,dan lebih menyibukan untuk belajar ilmu ushul(dasar), Menghafal Alqur’an dan Mrnghafal Hadist Misal Kitab Shoheh Bukhariy Muslim, Membaguskan Ibadah dan Memperindah adab dan ahklak dengan ilmu yang telah antum pelajari.karena sudah cukup bantahan bagi situs ini dan mereka yang mau jujur dengan dirinya maka akan difahami situs tersebut berisi Kejelekan-kejelekan seperti dibawah ini :

    1.Condong memiliki pemahaman agama syiah
    2.Membodohi orang awam dengan foto-foto dokumentasi seolah sebagai bukti kebenaran padahal hanya rekayasa
    3.Membodohi orang awam dengan scan kitab asli padahal menterjemahkanya tidak sesuai dengan yang diinginkan pengarang kitab-Nya (Misal kitab kitab ulama’ ahlu sunnah)
    4.Penulisnya tidak punya ahklak dan adab yang baik
    5.Tidak ilmiah dalam membuat tulisan dan dalam membuat bantahan
    6.Tujuan penulisan hanya membuat tuduhan dan hujatan, bukan untuk dakwah kepada Alloh ta’ala
    7.Penulisnya tidak dikenal dari kalangan manusia dan tidak bisa dipercaya
    8.Terlihat anti kepada salafi (Ulama salafu sholeh), bagaimana mungkin dia keluar dari salafy padahal rosul adalah salafy sejati.
    9.Penulisnya Tukang bersilat lidah
    10.Kelihatan punya motif dendam bukan berdakwah ihklas kepada Alloh t’ala
    11.Pendukung situs tersebut kebanyakan orang awam yang fanatik buta terhadap kelompoknya
    12.Terlalu terburu-buru dalam memfonis tidak pernah iqomatul hujah, tidak mempertimbangkan waqi’
    13.Merasa dirinya berilmu melebihi ulama ulama yang dunia mengakuinya, sedang dia hanya seorang tukang fitnah
    14.Tidak punya adab dengan sahabat nabi, ulama salafiyah
    15.Mencampur-adukan perbedaan prinsip aqidah dengan perbedaan cabang figh

    Antum tidak usah risau dengan ulahnya, “Sungguh darah ulama’ itu beracun” Maka saksikanlah kesudahan orang ini, sungguh besarnya balasan sebagai mana besarnya perbuatannya.

    Link dibawah ini kami telah membuat bantahanya coba antum search kelanjutanya dan mohon disebarkan bagi mereka yang membutuhkanya:
    http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1480

    Wallohu a’lam bishowab,
    Abu Amina Alanshariy
    Ma’had Annashihah Cepu.

  42. Bismillah…
    Semoga kita semua tetap istiqamah diatas sunnah yang shahih dan diwafatkan di atasnya, amin………
    untuk info dan artikel AHLUSSUNNAH lengkap (Indonesia dan mancanegara), silahkan lihat di:
    http://salafy.ws
    Barokallahu fykum

    Insyalloh akhiy, Wafikum barokallohu.

  43. Bismillah…
    Ustadz mohon dijelaskan hukumnya manakib،،،،
    sukran

    Abu Amin Cepu:

    Bismillah,
    Kata Manaqib merupakan bentuk jamak dari mufrod manqobah, yang artinya diantaranya adalah kisah kebaikan amal dan akhlak perangai terpuji seseorang.
    Adapun membacakan kisah atau biografi seseorang maka ini tak mengapa dan kebaikan semisal kitab Budi pekerti Rosul Sholollohualaihi Wassalam karangan Imam Tirmidzi, atau kisah Para Sahabat Rodhiallohu anhum ajma’in atau para ulama salafu sholeh,

    Adapun jika yang dimaksudkan adalah manaqib yaitu mengkususkan membacakan kisah tertentu yang diharuskan disetiap pembukaan majelis atau diahkir majelis semisal kisah syeikh abdul qodir jailani maka ini tidak pernah dilakukan oleh para ulama’ ahlu sunnah dan ini tidak boleh, karena didalam kitab manaqib syeikh abdul qodir jailani mengandung berbagai kisah dan kejadian yang berlebih lebihan dan beberapa perkataan didalamnya memangil roh-roh wali yang sudah mati untuk dimintai, maka ini semua menyimpang dari sunnah rosul, Rosul tidak pernah memanggil manggil roh orang mati untuk dimintai, sahabat juga tidak pernah memanggil roh rosul untuk dimintai, Bahkan tidak ditemukan syeikh abdul qodir jaelani juga melakukan yang demikian,
    Saya meyakini syeikh abdul qodir jaelani adalah ulama’ ahlu sunnah, karena beliau pernah menegaskan dalam kitabnya Al Ghunyah :
    و قال الشيخ عبد القادر الجيلاني في كتابه “الغُنية” : أما الفرقة الناجية فهي أهل السنة و الجماعة ، و أهل السنة لا اسم لهم إلا اسم واحد و هو أصحاب الحديث.
    Artinya : “Adapun alfirqotun najiyah dia adalah ahlu sunnah wal jamaah, dan ahlu sunnah tidak ada nama yang lain melainkan satu yaitu Ahlul Hadits( yang komitment dengan hadits)”

    Akan tetapi dikarenakan para pengikutnya Syeikh Abdul Qodir yang terlalu berlebihan mengagung-agungkan kisahnya dengan menambah-nambah kejadian kejadian yang tidak masuk akal didalam manaqibnya.Wallohu A’lam Bishowab.

  44. ustadz saya masih bingung dengan beberapa hal di bawah ini

    1. Saya pernah mendengar sebuah hadist yg menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mencium Aisyah sebelum beliau melakukan shalat
    2. Qunut dalam shalat subuh
    3.mengusap muka setelah selesai sholat apakah termasuk rukun shalat
    mohon penjelasannya ustadz…..sukran

    Abu Amin Cepu :
    1).Mengenai Hadits yang antum maksud terbagi beberapa pendapat sebagaimana dijelaskan dalam kitab shahih figh sunnah Syeikh Abu Malik Kamal :

    -Pendapat pertama, wudhu itu batal baik sentuhan tersebut diiringi dengan syahwat ataukah tidak. Ibnu Katsir mengatakan, “Pendapat yang mengatakan wajibnya berwudhu karena sekedar menyentuh perempuan adalah pendapat imam Syafii dan para ulama mazhab Syafii, Malik dan pendapat yang terkenal dari Ahmad bin Hanbal” (Tafsir al Qur’an al Azhim 1/669, terbitan Dar Salam).Pendapat ini juga didukung oleh Ibnu Hazm. Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar juga berpendapat dengan pendapat ini.

    -Pendapat kedua, bersentuhan dengan perempuan tidaklah membatalkan wudhu sama sekali. Inilah pendapat Abu Hanifah, Muhammad bin Hasan asy Syaibani dan sebelumnya merupakan pendapat Ibnu Abbas, Thawus, al Hasan al Bashri dan Atha’. Pendapat inilah yang dipilih oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

    -Pendapat ketiga mengatakan bahwa menyentuh perempuan itu membatalkan wudhu jika diiringi syahwat dan tidak membatalkan wudhu jika tanpa syahwat.

    Kesimpulan Pendapat yang paling kuat adalah pendapat kedua mengingat dalil-dalil dibawah ini :

    عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةً مِنَ الْفِرَاشِ فَالْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِى عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِى الْمَسْجِدِ وَهُمَا مَنْصُوبَتَانِ وَهُوَ يَقُولُ « اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ».

    Dari Abu Hurairah, dari Aisyah, aku kehilangan Rasulullah pada suatu malam dari tempat tidurku lalu kucari-cari. Akhirnya tanganku memegang bagian dalam telapak kaki Nabi. Ketika itu Nabi di masjid dan kedua telapak kakinya dalam posisi tegak. Saat itu Nabi sedang mengucapkan doa, ‘Ya Allah, aku berlindung dengan ridhaMu dari murkaMu dan dengan maafMu dari hukumanMu. Aku berlindung dengan diriMu dari siksaMu. Aku tidak mampu memujimu sebagaimana pujianMu untuk diriMu sendiri’ (HR Muslim no 222).

    عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنْتُ أَنَامُ بَيْنَ يَدَىْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَرِجْلاَىَ فِى قِبْلَتِهِ فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِى فَقَبَضْتُ رِجْلَىَّ وَإِذَا قَامَ بَسَطْتُهُمَا – قَالَتْ – وَالْبُيُوتُ يَوْمَئِذٍ لَيْسَ فِيهَا مَصَابِيحُ.

    Dari Aisyah, Aku tidur melintang di hadapan Rasulullah yang sedang shalat. Kedua kakiku terletak di arah kiblat. Jika beliau hendak bersujud beliau sentuh kakiku sehingga kutarik kedua kakiku. Jika beliau bangkit berdiri kembali kuluruskan kakiku. Aisyah bercerita bahwa pada waktu itu tidak ada lampu di rumah (HR Bukhari no 375 dan Muslim no 272).

    Kedua hadits di atas menunjukan bahwa sentuhan antara laki-laki dan perempuan tidaklah membatalkan wudhu. Seandainya wudhu batal tentu shalat yang Nabi lakukan juga batal.

    عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُقَبِّلُ بَعْضَ أَزْوَاجِهِ ثُمَّ يُصَلِّي وَلَا يَتَوَضَّأُ

    Dari Aisyah, sesungguhnya Nabi itu sering mencium salah seorang istri kemudian beliau langsung shalat tanpa mengulang wudhu (HR Nasai no 170 dan dinilai shahih oleh al Albani).

    Perbedaaan pendapat masalah figh seperti ini adalah suatu hal yang sudah di maklumi dikalangan ulama’ ahlu sunnah, dan hendaknya mencari yang lebih dekat dengan apa yang dilakukan Rosul Sholollohualaihi wassalam.Tanpa merendahkan martabat yang berbeda dengan kita.

    2).Adapaun Qunut Shubuh , Coba antum tela’ah penjelasan Saudara Kami Al Ustadz Dzulqarnaen Muhammad Sanusi dibawah ini :

    Ada tiga pendapat dikalangan para ulama, tentang disyariatkan atau tidaknya qunut Shubuh.

    -Pendapat pertama : Qunut shubuh disunnahkan secara terus-menerus, ini adalah pendapat Malik, Ibnu Abi Laila, Al-Hasan bin Sholih dan Imam Syafi’iy.

    -Pendapat kedua : Qunut shubuh tidak disyariatkan karena qunut itu sudah mansukh (terhapus hukumnya). Ini pendapat Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsaury dan lain-lainnya dari ulama Kufah.

    -Pendapat ketiga : Qunut pada sholat shubuh tidaklah disyariatkan kecuali pada qunut nazilah maka boleh dilakukan pada sholat shubuh dan pada sholat-sholat lainnya. Ini adalah pendapat Imam Ahmad, Al-Laits bin Sa’d, Yahya bin Yahya Al-Laitsy dan ahli fiqh dari para ulama ahlul hadits.

    -Dalil Pendapat Pertama

    Dalil para ulama yang menganggap qunut subuh itu sunnah adalah hadits berikut ini :

    مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

    “Terus-menerus Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa sallam qunut pada sholat Shubuh sampai beliau meninggalkan dunia”.

    Dikeluarkan oleh ‘Abdurrozzaq dalam Al Mushonnaf 3/110 no.4964, Ahmad 3/162, Ath-Thoh awy dalam Syarah Ma’ani Al Atsar 1/244, Ibnu Syahin dalam Nasikhul Hadits Wamansukhih no.220, Al-Ha kim dalam kitab Al-Arba’in sebagaimana dalam Nashbur Royah 2/132, Al-Baihaqy 2/201 dan dalam Ash-Shugro 1/273, Al-Baghawy dalam Syarhus Sunnah 3/123-124 no.639, Ad-Daruquthny dalam Sunannya 2/39, Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtaroh 6/129-130 no.2127, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no.689-690 dan dalam Al-’Ilal Al-Mutanahiyah no.753 dan Al-Khatib Al-Baghdady dalam Mudhih Auwan Al Jama’ wat Tafr iq 2/255 dan dalam kitab Al-Qunut sebagaimana dalam At-Tahqiq 1/463.

    Semuanya dari jalan Abu Ja’far Ar-Rozy dari Ar-Robi’ bin Anas dari Anas bin Malik.

    Hadits ini dishohihkan oleh Muhammad bin ‘Ali Al-Balkhy dan Al-Hakim sebagaimana dalam Khulashotul Badrul Munir 1/127 dan disetujui pula oleh Imam Al-Baihaqy. Namun Imam Ibnu Turkumany dalam Al-Jauhar An-Naqy berkata : “Bagaimana bisa sanadnya menjadi shohih sedang rowi yang meriwayatkannya dari Ar-Rob i’ bin Anas adalah Abu Ja’far ‘Isa bin Mahan Ar-Rozy mutakallamun fihi (dikritik)”. Berkata Ibnu Hambal dan An-Nasa`i : “Laysa bil qowy (bukan orang yang kuat)”. Berkata Abu Zur’ah : ” Yahimu katsiran (Banyak salahnya)”. Berkata Al-Fallas : “Sayyi`ul hifzh (Jelek hafalannya)”. Dan berkata Ibnu Hibban : “Dia bercerita dari rowi-rowi yang masyhur hal-hal yang mungkar”.”

    Dan Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad jilid I hal.276 setelah menukil suatu keterangan dari gurunya Ibnu Taimiyah tentang salah satu bentuk hadits mungkar yang diriwayatkan oleh Abu Ja’far Ar-Rozy, beliau berkata : “Dan yang dimaksudkan bahwa Abu Ja’far Ar-R ozy adalah orang yang memiliki hadits-hadits yang mungkar, sama sekali tidak dipakai berhujjah oleh seorang pun dari para ahli hadits periwayatan haditsnya yang ia bersendirian dengannya”.

    Dan bagi siapa yang membaca keterangan para ulama tentang Abu Ja’far Ar-R ozy ini, ia akan melihat bahwa kritikan terhadap Abu Ja’far ini adalah Jarh mufassar (Kritikan yang jelas menerangkan sebab lemahnya seorang rawi). Maka apa yang disimpulkan oleh Ibnu Hajar dalam Taqrib-Tahdzib sudah sangat tepat. Beliau berkata : “Shoduqun sayi`ul hifzh khususon ‘anil Mughiroh (Jujur tapi jelek hafalannya, terlebih lagi riwayatnya dari Mughirah).

    Maka Abu Ja’far ini lemah haditsnya dan hadits qunut subuh yang ia riwayatkan ini adalah hadits yang lemah bahkan hadits yang mungkar.

    Dihukuminya hadits ini sebagai hadits yang mungkar karena 2 sebab :

    Satu : Makna yang ditunjukkan oleh hadits ini bertentangan dengan hadits shohih yang menunjukkan bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam tidak melakukan qunut kecuali qunut nazilah, sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik :

    أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَقْنُتُ إِلاَّ إِذَا دَعَا لِقَوْمٍ أَوْ عَلَى قَوْمٍ

    “Sesungguhnya Nabi shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa sallam tidak melakukan qunut kecuali bila beliau berdo’a untuk (kebaikan) suatu kaum atau berdo’a (kejelekan atas suatu kaum)” . Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah 1/314 no. 620 dan dan Ibnul Jauzi dalam At-Tahqiq 1/460 dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 639.

    Kedua : Adanya perbedaan lafazh dalam riwayat Abu Ja’far Ar-Rozy ini sehingga menyebabkan adanya perbedaan dalam memetik hukum dari perbedaan lafazh tersebut dan menunjukkan lemahnya dan tidak tetapnya ia dalam periwayatan. Kadang ia meriwayatkan dengan lafazh yang disebut di atas dan kadang meriwayatkan dengan lafazh :

    أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ فٍي الْفَجْرِ

    “Sesungguhnya Nabi shollahu ‘alahi wa alihi wa sallam qunut pada shalat Subuh”.

    Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 2/104 no.7003 (cet. Darut Taj) dan disebutkan pula oleh imam Al Maqdasy dalam Al Mukhtarah 6/129.

    emudian sebagian para ‘ulama syafi’iyah menyebutkan bahwa hadits ini mempunyai beberapa jalan-jalan lain yang menguatkannya, maka mari kita melihat jalan-jalan tersebut :

    Jalan Pertama : Dari jalan Al-Hasan Al-Bashry dari Anas bin Malik, beliau berkata :

    قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمْرَ وَعُثْمَانَ وَأَحْسِبُهُ وَرَابِعٌ حَتَّى فَارَقْتُهُمْ

    “Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa alihi wa Sallam, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, dan saya (rawi) menyangka “dan keempat” sampai saya berpisah denga mereka”.

    Hadits ini diriwayatkan dari Al Hasan oleh dua orang rawi :

    Pertama : ‘Amru bin ‘Ubaid. Dikeluarkan oleh Ath-Thohawy dalam Syarah Ma’ani Al Atsar 1/243, Ad-Daraquthny 2/40, Al Baihaqy 2/202, Al Khatib dalam Al Qunut dan dari jalannya Ibnul Jauzy meriwayatkannya dalam At-Tahqiq no.693 dan Adz-Dzahaby dalam Tadzkiroh Al Huffazh 2/494. Dan ‘Amru bin ‘Ubaid ini adalah gembong kelompok sesat Mu’tazilah dan dalam periwayatan hadits ia dianggap sebagai rawi yang matrukul hadits (ditinggalkan haditsnya).

    Kedua : Isma’il bin Muslim Al Makky, dikeluarkan oleh Ad-Da raquthny dan Al Baihaqy. Dan Isma’il ini dianggap matrukul hadits oleh banyak orang imam. Baca : Tahdzibut Tahdzib.

    Catatan :

    Berkata Al Hasan bin Sufyan dalam Musnadnya : Menceritakan kepada kami Ja’far bin Mihr on, (ia berkata) menceritakan kepada kami ‘Abdul Warits bin Sa’id, (ia berkata) menceritakan kepada kami Auf dari Al Hasan dari Anas beliau berkata :

    صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقْتُهُ

    “Saya sholat bersama Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa alihi wa Sallam maka beliau terus-menerus qunut pada sholat Subuh sampai saya berpisah dengan beliau”.

    Riwayat ini merupakan kekeliruan dari Ja’far bin Mihron sebagaimana yang dikatakan oleh imam Adz-Dzahaby dalam Mizanul I’tidal 1/418. Karena ‘Abdul Warits tidak meriwayatkan dari Auf tapi dari ‘Amru bin ‘Ubeid sebagaiman dalam riwayat Abu ‘Umar Al Haudhy dan Abu Ma’mar – dan beliau ini adalah orang yang paling kuat riwayatnya dari ‘Abdul Warits-.

    Jalan kedua : Dari jalan Khalid bin Da’laj dari Qotadah dari Anas bin M alik :

    صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ عُمَرَ فَقَنَتَ وَخَلْفَ عُثْمَانَ فَقَنَتَ

    “Saya sholat di belakang Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam lalu beliau qunut, dan dibelakang ‘umar lalu beliau qunut dan di belakang ‘Utsman lalu beliau qunut”.

    Dikeluarkan oleh Al Baihaqy 2/202 dan Ibnu Syahin dalam Nasikhul Hadi ts wa Mansukhih no.219. Hadits di atas disebutkan oleh Al Baihaqy sebagai pendukung untuk hadits Abu Ja’far Ar-Rozy tapi Ibnu Turkumany dalam Al Jauhar An Naqy menyalahkan hal tersebut, beliau berkata : “Butuh dilihat keadaan Khalid apakah bisa dipakai sebagai syahid (pendukung) atau tidak, karena Ibnu Hambal, Ibnu Ma’in dan Ad-Daruquthny melemahkannya dan Ibnu Ma’ in berkata di (kesempatan lain) : laisa bi syay`in (tidak dianggap) dan An-Nasa`i berkata : laisa bi tsiqoh (bukan tsiqoh). Dan tidak seorangpun dari pengarang Kutubus Sittah yang mengeluarkan haditsnya. Dan dalam Al-Mizan, Ad Daraquthny mengkategorikannya dalam rowi-rowi yang matruk.

    Kemudian yang aneh, di dalam hadits Anas yang lalu, perkataannya “Terus-menerus beliau qunut pada sholat Subuh hingga beliau meninggalkan dunia”, itu tidak terdapat dalam hadits Khal id. Yang ada hanyalah “beliau (nabi) ‘alaihis Salam qunut”, dan ini adalah perkara yang ma’ruf (dikenal). Dan yang aneh hanyalah terus-menerus melakukannya sampai meninggal dunia. Maka di atas anggapan dia cocok sebagai pendukung, bagaimana haditsnya bisa dijadikan sebagai syahid (pendukung)”.

    Jalan ketiga : Dari jalan Ahmad bin Muhammad dari Dinar bin ‘Abdillah dari Anas bin Malik :

    مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْصُبْحِ حَتَّى مَاتَ

    “Terus-menerus Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa Sallam qunut pada sholat Subuh sampai beliau meninggal”.

    Dikeluarkan oleh Al Khatib dalam Al Qunut dan dari jalannya, Ibnul Jauzy dalam At-Tahq iq no. 695.

    Ahmad bin Muhammad yang diberi gelar dengan nama Ghulam Khalil adalah salah seorang pemalsu hadits yang terkenal. Dan Dinar bin ‘Abdillah, kata Ibnu ‘Ady : “Mungkarul hadits (Mungkar haditsnya)”. Dan berkata Ibnu Hibba n : “Ia meriwayatkan dari Anas bin Malik perkara-perkara palsu, tidak halal dia disebut di dalam kitab kecuali untuk mencelanya”.

    -Kesimpulan pendapat kalangan pertama:

    Jelaslah dari uraian diatas bahwa seluruh dalil-dalil yang dipakai oleh pendapat pertama adalah hadits yang lemah dan tidak bisa dikuatkan.

    Kemudian anggaplah dalil mereka itu shohih bisa dipakai berhujjah, juga tidak bisa dijadikan dalil akan disunnahkannya qunut subuh secara terus-menerus, sebab qunut itu secara bahasa mempunyai banyak pengertian. Ada lebih dari 10 makna sebagaimana yang dinukil oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar dari Al-Iraqi dan Ibnul Arabi.

    1) Doa 2) Khusyu’3) Ibadah4) Taat 5) Menjalankan ketaatan.6) Penetapan ibadah kepada Allah 7) Diam ,8 Shalat 9) Berdiri 10) Lamanya berdiri 11) Terus menerus dalam ketaatan Dan ada makna-makna yang lain yang dapat dilihat dalam Tafsir Al-Qurthubi 2/1022, Mufradat Al-Qur’an karya Al-Ashbahany hal. 428 dan lain-lain.

    Maka jelaslah lemahnya dalil orang yang menganggap qunut subuh terus-menerus itu sunnah.

    -Dalil Pendapat Kedua

    Mereka berdalilkan dengan hadits Abu Hurairah riwayat Bukhary-Muslim :

    كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ حِيْنَ يَفْرَغُ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ مِنَ الْقِرَاءَةِ وَيُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ رَأْسَهُ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ يَقُوْلُ وَهُوَ قَائِمٌ اَللَّهُمَّ أَنْجِ اَلْوَلِيْدَ بْنَ الْوَلِيْدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِيْ رَبِيْعَةَ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْمُُؤْمِنِيْنَ اَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ كَسِنِيْ يُوْسُفَ اَللَّهُمَّ الْعَنْ لِحْيَانَ وَرِعْلاً وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ عَصَتِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ ثُمَّ بَلَغَنَا أَنَهُ تَرَكَ ذَلِكَ لَمَّا أَنْزَلَ : (( لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُوْنَ ))

    “Adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam ketika selesai membaca (surat dari rakaat kedua) di shalat Fajr dan kemudian bertakbir dan mengangkat kepalanya (I’tidal) berkata : “Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu, lalu beliau berdoa dalaam keadaan berdiri. “Ya Allah selamatkanlah Al-Walid bin Al-Walid, Salamah bin Hisyam, ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan orang-orang yang lemah dari kaum mu`minin. Ya Allah keraskanlah pijakan-Mu (adzab-Mu) atas kabilah Mudhar dan jadianlah atas mereka tahun-tahun (kelaparan) seperti tahun-tahun (kelaparan yang pernah terjadi pada masa) Nabi Yusuf. Wahai Allah, laknatlah kabilah Lihyan, Ri’lu, Dzakw an dan ‘Ashiyah yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian sampai kepada kami bahwa beliau meningalkannya tatkala telah turun ayat : “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim”. (HSR.Bukhary-Muslim)

    Berdalilkan dengan hadits ini menganggap mansukh-nya qunut adalah pendalilan yang lemah karena dua hal :

    Pertama : ayat tersebut tidaklah menunjukkan mansukh-nya qunut sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al-Qurthuby dalam tafsirnya, sebab ayat tersebut hanyalah menunjukkan peringatan dari Allah bahwa segala perkara itu kembali kepada-Nya. Dialah yang menentukannya dan hanya Dialah yang mengetahui perkara yang ghoib.

    Kedua : Diriwayatkan oleh Bukhary – Muslim dari Abu Hurairah, beliau berkata :

    وَاللهِ لَأَقْرَبَنَّ بِكُمْ صَلاَةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ يَقْنُتُ فِي الظُّهْرِ وَالْعِشَاءِ الْآخِرَةِ وَصَلاَةِ الْصُبْحِ وَيَدْعُوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَيَلْعَنُ الْكُفَّارَ.

    Dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu beliau berkata : “Demi Allah, sungguh saya akan mendekatkan untuk kalian cara shalat Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam. Maka Abu Hurairah melakukan qunut pada shalat Dhuhur, Isya’ dan Shubuh. Beliau mendoakan kebaikan untuk kaum mukminin dan memintakan laknat untuk orang-orang kafir”.

    Ini menunjukkan bahwa qunut nazilah belum mansu kh. Andaikata qunut nazilah telah mansukh tentunya Abu Hurairah tidak akan mencontohkan cara sholat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dengan qunut nazilah .

    -Dalil Pendapat Ketiga

    Satu : Hadits Sa’ad bin Thoriq bin Asyam Al-Asyja’i

    قُلْتُ لأَبِيْ : “يَا أَبَتِ إِنَّكَ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وآله وسلم وَأَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيَ رَضِيَ الله عَنْهُمْ هَهُنَا وَبِالْكُوْفَةِ خَمْسَ سِنِيْنَ فَكَانُوْا بَقْنُتُوْنَ فيِ الفَجْرِ” فَقَالَ : “أَيْ بَنِيْ مُحْدَثٌ”.

    “Saya bertanya kepada ayahku : “Wahai ayahku, engkau sholat di belakang Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dan di belakang Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum di sini dan di Kufah selama 5 tahun, apakah mereka melakukan qunut pada sholat subuh ?”. Maka dia menjawab : “Wahai anakku hal tersebut (qunut subuh) adalah perkara baru (bid’ah)”. Dikeluarkan oleh Tirmidzy no. 402, An-Nasa`i no.1080 dan dalam Al-Kubro no.667, Ibnu Majah no.1242, Ahmad 3/472 dan 6/394, Ath-Thoy alisy no.1328, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 2/101 no.6961, Ath-Thohawy 1/249, Ath-Thobarany 8/no.8177-8179, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihs an no.1989, Baihaqy 2/213, Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtarah 8/97-98, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no.677-678 dan Al-Mizzy dalam Tahdzibul Kam al dan dishohihkan oleh syeikh Al-Albany dalam Irwa`ul Gholil no.435 dan syeikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad mimma laisa fi Ash-Shoh ihain.

    Dua : Hadits Ibnu ‘Umar

    عَنْ أَبِيْ مِجْلَزِ قَالَ : “صَلَّيْتُ مَعَ اِبْنِ عُمَرَ صَلاَةَ الصُّبْحِ فَلَمْ يَقْنُتْ”. فَقُلْتُ : “آلكِبَرُ يَمْنَعُكَ”, قَالَ : “مَا أَحْفَظُهُ عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِيْ”.

    ” Dari Abu Mijlaz beliau berkata : saya sholat bersama Ibnu ‘Umar sholat shubuh lalu beliau tidak qunut. Maka saya berkata : apakah lanjut usia yang menahanmu (tidak melakukannya). Beliau berkata : saya tidak menghafal hal tersebut dari para shahabatku”. Dikeluarkan oleh Ath-Thohawy 1246, Al-Baihaqy 2213 dan Ath-Thabarany sebagaimana dalam Majma’ Az-Zawa’id 2137 dan Al-Haitsamy berkata :”rawi-rawinya tsiqoh”.

    Ketiga : tidak ada dalil yang shohih menunjukkan disyari’atkannya mengkhususkan qunut pada sholat shubuh secara terus-menerus.

    Keempat : qunut shubuh secara terus-menerus tidak dikenal dikalangan para shahabat sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Umar diatas, bahkan syaikul islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa berkata : “dan demikian pula selain Ibnu ‘Umar dari para shahabat, mereka menghitung hal tersebut dari perkara-perkara baru yang bid’ah”.

    Kelima : nukilan-nukilan orang-orang yang berpendapat disyari’atkannya qunut shubuh dari beberapa orang shahabat bahwa mereka melakukan qunut, nukilan-nukilan tersebut terbagi dua :

    -Ada yang shohih tapi tidak ada pendalilan dari nukilan-nukilan tersebut.
    – Sangat jelas menunjukkan mereka melakukan qunut shubuh tapi nukilan tersebut adalah lemah tidak bisa dipakai berhujjah.

    Keenam: setelah mengetahui apa yang disebutkan diatas maka sangatlah mustahil mengatakan bahwa disyari’atkannya qunut shubuh secara terus-menerus dengan membaca do’a qunut “Allahummahdinaa fi man hadait…….sampai akhir do’a kemudian diaminkan oleh para ma’mum, andaikan hal tersebut dilakukan secara terus menerus tentunya akan dinukil oleh para shahabat dengan nukilan yang pasti dan sangat banyak sebagaimana halnya masalah sholat karena ini adalah ibadah yang kalau dilakukan secara terus menerus maka akan dinukil oleh banyak para shahabat. Tapi kenyataannya hanya dinukil dalam hadits yang lemah.

    Demikian keterangan Imam Ibnul qoyyim Al-Jauziyah dalam Z adul Ma’ad.

    Kesimpulan

    Jelaslah dari uraian di atas lemahnya dua pendapat pertama dan kuatnya dalil pendapat ketiga sehinga memberikan kesimpulan pasti bahwa qunut shubuh secara terus-menerus selain qunut nazilah adalah bid’ah tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabatnya. Wallahu a’lam.
    Silahkan lihat permasalahan ini dalam Tafsir Al Qurthuby 4/200-201, Al Mughny 2/575-576, Al-Inshof 2/173, Syarh Ma’any Al-Atsar 1/241-254, Al-Ifshoh 1/323, Al-Majmu’ 3/483-485, Hasyiyah Ar-Raud Al Murbi’ : 2/197-198, Nailul Author 2/155-158 (Cet. Darul Kalim Ath Thoyyib), Majm u’ Al Fatawa 22/104-111 dan Zadul Ma’ad 1/271-285.

    3).Tidak ditemukan dalil mengusap muka setelah sholat, adapaun kenapa dilakukan karena ada kebutuhan disana yaitu dizaman rosul masjid masih berlantai pasir dan tanah,sehingga besar kemungkinan tertempel dimuka kemudian mengusapnya.
    akan tetapi serasa aneh jika lantai masjid sekarang bersih-bersih masih mengusap muka.
    Adapun Mengusap muka setelah berdoa haditsnya di dho’ifkan oleh para ulama seperti dibawah ini:
    Hadits Umar, “Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengangkat kedua tangannya saat berdo’a beliau tidak menurunkannya hingga mengusap wajahnya dengan keduanya.” Hadits ini dikeluarkan oleh At Tirmidzi dalam Sunannya 2/244, namun di dalam sanadnya terdapat seorang rawi Hammad bin Isa Al Juhaniy. Dikatakan oleh Ibnu Ma’in: Syaikhun sholeh, oleh Abu Hatim: dho’iful hadits, dan oleh Abu Daud: ia meriwayatkan hadits-hadits munkar. Serta didho’ifkan pula oleh Ad Daruquthni.
    Wallohu A’lam Bishowab.

  45. sukran ustdz smoa kita termasuk orang2 yg brada dijalan yg lurus…Amin

    Waiyyakum Ahki, Amin Yarobal Alamin.

  46. Assalamualaikum warahmatullah.

    ustad..ana mau nanya..
    sering kita sebutkan kata ahlussunnah, salafi dan salaf..
    apakah ketiga kata itu sama atau berbeda,..?
    karna ana pernah meembaca artikel di http//syubhatsalafy.blogspot.com/2011/07/beda-ahlus-sunnah-dengan-salafi.html bahwa ahlussunnah berdeda dengan salafy, ana ambil satu dari sekian perbedaan tersebut,yaitu “Kesepuluh, ahlus sunnah meyakini sayyid quth, syaikh abdulloh azzam, syaikh salman al audah, syaikh safar al halawi, syaikh al maqdisi dll termasuk ulama dari kalangan ahlus sunnah yang perkataannya bisa diterima dan ditolak, begitu juga dengan syaikh al albani, syaikh ibnu baz, dan syaikh utsaimin mereka juga termasuk ulama ahlus sunnah yang kadang kala benar dan salah, sehingga ahlus sunnah menempatkan mereka secara proporsional. Sedangkan salafi, ulama mereka hanyalah syaikh al albani, syaikh ibnu baz dan syaikh utsaimin dan ulama yang menjadi murid-murid mereka sedangkan selain mereka dianggap sebagai ahlul bid’ah, khawarij, takfiri, teroris, dll, sehingga tidak heran ketika mereka menganggap sesat orang yang tidak sepaham dengan syaikh mereka.”
    dan juga di situs dibawah ini :
    http//tomygnt.wordpress.com/2010/09/29/ciri-ahlus-sunnah-dan-pengertian-ahlus-sunnah-perbedaan-dakwah-salaf-dengan-yang-lainsyubhat-salafy-dan-bantahannya/

    http//gedublaks.multiply.com/reviews/item/1

    mohon penjelasannya ustad.
    jazakallahulkhair.

    Waalaikumussalam Warohmatulloh Wabrokatuh,
    Bismillah,
    1. ~Salaf secara bahasa adalah derivasi dari kata : سَلَفَ – يَسْلفُ yang berarti yang mendahului, terjadi lebih dahulu adapun secara syariat yang dimaksud salaf adalah Rosul Sholollohualaihi Wassalam
    Sebagaimana Sabda Rosul Dalam Shahih Bukahriy kepada Siti Fatimah Radhiallohuanha : خير سلف أن لكن ” Sebaik-baik pendahulumu adalah saya (yaitu sebaik baik contoh)” antum juga bisa membuka Qs.attaubah ayat 100.
    ~Adapun salafiy adalah nisbat (pengakuan mengikuti dari semua cara beragama) kepada salaf, sebagaimana jika seseorang bermadzhab dengan madzhab imam ahmad bin hambal maka dia mengaku Hambali (Dalam Madzhab Fighnya tanpa taqlid buta pent).
    ~Adapun Ahlu sunnah juga demikian menisbatkan mengikuti salaf karena sunnah yang dimaksud adalah Sunnah Rosul dan Khulafa’ur rasyidin yang mendapatkan pentunjuk dari rosul, antum bisa meliat artikel siapa ahlu sunnah
    2.Adapun Situs http//syubhatsalafy.blogspot.com/2011/07/beda-ahlus-sunnah-dengan-salafi.html : Lebih condong berfaham Ikhwanul Muslimin dan Fanatik Dengan tokoh tokohnya.
    3.Adapaun Situs http//tomygnt.wordpress.com/2010/09/29/ciri-ahlus-sunnah-dan-pengertian-ahlus-sunnah-perbedaan-dakwah-salaf-dengan-yang-lainsyubhat-salafy-dan-bantahannya/ , Insyalloh berusaha menjelaskan siapa salaf yang sebenarnya.

    Wallohu A”lam Bishowab

  47. Anonim said

    ustadz ini sudah bener tah kok udah ngajak orang,

    Wallohul musta’an, Kalau menurut anda bagaimana?Apakah anda bisa menilai diri anda benar sebelum menilai orang lain?
    Ambil contoh sikap anda dalam memasuki page ini/rumah orang tanpa nama apa ini sesuai dengan kebenaran apa tidak?Bukankah Rosul mengajarkan adab yang mulia, beliau mengajarkan jika seseorang memasuki rumah saudaranya kemudian dipanggil dari balik pintu ketika bertamu jangan katakan ‘ ANA’ Tapi sebutlah nama anda. Wallohu A’lam

  48. abdullah said

    janganlah kita permasalahkan perbedaan furu’iyyah kita,bersatulah kita dalam 1 satu, satu aqidah islam.bersatu dalam dua kalimat syahadat…..jalan boleh berbeda tp tujuan tetap sama.sampai atau tdknya tanggung jawab masing masing…..

    Abu Amin Cepu
    Bismillah,
    Pernyataan antum : ” jalan boleh berbeda tp tujuan tetap sama.sampai atau tdknya tanggung jawab masing masing…..

    Ini adalah perkataan yang hendaknya perlu diluruskan, Kita harus fahami bersama bahwa jalan beragama yang benar itu cuma satu (At Thoriqul Haq Alwahid) yaitu jalanya rosul dan para sahabat serta para generasi penerus yang mengikutinya dengan baik. dan ini adalah prinsip Ahlu sunnah

    sebagaimana ketika rosul menyebutkan umatnya akan berpecah belah maka rosulpun memerintahkan supaya mengikuti jalan yang satu yaitu sebagaimana hadits dibawah ini :

    و قال صلى الله عليه و سلم : “أوصيكم بتقوى الله عز و جل و السمع و الطاعة و إن تأمر عليكم عبدٌ حبشيٌ، فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بها و عضوا عليها بالنواجذ ، و إياكم و محدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، و كل بدعة ضلالة ، و كل ضلالة في النار” (رواه النسائي و الترمذي و قال حديث حسن صحيح)

    Aku wasiatkan kaitan untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat, walau yang memimpin kalian adalah budak dar-i Habsyi.” Kemudian beliau menyuruh untuk berittiba’ kepada sunnahnya dan sunnah para khatifahnya yang rasyid dan mendapat hidayah. Beliau katakan: “Gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru dalam agama, karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap kebid’han adalah sesat.” (HR Turmudzi dan dishohihkan syaikh Al Albani datam shohih sunan Turmudzi no.2830).

    قال صلى الله عليه و سلم : “ألا و إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين و سبعين ملة ، و إن هذه الملة ستفترق على ثلاثِ و سبعين : ثنتان و سبعون في النار ، وواحدة في الجنة، و هي الجماعة” (رواه أحمد و غيره و حسنه الحافظ)
    “Telah terpecah orang-orang yahudi menjadi tujuhpuluh satu golongan dan terpecah orang nashara menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan akan terpecah ummatku menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya dalam neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka, wahai Rasulullah? Beliau berkata: Mereka adalah orang yang berdiri diatas apa yang aku dan para sahabatku berdiri diatasnya.” (HR Abu Daud and dishahihkan syaikh Al Albani dalam shohih Sunan Abu Daud 3/115)

    Dan itulah jalan kebenaran tiada yang lain, Dan Alloh telah kuatkan ini dengan pujianya kepada mereka yang menempuh jalan ini dengan keridho’aNya sebagimana firmanya :

    Dan Alloh Ta’ala memuji mereka dengan FirmanNya:

    وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (التوبة: 100).
    “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.

    Kita harus fahami pula bahwa agama ini adalah Nasehat dan setiap diri mempunyai kewajiban berjamaah diatas jamaah yang satu tadi, jadi mereka saling menasehati dengan kebaikan dan saling menopang satu dengan yang lainya.Memang semua manusia akan bertanggung jawab dengan perbuatanya masing masing akan tetapi kita diperintahkan untuk saling menasehati satu dengan yang lainya dengan cara yang bijaksana, Wallohua’lam.

  49. elfan said

    Kemudian beliau membaca (ayat) : “Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu maka ikutilah jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) maka kalian akan terpecah dari jalanNya”.

    Saya kira yang dimaksudkan dengan kata ‘jalanku’ ya ajaran agama yang disampaikannya yakni ISLAM (QS. 5:3), dan orang yang percaya dengan agama ini ya Muslim.

  50. nur amal firmansyah said

    bimillah,dengan bahasa awam ana.seharusnya pribadi muslim ialah yg dlm hidup dan kehidupannya selalu “beruswah kpd rosululloh sholallahu’alaih wasalam(”qur an”) yg sudah diikuti shohabiyun jalil agar selamat dunia dan ahirat..sudah dipaparkan oleh ustadz dg ilmunya bahwa penjelasan2 tadi dari qur an(Allah a’la) dan rosulNya(sunnah) serta ijma sahabat,knapa mereka2 berargumen seolah2 mewakili hawa nafsu pribadi/golongan,mestinya kt iri dengan kepahaman ustadz agar kt belajar dan belajar terus,mekipun generasi terbaik adalah shohabiyun jalil,paling tidak kt slalu berupaya mengikuti jejak dan petunjuknya walaupun klu diprosentasi jauh dari nilai mereka.smoga Allah azza wajal a’la selalu membimbing kt dijalan ridhonya,dijauhkan dari kesyirikan,subhat,ria,tajasus dan penyakit2 hati.barokallohu fikum wa ahlikum

    Walhamdulillah, Wafikum barokallohu, Ya Ahkiy Firman, Semoga tambahan ilmu dan amal untuk kita semua.

  51. ARI said

    Assalamu’alaikum.Bismillahirrohmanirrohim.Ya Alloh.Berikan kepada saudara saudara kami terutama penulis blog ini kekuatan,ketabahan dan kesabaran untuk terus berjuang menegakkan syariat Alloh sehingga nampak jelas mana yang haq dan mana yang bathil.
    Ya akhi.Ana mau tanya.Apakah termasuk berjamaah jika ana mengamalkan sunnah sendirian(tidak hadir di majlis/perkumpulan)cuma bisa lewat internet.

    Abu Amin Cepu :
    Waalaikumussalam Warohmatulloh Wabarokatuh,
    Ahki Ari Yang budiman , semoga Alloh ta’ala menambah keberkahan ilmu dan amal antum
    Apa yang antum tanyakan : apakah termasuk berjamaah jika antum mengamalkan sunnah sendirian(tidak hadir di majlis/perkumpulan)cuma bisa lewat internet.
    Maka ini memerlukan pelurusan , bahwasanya sikap seperti ini bukanlah yang dimaksudkan dari perkataan Abdullah bin Mas’ud tentang Al-Jama’ah :
    Beliau berkata:

    الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَك
    “Al-Jama’ah adalah apa yang mencocoki kebenaran walaupun engkau sendiri”.

    Akan tetapi sikap seorang muslim Ahlu Sunnah adalah dia harus berusaha mencari aljama’ah dan berjamaah dengan mereka dan saling bekerja sama dalam kebajikan untuk menegakan dan mengamalkan sunnah Rosul Sholollohualaihi wassalam serta mengerjakan sholat jamaah dimasjid kaum muslimin, berhari raya dengan kaum muslimin, bertetangga dengan mereka, berbakti kepada orang tua,menyambung tali silaturahmi dengan sanak kerabat baik yang jauh maupun dekat, dan pengamalan sunnah secara umum yang tidak menyalahi apa yang dilarang oleh Alloh Aza Wajalla dan rosul sholollohualaihi wassalam.

    Adapun menuntut ilmu ini merupakan kewajiban setiap muslim dan muslimahnya :sebagai mana firmanya :
    {فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ} [سورة محمد، الآية: 19]
    Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.QS.Muhammad Ayat 19

    وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا
    Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.QS.Alisro ayat 36

    فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
    Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahuinya.

    Dan Juga Perintah Rosul, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
    Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah, no:224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah]

    Jadi antum berkewajiban mencari majelis ilmu yang sesuai dengan sunnah dan yang ditegakkan karena Alloh semata.dan tidak cukup hanya belajar dari internet, dan internet ini hanya sebagai sarana mempermudah mendekatkan seseorang dengan ilmu dan para pendakwah ilmu, tentu yang harus antum hadiri adalah majelis ilmu yang sesuai pemahaman salafu shalih bukan suatu kelompok yang mendakwahkan organisasinya.

    Ana melihat banyak sekali kajian-kajian sunnah yang tersebar diseluruh indonesia termasuk didaerah antum.Insyalloh. Wallohu A’lam.

  52. Bayu K said

    Assalamu’alaikum.
    Saya mau bertanya, jika orang tua dan keluarga sulit menerima golongan ini (ahlussunnah) karena sudah terbiasa dengan tradisi dari orang2 terdahulu yang ikut saja dengan pemerintah (Misal NU), sedangkan mencela saya dengan menganggap saya masuk ke golongan sesat/ bukan yang umum (karena saya baru mendalami ahlussunnah jadi sulit untuk saya menjelaskan kepada mereka). Bagaimana solusinya untuk itu?
    Terima kasih, semoga penulis dapat terus berjuang di jalan Allah dan meluruskan saudara2 kita yang menyimpang dari jalan yang lurus…. Amien…

    Dijawab Oleh Pengasuh Ma’had Annashihah Cepu http://annashihahcepu.wordpress.com :
    Waaalaikumussalaam Warohmatulloh Wabarokatuh,
    Ahki Bayu Yang budiman, Semoga Alloh Ta’ala kokohkan keimanan antum dan kita semua ,
    Diantara Ciri Ahlu Sunnah Adalah Sebagaimana Hadits Dibawah ini :
    “لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق ، لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله ” (رواه مسلم)
    Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim)
    Ahlu Sunnah itu memiliki sikap teguh dan tidak terombang ambing sebagaimana buih dilautan, dia tidak mempan dengan celaan orang yang mencela selama dia kokoh diatas kebenaran.

    Alloh Juga menerangkan bagaimana sikap orang yang benar imanya yang kuat dari gangguan dan rintangan , Alloh Ta’ala Berfirman :
    فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍۢ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍۢ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
    maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui, QS.Almaidah 54

    Maka Hendaknya antum mempersiapkan hal hal sebagai berikut :
    1.BERILMU
    Seorang da’i haruslah memiliki ilmu tentang apa yang ia dakwahkan di atas ilmu yang shahih yang berangkat dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Karena setiap ilmu yang diambil dari selain Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, wajib diteliti terlebih dahulu. Setelah menelitinya, maka dapat menjadi jelas apakah ilmu tersebut selaras ataukah menyelisihi Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Apabila selaras maka diterima dan apabila menyelisihi maka wajib menolaknya tidak peduli siapapun yang mengucapkannya.
    2.SABAR
    Seorang da’i haruslah bersabar di atas dakwahnya, sabar atas apa yang ia dakwahkan, sabar terhadap orang yang menentang dakwahnya dan sabar atas segala aral rintangan yang menghadangnya.
    Seorang da’i haruslah bersabar dan berupaya menetapi kesabaran di dalam berdakwah, jangan sampai ia berhenti atau jenuh, namun ia harus tetap terus berdakwah ke jalan Alloh dengan segenap kemampuannya. Terlebih di dalam kondisi dimana berdakwah akan lebih bermanfaat, lebih utama dan lebih tepat, maka ia haruslah benar-benar bersabar di dalam berdakwah dan tidak boleh jenuh, karena seorang manusia apabila dihinggapi kejenuhan maka ia akan letih dan meninggalkan dakwah. Akan tetapi, apabila ia menetapi kesabaran di atas dakwahnya, maka ia akan meraih pahala sebagai orang-orang yang sabar di satu sisi, dan di sisi lain ia akan mendapatkan kesudahan yang baik.

    Dengarkanlah firman Alloh Azza wa Jalla yang menyeru Nabi-Nya :

    تِلْكَ مِنْ أَنْبَآءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَآ إِلَيْكَ مَا كُنتَ تَعْلَمُهَآ أَنتَ وَلاَ قَوْمُكَ مِن قَبْلِ هَـذَا فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَـقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ

    “Itu adalah di antara berita-berita penting tentang hal yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Huud : 49)

    bacalah firman Alloh Azza wa Jalla :

    كَذَلِكَ مَآ أَتَى الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ مِّن رَّسُولٍ إِلاَّ قَالُواْ سَـحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ

    “Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila.” (QS adz-Dzaariyaat : 51)
    Lihatlah kepada rasul pertama Nuh ‘alaihish Sholatu was Salam, suatu ketika kaumnya melewati beliau dan beliau pada saat itu sedang membangun sebuah kapal lalu mereka mencela beliau, lantas beliau berkata kepada mereka :

    إِن تَسْخَرُواْ مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ * فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَن يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُّقِيمٌ

    “(Berkatalah Nuh) Jika kamu mengejek kami, Maka Sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (Kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh adzab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal.” (QS Huud : 38-39)

    Mereka tidak hanya mengejek beliau, namun mulai mengancam untuk membunuh beliau :

    قَالُواْ لَئِنْ لَّمْ تَنْتَهِ ينُوحُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُرْجُومِينَ

    “Mereka berkata: Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti Hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam.” (QS asy-Syu’araa` : 116)

    Artinya adalah, beliau termasuk orang-orang yang akan dibunuh dengan cara dilempari batu. Di sini ada ancaman mati dengan implikasi bahwa “kami telah melempari orang selain dirimu” untuk menampakkan keperkasaan mereka (kaum nabi Nuh) sedangkan mereka telah merajam orang lain “dan engkau (Nuh) adalah termasuk mereka.” Namun, hal ini tidaklah memalingkan Nuh ’alaihish Sholatu was Salam dari dakwah beliau, bahkan beliau tetap terus melangsungkan dakwahnya sampai Alloh membukakan untuknya dan untuk kaumnya kemenangan.

    Dan lihatlah Ibrahim ‘alaihish Sholatu was Salam, kaumnya menghadapinya dengan penentangan, bahkan mereka mengolok-olok beliau di hadapan manusia :

    قَالُواْ فَأْتُواْ بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ

    “Mereka berkata: (Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan.” (QS al-Anbiyaa` : 61)

    Kemudian mereka mengancam akan membakar beliau :

    قَالُواْ حَرِّقُوهُ وَانصُرُواْ ءَالِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَـعِلِينَ

    ”Mereka berkata: Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak.” (QS al-Anbiyaa` : 68).

    Lalu mereka mengobarkan api yang sangat besar dan mereka melempari beliau dengan manjanik (ketapel raksasa) disebabkan jarak mereka yang jauh dikarenakan panasnya api. Akan tetapi, Rabb pemilik keperkasaan dan kemuliaan ber-firman:

    قُلْنَا ينَارُ كُونِى بَرْداً وَسَلَـمَا عَلَى إِبْرَهِيمَ

    ”Kami berfirman: Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS al-Anbiyaa` : 69).

    Maka menjadilah api itu dingin dan keselamatan baginya, dan kesudahan yang baik adalah bagi Ibrahim :

    وَأَرَادُواْ بِهِ كَيْداً فَجَعَلْنَـهُمُ الاَْخْسَرِينَ

    ”Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, Maka kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (QS al-Anbiyaa` : 70)

    Lihatlah Musa ‘alaihish Sholatu was Salam dan bagaimana Fir’aun mengancam untuk membunuh beliau :

    ذَرُونِى أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّى أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُـمْ أَوْ أَن يُظْهِرَ فِى الاَْرْضِ الْفَسَادَ

    ”Dan Berkata Fir’aun (kepada pembesar-pembesarnya): Biarkanlah Aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, Karena Sesungguhnya Aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (QS Ghaafir : 26)

    Ia mengancam untuk membunuh beliau akan tetapi perkara berbicara lain dan kesudahan yang baik adalah bagi Musa ‘alaihish Sholatu was Salam

    وَحَاقَ بِـَالِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ

    ”Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.” (QS Ghaafir : 45)

    Lihatlah Isa ‘alaihish Sholatu was Salam yang mendapatkan gangguan sampai-sampai kaum Yahudi menuduh beliau sebagai anak pezina. Mereka membunuh beliau dengan asumsi mereka dan menyalibnya, akan tetapi Alloh Ta’ala berfirman :

    وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَـكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِى شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِيناً بَل رَّفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزاً حَكِيماً

    ”Mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah Telah mengangkat Isa kepada-Nya]. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS an-Nisaa` : 157-158).

    Maka Allohpun menyelamatkan beliau.

    Dan lihatlah penutup dan imam para nabi, penghulu anak cucu Adam, Muhammad Shallallahu ’alaihi was Salam. Alloh berfirman tentang beliau :

    يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَـكِرِينَ

    ”Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS al-Anfaal : 30)

    وَيَقُولُونَ أَءِنَّا لَتَارِكُو ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ

    ”Dan mereka berkata: Apakah Sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami Karena seorang penyair gila?.” (QS ash-Shaaffaat : 36).

    Beliaupun menghadapi gangguan-gangguan berupa perkataan maupun perbuatan, yang mana hal ini telah diketahui oleh para ulama di dalam buku-buku Tarikh (Sejarah) dan kesudahan yang baik adalah bagi beliau.

    Jadi, setiap da’i pastilah akan menemui gangguan, namun ia haruslah dapat bersabar menghadapinya. Oleh karena itulah, Alloh Ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya Shallallahu ’alaihi was Salam :

    إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْءَانَ تَنزِيلاً

    ”Sesungguhnya kami Telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (QS al-Insaan : 23)

    Mungkin dikira Alloh akan berfirman (setelah ayat di atas) : ”maka bersyukurlah kamu atas nikmat Alloh yang menurunkan al-Qur`an ini secara berangsur-angsur”, padahal Alloh berfirman pada beliau :

    فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلاَ تُطِعْ مِنْهُمْ ءَاثِماً أَوْ كَفُوراً

    ”Maka Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.” (QS al-Insaan : 24)

    3.HIKMAH

    Seorang da’i haruslah menyeru kepada Alloh dengan hikmah. Dan alangkah pahitnya orang yang tidak memiliki hikmah. Dakwah ke jalan Alloh itu haruslah dengan : (1) hikmah, (2) mau’izhah hasanah (pelajaran yang baik), (3) berdebat dengan cara yang lebih baik kepada orang yang tidak zhalim, kemudian (4) berdebat dengan cara yang tidak lebih baik kepada orang yang zhalim. Jadi, tingkatan ini ada empat. Alloh Ta’ala berfirman :

    ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَـادِلْهُم بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

    ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS an-Nahl : 125)

    Dan firman-Nya :

    وَلاَ تُجَـادِلُواْ أَهْلَ الْكِتَـبِ إِلاَّ بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ إِلاَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنْهُمْ وَقُولُواْ ءَامَنَّا بِالَّذِى أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَـهُنَا وَإِلَـهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

    ”Dan janganlah kamu berdebat denganAhli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: Kami Telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami Hanya kepada-Nya berserah diri.” (QS al-Ankabuut : 49)

    Sesungguhnya hikmah itu adalah : menetapkan suatu perkara secara mantap dan tepat, dengan cara menempatkan suatu perkara pada tempatnya dan mendudukkan suatu perkara pada kedudukannya. Bukanlah termasuk hikmah apabila anda tergesa-gesa dan menginginkan manusia akan berubah keadaannya dari keadaan mereka sebelumnya menjadi seperti keadaan para sahabat hanya dalam sehari semalam.

    4. BERAKHLAK YANG MULIA
    Seorang da’i haruslah berperangai dengan akhlak yang mulia, dimana ilmunya tampak terefleksikan di dalam aqidah, ibadah, perilaku dan semua jalan hidupnya, sehingga ia dapat menjalankan peran sebagai seorang da’i di jalan Alloh. Adapun apabila ia dalam keadaan sebaliknya, maka sesungguhnya dakwahnya akan gagal, sekiranya sukses maka kesuksesannya sedikit.

    Wajib bagi da’i mengamalkan apa yang ia dakwahkan, baik berupa ibadah, mu’amalah, akhlak dan suluk (sifat/karakter), sehingga dakwahnya diterima dan ia tidak termasuk orang yang pertama kali dilemparkan ke dalam neraka.

    5. MENGHILANGKAN PENGHALANG ANTARA DIRINYA DENGAN ORANG ORANG YANG DIBERI DAKWAH

    Seorang da’i haruslah menghancurkan penghalang antara dirinya dengan manusia. Hal ini disebabkan karena banyak saudara-saudara kita para du’at, apabila melihat suatu kaum melakukan kemungkaran, mereka terlalu ghirah (cemburu/semangat) dan benci terhadap kemungkaran tersebut sehingga mereka tidak mau pergi menemui kaum tersebut dan menasehati mereka. Hal ini adalah suatu kesalahan dan bukanlah termasuk hikmah sama sekali. Bahkan yang termasuk hikmah apabila anda pergi mendakwahi mereka, menyampaikan motivasi dan peringatan, dan janganlah anda sekali-kali mengatakan bahwa mereka adalah orang fasik dan tidak mungkin aku akan berjalan dengan mereka.

    6.LAPANG DADA JIKA ADA PERSELISIHAN

    Seorang da’i haruslah berlapang dada terhadap orang yang menyelisihinya, apalagi jika diketahui bahwa orang yang menyelisihinya itu memiliki niat yang baik dan ia tidaklah menyelisihinya melainkan dikarenakan ia belum pernah mendapatkan dirinya ditegakkan hujjah kepadanya. Selayaknya seseorang bersikap fleksibel di dalam masalah ini, dan janganlah ia menjadikan perselisihan semisal ini berdampak pada permusuhan dan kebencian. Allohumma, kecuali seorang yang menyelisihi karena menentang, padahal telah diterangkan padanya kebenaran dan ia tetap bersikeras di atas kebatilannya. Apabila demikian keadaannya, maka wajib mensikapinya dengan sesuatu yang layak baginya berupa menjauhkan dan memperingatkan ummat dari dirinya. Karena permusuhannya telah jelas dan telah diterangkan padanya kebenaran namun ia tidak mau mengapresiasikannya.

    Ada permasalahan furu’iyyah yang diperselisihkan manusia, dan hal ini pada hakikatnya termasuk sesuatu yang Alloh memberikan kelapangan kepada hamba-hamba-Nya adanya perselisihan di dalamnya. Yang saya maksud adalah permasalahan yang bukan termasuk ushul (pokok) yang dapat mengantarkan kepada pengkafiran bagi yang menyelisihinya. Maka masalah ini termasuk perkara yang Alloh memberikan keluasan di dalamnya bagi hamba-hamba-Nya dan adanya kesalahan di dalamnya dimaafkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :

    إذا حكم الحاكم فاجتهد فأصاب فله أجران وإن أخطأ فله أجر واحد

    “Apabila seorang hakim berijtihad lalu ia benar maka ia mendapatkan dua pahala, namun apabila ia tersalah maka mendapatkan satu pahala.”

    Seorang mujtahid, ia tidak akan keluar dari cakupan pahala selamanya, bisa jadi ia mendapatkan dua pahala apabila ia benar dan bisa jadi satu pahala apabila ia tersalah.

    Apabila anda tidak menginginkan ada orang selain anda yang menyelisihi anda, demikian pula dengan orang lain, ia juga tidak menginginkan ada orang lainnya yang menyelisihinya. Sebagaimana pula anda menghendaki supaya manusia mau menerima pendapat anda maka orang yang menyelisihi anda pun juga ingin supaya pendapat mereka diterima.

    Maka, tempat kembali ketika terjadi perbedaan pendapat, telah Alloh Azza wa Jalla terangkan di dalam firman-Nya :

    وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِن شَىْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبِّى عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

    “Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah. (yang mempunyai sifat-sifat demikian) Itulah Allah Tuhanku. kepada-Nya lah Aku bertawakkal dan kepada-Nyalah Aku kembali.” (QS asy-Syuuro : 10)

    Dan firman-Nya Azza wa Jalla :

    يَـأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ أَطِيعُواْ اللَّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِى الاَْمْرِ مِنْكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الاَْخِرِ ذلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

    ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS an-Nisaa` : 59)

    Wallohu A’lam Bishowab, Maroji’ Kitab Alfirqotun Najiyah Syeikh Jamil ZaenuRahimahulloh , Kitab Zad’ud Dai’iyah Syeikh Utsaimin Rahimahulloh

  53. nanank said

    assalamialikum., mau tnya,, bgmana kalau doa sesudah shalat dipimpin olh imam shlat, apakh pernah di contohkan oleh Rasulullah, tlng pnjelasnnya ttg hal ini

    dan satu lagi,, bgmana hukumx kalo misalnya ada sseorang yg sakit kmdian dia berobat kpd seorg kiyai kmdian meminum air yg telah d.bacakan doa2 oleh kiyai trsebut., apkh Rasulullah melarang hal ini,. mohon pnjelaanya.,

    Syukron,.

    Waaalikumussalam Warohmatulloh,
    1.Didalam Kitab Tawdihul Ahkam (1/776-777) Syaikh Ali Basam , Beliau menukil perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- mengatakan : “Dianjurkan bagi setiap hamba sesudah shalat dan setelah membaca dzikir semacam istigfar, tahlil, tasbih, tahmid dan takbir, lalu dia bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan dia boleh berdo’a sesuai yang dia inginkan. Karena berdo’a sesudah melakukan aktivitas ibadah semacam ini adalah waktu yang tepat untuk terkabulnya do’a, apalagi sesudah berdzikir kepada-Nya dan menyanjung-Nya, juga setelah bershalawat kepada Nabi-Nya. Ini adalah sebab yang sangat ampuh untuk tercapainya manfaat dan tertolaknya mudhorot (bahaya).”

    Akan tetapi tidak dibenarkan dan tidak pernah dicontohkan berdoa dengan cara jama’i (berjamaah dipimpin seorang imam) dan tidak pula mengangkat tangan sebagaimana Rosul tidak melakukan yang demikian.

    Adapun yang lebih utama adalah berdoa diahkir sholat sebelum salam dan diwaktu sujud, Sebagaimana Rosul Berabda :

    أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ‏‎ ‎فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ‏‎ ‎اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ‏‎ ‎وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

    “Aku wasiatkan padamu wahai Mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan untuk berdo’a setiap dubur shalat (akhir shalat) : Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu).” (HR. Abu Daud no. 1522. hadits ini shohih)

    ثُمَّ لْيَتَخَيَّرْ بَعْدُ مِنَ‏‎ ‎الْمَسْأَلَةِ مَا شَاءَ

    “Kemudian terserah dia memilih setelah itu (setelah tasyahud) do’a yang dia kehendaki “(HR. Muslim no. 402, An Nasa’i no. 1298, Abu Daud no. 968, Ad Darimi no. 1340)

    Sedang makna Dubur Sholat ada dua, pertama Setelah tasyahud atau sebelum salam dianjurkan berdoa (ini pendapat jumhur ulama). dan makna yang kedua Setelah shalat, sesudah salam dianjurkan untuk berdzikir sebagaimana dzikir-dzikir yang diajarkan rosul, antum bisa melihat artikel Dzikir seteah sholat. Adapun pada sholat sunnah maka ini dengan doa doa yang disukai dan dianjurkan doa doa yang diajarkan rosul dan berbahasa arob.Kalau tidak bisa bisa menggunakan bahasa lain dengan menjaga adab berdoa.

    2.Hendaklah setiap diri memahami tidaklah Alloh menurunkan penyakit melainkan menurunkan pula obatnya, akan tetapi semua diserahkan kepada ahlinya, Kalau dia yang berhubungan dengan penyakit penyakit medis yang bersifat ilmiah bisa dideteksi gejala gejalanya maka hendaknya dia mendatangi Thobib atau dokter,Sebagaimana Rosul bersabda :
    إنَّ اللهَ عَزَّ وجَلَّ لم يُنْزِلْ داءً إلا أنزَلَ لَهُ شِفاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ، وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ”.

    ”Tidaklah Alloh menurunkan penyakit melainkan Dia menurunkan obatnya. Sebagian orang mengetahui obatnya, dan sebagian lagi tidak mengetahuinya.” (HR. Ahmad 1/377, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shohihul Jami’ 1809).

    Adapun jika ditemui keganjilan pada dirinya maka boleh diruqyah dan sebaik baik ruqyah adalah merukyah diri sendiri, akan tetapi jika terpaksa dan tidak mempunyai kemampuan maka bisa dibantu oleh orang orang yang shalih yang punya komitment dan keistiqomahan dalam aqidah ibadah dan akhlaknya, karena gangguan jin memang betul ada. Oleh karena itulah yang sakit dianjurkan membaca surat al-Falaq dan an-Nas karena surat ini mengandung permohonan perlindungan kepada Alloh dari gangguan setan manusia dan setan jin.

    Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat di rumahnya ada budak perempuan yang wajahnya pucat, muram dan hitam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Ruqyahlah (bacakan ayat al-Qur’an) dia, karena dia terkena gangguan makhluk halus.” (HR. Al-Bukhori 7/171).

    Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Penyakit al-ain karena dilihat oleh orang yang dengki itu benar adanya. Seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir, tentu penyakit ain-lah yang mendahuluinya. Apabila kamu diminta memandikan, maka mandikanlah dia.” (HR. Muslim 7/13).

    Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Hendaknya orang yang terkena penyakit ain (gangguan jin) berwudhu dan mandi.” (HR. Abu Dawud, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah ash-Shohihah 6/61).

    Adapun apa yang antum tanyakan , dengan datang kepada kyai fulan kemudian diberikan minuman yang dibacakan doa doa tertentu ini memerlukan perincian, Doa apa yang dibaca? Bagaimana keadaan aqidah kyai ini apakah dia senang kepada mujarobat ataukan sebaliknya dia komitment memberantas kemusyrikan, kebid’ahan, dan tahayul? Bagaimana ibadahnya kepada Alloh apakah sesuai yang dicontohkan rosul atau mengaku mengetahui yang ghoib sehingga tidak perlu sholat jamaah bersama atau mungkin dia mengaku sholat dimekah tiap jum’at? Bagaimana muamalahnya kepada manusia apakah sesuai ahklak dan adab yang diajarkan rosul didalam berloyal dan berlepas diri dari manusia, misal apakah teman temanya para kumpulan dukun, kumpulan pelaku kemaksiatan, atau pelaku kebid’ahan?

    Kalau yang dibacakan adalah doa yang diajarkan rosul surat al-Fatihah, Ayat Kursi, dua ayat yang terakhir dari surat al-baqoroh, surat al-A’rof 117-122, Yunus 80-82, Thoha 65-69, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas.ta’awwudz. Atau membaca surat lainnya karena semua ayat al-Qur’an adalah syifa’/obat. didekatkan dengan bejana yang berisi air,air dan garam, Air Zam Zam atau air bidara didalam gelas maka boleh diminum atau dibasuhkan atau dibuat mandi,

    Sebagaimana Rosul Dalam hadits ‘Aisyah Rodhialllohuanha yang diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 1017, hadits ini dikuatkan dengan hadits-hadits pendukung, bahwa Rasulullah mengunjungi Tsabit bin Qais yang sedang sakit maka beliau berdoa,

    اكْشِفِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ
    “Hilangkanlah penyakitnya wahai Rabb sekalian manusia.”

    Kemudian beliau mengambil tanah dari Bathhan (suatu lembah di Madinah), beliau meletakkannya pada suatu wadah kemudian beliau meniup padanya kemudian mengusapkannya padanya (Tsabit).

    Didalam Hadits Ali Rodhiallohuanhu yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrany no. 5890 sanadnya shahih,

    Seekor kalajengking menyengat Nabi Sholollohualaihi Wassalam saat beliau shalat, ketika selesai shalat beliau bersabda,

    لَعَنَ اللَّهُ الْعَقْرَبَ ، لاَ تَدَعُ مُصَلِّيًا ، وَلاَ غَيْرَهُ
    “Semoga Allah melaknat kalajengking, dia tidak meninggalkan orang yang shalat atau selainnya, kemudian beliau meminta garam dan air, lalu beliau mengusap di atasnya dan membacakan ruqyah…”

    Maka meruqyah yang seperti ini tidak harus datang kepada seorang kyai untuk menutup pintu pengkultusan kepada sang kyai, ini bisa dilakukan oleh semua kaum muslimin yang shoheh aqidah dan ibadahnya.
    Dan merupakan keutamaan bagi mereka yang tidak meminta ruqyah kepada orang lain yang semoga termasuk orang orang yang masuk syurga tanpa hisab,Wallohu A’lam Bishowab.

  54. nanank said

    Subhanallah., Jazakallahu khaeran akhi,. jwbanx sangat bermanfaat dan menambah wawasan keislaman ana., Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua untuk tetap istiqomah di jalan-Nya., Aamiin

    Waiyyakum Ahki Nanank semoga keberkahan hidup besrta antum dan keluarga.Amin Yarobal Alamin

  55. nanank said

    Bismillahirrahmanirahiim.,,. akhi ,, ana mau betanya lg,.
    bagaimana metode berdakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah ,, krna skrg ini bnyk metode yg kelihatannya bertntangan dgn cara Rasulullah,,

    apakah cr yg hrus d,ikuti sperti cara jama’ah tabligh yaitu dng metode khuruj, atw wahdah islamiyah dg metode tarbiyah,, dan lain sbgainya,,

    Mohon penjelasnnya Akhi., Syukron katsiran,.

    Bismillah, Dakwah sebagaimana yang dijalankan Jamaah Tablig dengan keluar(khuruj) beberapa hari dan hitungan hitunganya ini tidak pernah dicontohkan dari pendahulu yang sholeh, Kalaupun dahulu ada itupun yang diutus Rosul kenegeri negeri tertentu adalah para sahabat yang sudah mumpuni ilmunya dan tidak ditentukan berapa harinya, karena berdakwah itu tidak mungkin berhasil dalam hitungan hari, Disini ada penjelasan Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc Tentang jamaah tablig http://darussalaf.or.id/stories.php?id=301, Untuk Wahdah Islamiyah antum bisa melihat keterangan saudara kami Al Ustadz Sofyan Khalid disini http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1616

    Masalah Metode dakwah Rosul Dijelaskan Guru Kami , Al Ustadz Afifudin As Sidawiy Ma’had Albayinah Gresik (Yang dimuat dalam majalah asyariayah. Silahkan Kunjugi dan berlangganan majalah ini , http://asysyariah.com/)
    Beliau menjelaskan Di antara wasilah dakwah Nabawiyyah adalah Dengan Cara:

    1. Khutbah-khutbah
    Khutbah ini meliputi khutbah Jumat maupun khutbah ‘Ied. Dengan wasilah ini sang da’i bisa memberikan pengarahan kepada umatnya, baik dalam masalah akidah, tauhid, ibadah, akhlak, maupun muamalah yang dibutuhkan umat. Dia juga bisa meluruskan beragam paham dan aliran yang menyimpang dan membahayakan umat.

    2. Halaqah-halaqah ilmu

    Ini adalah wasilah yang senantiasa digunakan oleh para ulama dahulu maupun sekarang. Dengan cara ini sang da’i bisa mengkaji secara mendalam berbagai bidang ilmu syar’i. Dia bisa memberi kajian tafsir, hadits, akidah, tauhid, manhaj, fikih, akhlak dan yang lainnya. Dengan cara ini para mad’u (orang yang didakwahi) bisa mendalami secara mendalam pula kajian-kajian di atas.

    Dalam halaqah ilmu akan muncul tanya jawab dan diskusi ilmiah, yang dengan itu orang-orang yang hadir dapat menambah wacana dan wawasan keilmuan yang syar’i.

    3. Fatwa-fatwa ulama

    Dengan wasilah ini, segenap kaum muslimin dapat menyampaikan segala macam problem yang mereka hadapi, baik yang berkaitan dengan masalah agama maupun masalah dunia. Dengan wasilah ini para ulama dan para da’i dapat membimbing dan meluruskan umat di atas syariat Islam yang murni.

    Dengan cara ini pula akan terjadi interaksi antara ulama dengan umatnya, yang dengan itu akan semakin erat hubungan antara keduanya. Dan inilah salah satu kunci kesuksesan membentuk generasi Islam Rabbani.

    4. Jihad fi Sabililah

    Dengan syarat dan ketentuan yang sesuai dengan syariat, jihad adalah cara efektif untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Hal ini sangat nampak pada sejarah Islam masa lalu yang mencapai zaman keemasan. Islam tersebar ke Timur dan Barat dunia melalui amalan besar ini, jihad fi sabilillah.

    Masih banyak lagi cara-cara syar’i Rabbani untuk penyebaran Islam melalui dakwah ilallah. Setiap orang yang mengkaji, menelaah dan memperhatikan Al-Qur’an, sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sejarah salafus shalih akan mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Dan dia akan yakin bahwa cara-cara syar’i sangat mencukupi kebutuhan dakwah Islamiyyah Salafiyyah sepanjang masa dan tempat. Wallahul muwaffiq.

    Apakah Wasilah-wasilah Modern Masa Kini Terlarang?

    Prinsip bahwa wasilah dakwah adalah tauqifiyyah tidak berarti menghalangi para da’i ilallah untuk menggunakan alat-alat modern atau cara-cara masa kini yang terus ada dan berkembang. Hanya saja hal tersebut harus ditimbang dari sudut syar’i. Kalau tidak ada pelanggaran syariat maka tidak mengapa dan masuk dalam kaidah besar para ahli fiqih yang berbunyi:

    “Wasilah itu mempunyai hukum sama dengan tujuan.”

    Namun bila di dalamnya terdapat mudharat atau pelanggaran syariat, maka tidak boleh digunakan dan dakwah Islamiyyah Salafiyyah tidak kenal bahkan mengecam kaidah Yahudiyyah dan Ikhwaniyyah:

    “Tujuan menghalalkan segala cara.”

    Bila pada wasilah tadi terdapat dua fungsi, yang satu untuk perkara syar’i dan yang satunya untuk perkara haram, maka sang da’i dapat menggunakannya untuk kepentingan yang syar’i saja.

    Di antara sarana masa kini yang dapat digunakan untuk penyebaran dakwah Salafiyyah Nabawiyyah adalah:

    1. Majalah, buletin, selebaran, radio, dan penerbitan kitab.

    Fadhilatusy Syaikh Rabh bin Hadi Madkhali hafizhahullah wa syafaahu di dalam sambutannya untuk penerbitan majalah “Manabirul Huda” Al-Jazair menjelaskan:

    “… Sesungguhnya sebab yang paling besar dan kuat untuk merealisasikan tujuan-tujuan (yang mulia) tersebut adalah dengan menggunakan wasilah-wasilah yang disyariatkan dan mengarahkannya untuk memahamkan umat, khususnya para pemuda, seperti kitab, kaset, selebaran, majalah, dan radio, sehingga pemahaman yang lurus ini sampai kepada setiap individu umat dan kepada setiap keluarga.

    Dengan syarat, orang-orang yang menanganinya adalah ahli yang bermanfaat, yang bertakwa, dan ikhlas karena Allah Rabbul ‘alamiin…”

    Perlu juga ditambahkan pada penerbitan majalah:

    1. Tidak menerima iklan yang murni untuk bisnis, seperti iklan madu, minyak gosok, minyak wangi, warung sate, dan yang semisalnya.
    2. Tidak boleh memuat gambar-gambar yang menunjukkan sisi duniawi yang glamour, seperti gambar-gambar gedung pencakar langit yang menggambarkan kemegahan sebuah kota metropolitan, apalagi gambar makhluk bernyawa yang jelas keharamannya.
    3. Bukan untuk tujuan komersial murni. Kalau tujuan utama adalah dakwah ilallah, namun ada sisi keuntungan duniawi dari hasil penjualannya maka tidaklah mengapa.
    4. Pengurusnya harus laki-laki. Adapun para wanita maka dapat dialokasikan ke bagian khusus kewanitaan dengan syarat tetap di bawah kepengurusan laki-laki.

    Demikian ringkasan penjelasan Syaikhuna Abdurrahman Al-’Adani hafizhahullah wa syafaahu (semoga Allah menjaga dan menyembuhkan beliau), ketika penulis bertanya langsung kepada beliau di Masjid Mazra’ah, Dammaj, Yaman, semasa penulis masih belajar di Darul Hadits. Wallahul muwaffiq.

    2. Pembentukkan Ma’had (Pondok Pesantren)

    Wasilah ini sesungguhnya sudah ada di zaman ulama dahulu. Bahkan sebagian ulama ada yang secara khusus menulis buku bertema “sejarah madrasah”.

    Demikian pula para ulama di masa sekarang, baik dengan sistem mulazamah -dan ini yang banyak manfaatnya- ataupun dengan sistem klasifikasi per kelas dengan target dan waktu tertentu. Target dan waktu ini bukanlah untuk membatasi waktu menuntut ilmu, namun sebagai persiapan untuk masuk ke jenjang berikutnya secara bertahap. Seperti yang dilakukan para ulama besar di zamannya ketika mendirikan Jami’ah Islamiyyah Madinah.

    Wasilah ini termasuk yang dibolehkan oleh Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi dalam sambutan beliau untuk majalah Al-Jazair.

    Penulis pernah bertanya kepada Asy-Syaikh Abdurrahman Al-’Adani tentang dirasah (pengajaran) di madrasah dengan sistem klasikal (dibuat per kelas). Beliau menjawab: “Tidak ada larangan dalam hal ini, sebab para ulama dahulu pernah melakukannya. Dan dirasah di masjid-masjid afdhal (lebih utama).” Demikian khulashah (ringkasan) jawaban beliau. Jazahullah khairan.

    Masih bamyak lagi contoh-contoh wasilah dakwah masa kini yang mungkin dapat digunakan. Yang penting adalah tidak ada unsur pelanggaran syariat di dalamnya.

    Akhirul kalam, semoga tulisan ini menjadi pencerahan wawasan terhadap dakwah Islamiyyah Salafiyyah dan mudah-mudahan dapat diambil manfaatnya oleh penulis sendiri dan segenap kaum muslimin. Wallahu a’lam bish-shawab

  56. Jazien Joesoep Mohammed said

    ayo ahlusunnah tetaplah berjuang untuk umatmu… jangan sampai mereka salah langkah,.,

    Amin Ya Robal Alamin.

  57. subbhanallah..

    Walhamdulilah.

  58. nanank said

    Assalamualaikum.. jazakallahu khaeran atas jawabannya yg bermanfaat akhi..

    akhi masi banyak yang ingin saya tnyakn ,. smoga akhi bekenan mnjwab, karena ilmu saya masih sngt kurang,., dan semoga akhi bersdia dgn ikhlas,.
    akhi.,. Bnyk skali trlihat kemungkaran2 yg trjd d.muka bumi ini, dan mrupakn kwjban qt u/ mnegakkan amar ma’ruf nahu munkar..
    Sy ingn brtnya bgmana kalw ada org non muslim ,atw kafir yg mnghina agma Islam mnghina Rasullullah.. mngolok2,.pada intix mncaci maki.
    Sikap Apakh yg hrus qt ambl sbg seorg muslim yg baik,,
    Krna sy melihat dlm sebuah situs jejaring sosial ad klmpok org2 yg mnghina2 islam trutama Rasulullah SAW.. Dan tdklah qt hx brdiam diri sj dan mmbiarkn hal it terus mnerus trjadi..
    Mhon tanggapanx akhi..
    Syukron..akhi

  59. iwan said

    apakah muhammadiyah ahlussunnah wal jama’ah…????

    Bismillah “Sepengetahuan kami tidak komitment diatas sunnah ” antum bisa perhatikan cara mereka berpakaian, cara mereka mendidik murid-murid sekolahanya banyak tabaruj ihktilat, membuat partai, membanggakan kelompok dan fanatik kelompok dalam beberapa masalah.

    Siapapun boleh mengaku ahlu sunnah tapi pengakuan tidak mencerminkan hakikatnya , sebagaimana syair :
    كُلٌّ يَدَّعِي وَصَلاً بِلَيْلَى … وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا

    Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila… Namun Laila menolak pengakuan mereka itu…

    Wallohu A’lam Bishowab

  60. Mati Untuk Alloh said

    apakah ahlussunnah harus menemakan kelompoknya sebagai SALAFI lalu yg bukan kelompoknya tdk SALAFI….??

    Bismillah,
    Perhatikan sabda rosul sholollohualaihi Wassalam dalam Shahih Bukariy :

    Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam ditimpa penyakit yang menyebabkan kematiannya, beliau berkata kepada Fathimah radliyallahu `anha:

    “Bertakwalah kepada Allah (wahai Fathimah) dan bersabarlah. Dan aku adalah sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu.”

    Tafadzol Perhatikan Keterangan para Ulama’Berikut ini semoga hidayah untuk kita.

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan.:
    “Tidak tercela orang yang menunjukkan madzhab salaf, menisbatkan dan menyandarkan diri kepadanya, bahkan wajib menerima hal itu darinya, karena madzhab salaf tidak lain adalah kebenaran” [Al-Fatawa 4/149]

    Imam As-Sam’ani berkata dalam Al-Ansaab 3/273 : As-Salafi –dengan huruf sin dan lam yang berharakat fathah dan huruf akhirnya fa’- merupakan penisbatan kepada salaf dan menempuh madzhab mereka menurut apa yang telah engkau dengar dari mereka”.

    Ibnu Asir mengomentari setelah ucapan As-Sam’ani tersebut dengan mengatakan. “Dan dengannya jama’ah dapat dikenal”.

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan gelar salafiyah pada sebagian tulisannya kepada mereka yang berpendapat seperti pendapat salaf dalam masalah fauqiyah (keyakinan Allah berada di atas) [1]

    Imam Adz-Dzahabi rahimahullahu berkata dalam As-Siyar 12/380. “Maka yang dibutuhkan oleh seorang hafizh hendaknya dia bertakwa, cerdas… dan seorang salafi”.

    Beliau mengungkapkan dalam As-Siyar 16/457 tentang Ad-Daruquthni rahimahullahu. “Orang ini tidak pernah sama sekali masuk ke dalam ilmu kalam, tidak pula ilmu jidal, tidak pula mendalaminya bahkan dia adalah seorang salafi”.

    Penulis berkata : Dan pada zaman sekarang ini penisbatan dan gelaran ini digunakan juga oleh para ulama yang mulia yang dikenal dengan komitmen dan pembelaannya terhadap sunnah seperti Syaikh Abdurrahman Al-Muallimi rahimahullahu (wafat 1386H) dalam kitabnya Al-Qa’id il Tashhihil Aqa’id dan Syaikh Imam Al-Alim Al-Qudwah Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu dalam risalahnya berjudul Tanbihat Haamah ‘ala Maa Katabahu Muhammad Ali Ash-Shabuni fi Shifatillahi Azza wa Jalla”.

    Syaikh bin Baz rahimahullahu pernah ditanya : Apa pendapat engkau tentang orang yang menamakan dengan salafi atau atsari, apakah itu merupakan tazkiyah (pujian terhadap diri sendiri)?

    Beliau menjawab : Jika benar orang tersebut sebagai pengikut atsar dan pengikut salaf maka tidak mengapa. Sama halnya para ulama salaf mengatakan: fulan salafi atau fulan atsari adalah sebagai tazkiyah di sini adalah wajib.[2]

    Kemudian Syaikh Al-Alim Al-Allamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu dalam Mukhtashar Al-Uluw dan muqaddimah bagi Syarh AlAqidah Ath-Thawaiyah serta kitabnya At-Tawassul.

    Juga Syaikh Al-Allamah Shalih Fauzan Al-Fauzan sebagaimana dalam kitab Ajwibah Al-Mufidah (hal: 103) beliau ditanya apa itu Salafiyah? Apakah wajib menempuh manhajnya dan berpegang dengannya?

    Beliau menjawab : “As-Salafiyah adalah menempuh manhaj salaf dari kalangan sahabat, tabi’in dan generasi yang utama dalam sisi aqidah, pemahaman dan akhlaq, dan wajib bagi setiap muslim untuk menempuh manhaj ini”.

  61. nanank said

    Assalamualaikum.,
    untuk antum yang brtanya tntang salafi., ini sedikitnya yang ana bisa perkenalkan tentang pertanyaan antum.,
    silahkan antum simak.,

    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya, “Sebaik-baik manusia adalah di jamanku, kemudian sesudah mereka, kemudian sesudahnya lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sehingga istilah salafush shalih itu mencakup sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in.

    Syaikh at-Tamimi mengatakan, “Dan setiap orang yang meniti jalan mereka dan berjalan di atas metode/manhaj mereka maka dia disebut salafi, sebagai penisbatan kepada mereka.” (Mu’taqad, hal. 54).

    salafiyah adalah manhaj yang ditempuh oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta generasi yang diutamakan sesudah beliau. Nabi telah memberitakan bahwa manhaj salaf ini akan tetap ada hingga datangnya hari kiamat. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Akan senantiasa ada segolongan manusia di antara umatku yang selalu menang di atas kebenaran. Tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka sampai datang ketetapan Allah sementara mereka tetap dalam keadaan menang.” (HR. Muslim)

    Kemudian, Syaikh at-Tamimi juga menegaskan [halaman 55] bahwa perkara yang dibenarkan apabila seorang menyandarkan diri kepada manhaj salaf ini selama dia konsisten menetapi syarat-syarat dan kaidah-kaidahnya. Maka siapa pun yang menjaga keselamatan aqidah dan amalnya sehingga sesuai dengan pemahaman tiga generasi yang utama tersebut, maka dia adalah orang yang bermanhaj salaf.

    Di tempat yang lain [halaman 63] beliau mengatakan, “Terkadang para ulama menggunakan istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai pengganti istilah salaf.”

    Dari pemaparan ringkas di atas maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa istilah salaf atau salafi sebenarnya adalah istilah yang sudah sangat terkenal dalam pembicaraan para ulama. Mereka itu tidak lain adalah para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Maka sungguh sebuah penipuan yang amat jelas apabila ada orang yang mengatakan bahwa istilah salafi adalah istilah yang diada-adakan, tidak ada sumbernya dalam al-Kitab maupun as-Sunnah, apalagi sampai mengatakan bahwa istilah itu tidak perlu dihiraukan.

    ucapan seorang tokoh pergerakan yang patut untuk kita cermati, “Salafiyah bukanlah istilah teknik untuk suatu jamaah, melainkan bentuk pemahaman terhadap Islam dalam menghadapi berbagai faham lain dari berbagai kelompok yang menyimpang. Pemahaman ini ada sejak awal sejarah Islam. Pada dasarnya seluruh du’at harus menjalani manhaj salaf ridhwanullahi ‘alaihim, bergerak dengannya baik secara pemahaman, amalan, maupun aqidah. Salafiyah bukan sebuah jama’ah dari jama’ah-jama’ah, dan bukan merupakan satu hizb dari berbagai hizb yang ada.” (Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Jawaban, Tuduhan, dan Harapan, penerjemah Hawari Aulia, di bawah judul ‘Tuduhan dan Jawabannya’). Alangkah benar apa yang diucapkannya, maka marilah kita ikuti para ulama salaf, tidak hanya dalam hal aqidah namun juga dalam hal dakwah dan siyasah, sadarlah wahai saudaraku…

    Aduhai, alangkah banyak gaya-gaya hizbiyah yang ditampilkan oleh manusia pada masa sekarang ini demi menjauhkan umat dari para ulama dan pemahaman mereka! Maka berhati-hatilah wahai saudaraku dari tipu daya mereka… Janganlah tertipu oleh silat lidah mereka yang lincah, tutur kata yang manis namun di dalamnya ternyata berbisa… Ikutilah para ulama Sunnah dan para penimba ilmu yang mengikuti jalan mereka! Semoga Allah menjadikan kita salafi yang sejati. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.

    jadi BILA ADA YANG MENGANGGAP SALAFI ADALAH SEBUAH KELOM,ORGANISASI,ATAU SUATU JAMAAH TERTENTU YANG BARU MAKA MEREKA SALAH. KENAPA SETIAP ORGANISASI MASYARAKAT SERING MENEGAKKAN LAMBANG,NAMA,DAN BENDERA MEREKA MASING-MASING BILA SEDANG BERDAKWAH?! PADAHAL PARA SALAFIYYUN HINGGA KINI TAK ADA TUH SEKRETARIAT BERSAMANYA..

    syukron.,

    Jazakallohu Khoir Ahki.

  62. Anonim said

    assalamuallaikum y ustad,,,,

    Apakah ada penjelasan tentang perkataan Rasulullah S.A.W dalam Al-Qur’an yang mengatakan bahwa umat Q (islam) akan terbagi menjadi 73 golongan dan yang 72 masuk neraka dan 1 masuk surga, yaitu ahlus sunnah wal jamaah atau apakah cman dalam hadist saja…mohonn penjelasannya ustad


    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Secara tidak langsung menyebutkan jumlah disebutkan dalam ayat berikut :
    وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّۢ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةًۭ وَمِنْهَاجًۭا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًۭا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
    “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu” Almaidah ayat 49

    Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.لِكُلٍّۢ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةًۭ وَمِنْهَاجًۭا
    Ini adalah syariat yang dibawa rosululloh dan inilah jalanya ahlu sunnah wal jamaah sebagaimana hadits yang telah diterangkan oleh rosul pada pembahsan siapakah ahlu sunnah.Maka kita menamakan Ahlu sunnah wal jamaah sebagaimana Manhaj (jalan yang terang yang ditempuh) oleh salafu shalih Yaitu Rosul dan Para sahabatnya dan orang -orang yang mengikuti mereka dengan baik.

    Contoh dalam ayat lain yaitu dalam surat Yunus ayat 19 :
    وَمَا كَانَ ٱلنَّاسُ إِلَّآ أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ فَٱخْتَلَفُوا۟ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌۭ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ لَقُضِىَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
    Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.

    Wallohu A’lam Bishowab.

  63. jangn lah kalian saling perang memperangi,sesungu nya membunuh it adlh dosa yg sulit untk di hupus kan,jika bicara mu membawa mampaat,mk bicara lh,dan jk diam mu lebih berguna,maka bungkam kn lh lisan mu,dn kunci lah lisan mu dngn tahlil,dn tahmid ,

  64. Abu abdillah Abdul Gafur Al Marosi Al Makassari said

    Bismillah,
    Kenalilah al haq dan para pembawanya,
    Kebenaran tidak dikenal dari seorang tokoh, tetapi seorang tokoh itu dikenal dengan kebenarannya.
    Jika seseorang menyelisihi prinsif dakwah salaf, menyelisihi Kitabullah dan Sunnah,
    maka apapun yang dibawanya, sebaik apapun yang diucapkannya, maka tinggalkanlah, karna tidak dianggap perkataan orang yang menyelisi dalil dan nash yang shohih,…

    dan dizaman ini banyaknya mengaku ahlussunnah, tapi entah darimana mereka mengambil bahwa da’wah dengan YAYASAN, atau YAYASAN sebagai wasilah agar da’wa mereka tidak ilegal atau penguasa tidak curiga padanya, maka datangkanlah salafmu wahai saudaraku kalau engkau benar dengan amalanmu, apakah da’wah di zaman ini lebih rumit/susah dibandingkan dizamannya Imam Ahmad rahimahullah..?
    Ya akhi Fillah, renungkanlah ini dan lihatlah amalan kita, apakah amalan kita sesuai dengan salafussholeh…?, Allohu yubaarik fiik.


    Oleh Abu Amin Cepu :
    Bismillah, Melontar perkataan memang mudah, tapi tidak semudah mempertanggung jawabkanya, coba antum paparkan kepada ana dimana dalam Alqur’an maupun sunnah yang melarang pembuatan Yayasan dan Paparkan kepada ana pula dimana dari Kitabulloh maupun Sunnah yang menganjurkan bolehnya Yayasan? Jika antum jeli dan teliti mencari perincian, tentu antum akan faham hakikat yayasan? Dan tidak tertipu dengan musuh yang bersemayam dihati dari perselisihan masalah Yayasan ini.

    Kalau ana bilang kepada antum :Bahwa Syeikh Mugbil rahimahulloh tidak mengharamkan yayasan secara mutlak, ana takut antum akan bilang Syeikh Mugbil Rahimahulloh atau Syeikh Albaniy Rahimahulloh bukan Ahlu Sunnah,Atau jika ana memyebut syeikh utsaimin memiliki yayasan ana takut antum menuduh orang tua kita ini sebagai hizbiyah, Atau Ulama kibar saat ini semisal Syeikh Fauzan atau Syeikh Abdul Muhsin Al Abbad, Atau Syeikh Robi’ Al Madkhaliy ana takut antum juga bilang bukan ahlu sunnah, Wahai ahki berkata itu memang mudah tapi kalau ada yang lain merincinya terkadang seseorang bisa malu dengan perkataanya sendiri. Hendaklah saudaraku pemberi komentar ini merenung pula bahwa ulama itu banyak, maka hendaklah mendudukan mereka pada tempatnya dan mendudukan mereka pada tempatnya terasa berat bagi mereka yang (terlalu 2X) terperdaya dari salah satunya.

    Wahai Saudaraku ” TERKADANG PANDANGAN BENCI MENUTUP SEGALA SIMPATI DAN TERKADANG PANDANGAN CINTA MENUTUP SEGALA CELA, MAKA SIAPA YANG BISA MENEMPATKAN PANDANGAN INI PADA TEMPATNYA DIALAH BAGIAN DARI UMAT YANG PERTENGAHAN ITU ” Wallohu A’lam Bi Showab

    Wafikum Barokallohu.

    Note : Yang ana maksudkan yayasan disini adalah yang murni didirikan untuk dakwah ilalloh bukan yayasan yang dikendalikan pemimpinya atau mempunyai atauran-aturan yang menyimpang dari Alqur’an dan sunnah diatas pemahaman salafu shalih ”

    Untuk lebih jelasnya perhatikan fatwa berikut ini :

    FATWA SYAIKH ABDUL AZIZ BIN BAAZ RAHIMAHULLAH
    Beliau ditanya dengan pertanyaan sebagai berikut:
    س : فنحن مجموعة من الدعاة وطلبة العلم الشرعي بالسودان بحمد الله من الله تعالى علينا بعقيدة ومنهج السلف الصالح في توحيد العبادة والأسماء والصفات وغير ذلك ، وهدفنا هو طلب العلم الشرعي ونشره بين الناس والدعوة إلى الله تعالى على طريقة السلف في مراكز مختلفة في أنحاء البلاد ، وتعليم الناس أمور دينهم في التوحيد وأركان الإسلام وغير ذلك ، ومحاربة الشرك والبدع ، والدعوة إلى التمسك بالكتاب والسنة على فهم السلف الصالح ، وغرس الفضيلة ومحاربة الرذيلة ، وتربية الناس على مكارم الأخلاق والنأي بهم عن أراذلها .
    ونتعاون مع كافة من يعمل في حقل الدعوة إلى الله تعالى فيما وافق فيه الحق والصواب ، تعاونا شرعيا ؛ لقوله تعالى : وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى الآية ، بعيدا عن التكتلات الحزبية والتعصب للرجال أو التنظيمات وعقد الولاء والبراء على ذلك ، وإنما نحب في الله ونبغض في الله ونوالي في الله ونعادي في الله على منهج السلف الصالح ، ونعمل على إنشاء المراكز التعليمية وبناء المساجد والمعاهد الشرعية ودور تحفيظ القرآن والمكتبات العامة ونشر الكتب والرسائل العلمية النافعة ، والأشرطة العلمية المفيدة ، والحجاب الشرعي ، وربط الأمة بالعلماء الربانيين .
    ولهذا أنشأنا هيئة سلفية علمية تضم مجموعة من خريجي الجامعات الإسلامية بالمملكة العربية السعودية ، وممن تتلمذوا على كبار مشايخ الدعوة السلفية في العالم الإسلامي تحت اسم جمعية الكتاب والسنة الخيرية التي مقرها الخرطوم ، فهل هنالك محذور شرعي في العمل على تحقيق هذه الأهداف المذكورة من خلال الجمعية آنفة الذكر دون الالتزام بتنظيم جماعة معينة بالسودان ، لما لدينا عليها من ملاحظات هامة مع الاحتفاظ بأخوة الإسلام والتعاون معهم على الحق . أفتونا مأجورين .
    الجواب : بسم الله ، والحمد لله ، والصلاة والسلام على رسول الله ، وآله وصحبه ، أما بعد : فهذا المنهج الذي ذكرتم أعلاه في الدعوة إلى الله تعالى ، وتوجيه الناس إلى الخير على هدي الكتاب والسنة وطريق سلف الأمة منهج صالح نوصيكم بالتزامه والاستقامة عليه ، والتعاون مع إخوانكم الدعاة إلى الله في السودان وغيرها فيما يوافق الكتاب والسنة ، وما درج عليه سلف الأمة في بيان توحيد الله وأدلته والتحذير من الشرك ووسائله ، والتحذير من البدع وأنواع المعاصي بالأدلة الشرعية والأسلوب الحسن .
    عملا بقوله تعالى : وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا الآية ، وقوله سبحانه : قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي الآية ، وقوله سبحانه ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ وقول النبي صلى الله عليه وسلم : من دل على خير فله مثل أجر فاعله خرجه مسلم في صحيحه ، وقول النبي صلى الله عليه وسلم لعلي رضي الله عنه لما بعثه إلى خيبر لدعوة اليهود ادعهم إلى الإسلام وأخبرهم بما يجب عليهم من حق الله تعالى فيه فوالله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم متفق على صحته . والآيات والأحاديث في هذا المعنى كثيرة .
    والله المسئول أن يمنحكم التوفيق والإعانة على كل خير ، وأن يجعلنا وإياكم من الهداة المهتدين ، إنه جواد كريم ، وصلى الله وسلم على نبينا محمد ، وعلى آله وصحبه أجمعين .
    Kami sekumpulan da’I dan para penuntut ilmu syar’I di Sudan,dengan segala puji milik Allah dari nikmat Allah atas kami,berupa aqidah dan manhaj salafus saleh dalam mentauhidkan ibadah,nama-nama dan sifat-sifat-Nya,dan yang lainnya.tujuan kami adalah menuntut ilmu syar’I dan menyebarkannya kepada manusia,berdakwah menuju Allah Y diatas metode salaf,di berbagai pusat kegiatan ilmu yang ada di penjuru negeri,dan mengajarkan manusia perkara-perkara agama mereka berupa tauhid,rukun-rukun islam dan yang lainnya,dan memerangi syirik dan bid’ah,dan mengajak untuk berpegang teguh dengan al-kitab dan as-sunnah diatas pemahaman salafus saleh,menanamkan keutamaan dan memerangi kerendahan,serta mendidik manusia diatas akhlaq yang mulia dan manjauhi kerendahan akhlaq.
    Dan kami bekerjasama dengan setiap yang beamal dalam medan dakwah menuju Allah U pada apa-apa yang sesuai dengan kebenaran dan haq,kerjasama yang bersifat syar’i.Berdasarkan firman Allah I:
    “dan tolong menolonglah diatas kebaikan dan taqwa dan jangan kalian tolong menolong diatas dosa dan permusuhan.”
    Jauh dari berkumpul dengan cara hizbiyyah dan fanatik kepada tokoh-tokoh tertentu,atau gerakan-gerakan,dan bersikap al-wala’ wal bara’ diatasnya.Namun kami hanyalah mencintai karena Allah,membenci karena Allah,bersikap loyal karena Allah dan memusuhi karena Allah diatas manhaj salafus saleh.Kegiatan kami berupa mendirikan pusat kegiatan ta’lim (markaz),membangun masjid-masjid dan ma’had-ma’had syar’I,tahfidzul qur’an,maktabah umum,menyebarkan kitab-kitab dan risalah ilmiah yang bermanfaat,kaset-kaset ilmiah yang berfaedah,hijab yang syar’I,dan mengikat umat ini dengan para ulama rabbani.
    Oleh karena itu,kami membuat lembaga salafiyyah ilmiah yang mengumpulkan beberapa orang dari lulusan jami’ah islamiah di kerajaan arab Saudi.Dan mereka termasuk orang-orang yang pernah menjadi murid dari masyayikh kibar dakwah salafiyyah di dunia islam,dibawah naungan jum’iyyah al-kitab dan as-sunnah al-khairiyyah yang bertempat di Khurthum.Apakah ada hal-hal yang terlarang secara syar’I dalam kegiatan yang bertujuan mewujudkan hal-hal yang disebutkan melalui jum’iyyah yang disebutkan tadi,tanpa harus terikat dengan gerakan jama’ah tertentu di Sudan,dengan memperhatikan hal-hal penting dengan memelihara ukhuwah islam dan saling tolong-menolong bersama mereka diatas al-haq.Berilah fatwa kepada kami,semoga engkau diberi pahala.
    Jawaban Syaikh:
    بسم الله ، والحمد لله ، والصلاة والسلام على رسول الله ، وآله وصحبه ، أما بعد :
    Manhaj yang engkau engkau sebutkan diatas tentang berdakwah dijalan Allah U,membimbing manusia kepada kebaikan diatas petunjuk al-kitab dan as-sunnah dan jalan pendahulu umat ini,adalah manhaj yang baik,kami wasiatkan kalian agar komitmen dengannya dan istiqamah diatasnya.Bekerjasama dengan ikhwan kalian para da’I menuju Allah di Sudan dan lainnya dalam hal-hal yang sesuai dengan al-kitab dan as-sunnah,dan apa yang telah ditempuh oleh pendahulu umat ini dalam menjelaskan tauhid,dalil-dalilnya,dan memperingatkan dari kesyirikan dan segala sarana yang menuju kepadanya.Memperingatkan dari berbagai bid’ah dan berbagai kemaksiatan dengan dalil-dalil yang syar’I dengan cara yang baik.Dalam rangka mengamalkan firman Allah U:
    وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا
    Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
    (QS.Fushshilat:33)
    Dan juga firman-Nya:
    قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
    Katakanlah: “Inilah jalan ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”
    (QS.Yusuf:108)
    Dan juga firman-Nya:
    ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
    Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
    (QS.An-Nahl:125)
    Dan sabda Nabi r:
    من دل على خير فله مثل أجر فاعله
    “barangsiapa yang menunjukkan seseorang kepada kebaikan,maka baginya mendapatkan seperti pahala orang yang melakukannya.”
    Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya.
    Dan sabda Rasulullah r kepada Ali t tatkala beliau mengutusnya ke Khaibar untuk mengajak Yahudi (kepada islam):
    ادعهم إلى الإسلام وأخبرهم بما يجب عليهم من حق الله تعالى فيه فوالله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم
    “ajaklah mereka kepada islam,dan kabarkan kepada mereka apa yang wajib atas mereka dari haq allah Ta’ala.Demi Allah ,sekiranya Allah memberikan hidayah kepada satu orang melalui kamu,itu jauh lebih baik dari onta merah.”
    Muttafaq alaihi.
    Ayat-ayat dan hadits yang semakna dengan ini sangat banyak.Hanya kepada Allah yang dimohon agar memberikan kepada kalian taufiq dan pertolongan atas setiap kebaikan.Dan menjadikan kami dan kalian termasuk diantara para pembimbing dan yang terbimbing,sesungguhnya Dia maha dermawan dan maha mulia.
    وصلى الله وسلم على نبينا محمد ، وعلى آله وصحبه أجمعين .
    (lihat fatwa beliau di alamat ini: http://www.bin-baz.org.sa/Display.asp?f=bz01660.html)

    FATWA SYAIKH RABI’ BIN HADI AL-MADKHALI HAFIDZAHULLAH
    Beliau ditanya dengan pertanyaan sebagai berikut:
    السـؤال الثالث : هل تأسيس جمعية للدعوة للكتاب و السنة و الانتماء إليها من التحزب و التفرق؟
    جواب الشيخ : أولا : تأسيس جمعية في هذا البلد لا يجوز لا جمعية و لا غيرها أبداً لأن الدولة مسلمة قائمة على كتاب الله و على رسول الله و تمثِّل هذا المنهج تعليماً و دعوة في المساجد و في الجامعات و المدارس و كل شيء، فهي تقوم بأمور الإسلام بحذافرها يتعاون معها العلماء، تعتمد العلماء في وضع المناهج، و هي تضع المال و تعتمد العلماء في اختيار المدرسين و الأئمة و ما شاكل ذلك، فهي قائمة بأمور الإسلام ، أوجد جمعية أو حزب هذا تفريق الأمة ينافي قول الله {و اعتصموا بحبل الله جميعاً و لا تفرقوا}( آل عمران :103) .تأتي إلى بلد يعني أخذ بالشعارات العلمانية، و أخذ بالقوانين الوضعية و تخلى عن الإسلام، بل قد يحارب الإسلام فإذا وجد جماعة أن يتجمعوا لنشر الإسلام و تعليمه و دعوة النَّاس إلى الحق يجتمعون و ينظمون أنفسهم ماليا و تعليما لا مانع، لا مانع من هذا ! كما لولا هذا عمله المسلمون في الهند و السلفيون في الهند لضاع الإسلام مائة في المائة! دولة كافرة علمانية تحارب الإسلام فقاموا و تجمعوا في شكل جمعيات تعترف بها الدولة ثم أنشأوا و مدارس، و المساجد، ألوف المدارس حمى الله بها الإسلام، و هذه ضرورة لابد منها أن يقوم المسلمون بمثل بهذا؛ لو العالم الإسلامي كله يجتمع على إمام واحد لما جاز أن تقوم جماعة واحدة واحدة، بارك الله فيكم! لكن العالم الإسلامي تمزق و كل دولة لها نظام فاسد إلا هذه الدولة قائمة على الكتاب و السنة . فعلى المسلمين في أي بلد لا يتبنى المنهج الإسلامي الحق أن يتبنوا الإسلام ثم ينشئون جمعية أو جمعيات وبنظِّمون تنظيماً صحيحاً يتمكنون من خلاله من نشر دعوة الله و تربية من يستطيعون من أبناء الأمة على هذا المنهج ” اهـ.
    المصدر : شريط ” نَّصيحَةٌ صَّرِيحةٌ لِطُلاَّبِ الجَامِعَة الإسلاَميَّة “
    Pertanyaan ketiga: apakah mendirikan jum’iyyah dalam rangka berdakwah kepada al-kitab dan as-sunnah dan menisbahkan diri kepadanya termasuk hizbiyyah dan memecah belah umat?
    Jawaban Syaikh:
    Pertama: mendirikan jum’iyyah di negeri ini (maksud beliau: Arab Saudi,pent) tidak boleh,tidak boleh membuat jum’iyyah dan tidak pula yang lainnya,sama sekali.Sebab negara ini adalah negara islam yang tegak diatas kitabullah dan sunnah Rasulullah r,manhaj negeri ini mewujudkan adanya ta’lim,dakwah di masjid-masjid,di universitas, sekolah-sekolah,dan pada setiap hal.dia tegak dengan urusan-urusan islam seluruhnya,dimana para ulama bekerjasama dengan mereka.Mereka bersandar kepada ulama dalam meletakkan manhaj-nya,dan mereka yang menyimpan harta.Mereka bersandar kepada ulama dalam memilih guru-guru, imam-imam (masjid) dan yang semisalnya,ia tegak dengan berbagai persoalan islam.Adanya dengan adanya jum’iyyah atau partai,akan menyebabkan perpecahan umat,dan ini bertentangan dengan firman Allah:
    {و اعتصموا بحبل الله جميعاً و لا تفرقوا}( آل عمران :103)
    “berpeganglah dengan tali Allah dan jangan kalian berpecah-belah”.
    Engkau datang ke sebuah negeri yang menampakkan syi’ar sekularisme,berhukum dengan undang-undang buatan manusia,dan memisahkan diri dari islam,bahkan terkadang memerangi islam.maka jika ada sebuah perkumpulan dimana mereka berkumpul untuk menyebarkan islam dan mengajarkannya,dan mengajak manusia kepada kebenaran,mereka berkumpul dan mengatur diri mereka sendiri baik harta maupun pelajarannya,maka tidak terlarang,tidak terlarang hal ini! Sebagaimana kalau hal ini tidak dilakukan oleh kaum muslimin di India,dan salafiyyun di India, maka islam akan lenyap 100 persen!,negeri kafir yang sekuler,memerangi islam.Maka mereka tegak dan berkumpul dalam bentuk jum’iyyah-jum’iyyah yang dilegalisir oleh pemerintah,lalu dengannya mereka mendirikan sekolah-sekolah,masjid-masjid, ribuan sekolah yang dengannya Allah U menjaga islam.Maka ini perkara penting yang kaum muslimin harus menegakkan hal yang seperti ini.kalau seandainya dunia islam seluruhnya berkumpul diatas satu imam,maka tidak boleh ditegakkan satu jama’ah yang terpisah dari yang lain.Barakallahu fiikum!
    Namun dunia islam telah terpisah-pisah,setiap negeri memiliki aturan yang rusak kecuali negeri ini yang tegak diatas al-kitab dan as-sunnah.Maka wajib bagi kaum muslimin di negeri manapun yang tidak menegakkan manhaj islam yang haq,agar hendaklah mereka menegakkan islam,lalu mendirikan satu jum’iyyah atau beberapa jum’iyyah,lalu mengaturnya dengan aturan yang benar,yang dengan itu memungkinkan bagi mereka menyebarkan dakwah Allah,dan mendidik siapa yang mereka mampu dari anak-anak umat ini diatas manhaj ini”.(dari kaset: nashihatun sharihah li thullaab al-jami’ah al-islamiyyah,dinukil dari situs sahab,net).

  65. abu maryam budi al jakartai said

    bismillah,
    sesungguhnya sebagian dari penyakit diri ini ialah cenderung kepada dunia, dan tidaklah kita saksikan sekarang ini bahwa yayasan yang pada mulanya didirikan dengan tujuan “mungkin” agar dakwahnya menjadi lebih baik ternyata menjadi ladang mencari nafkah hingga terjadi saling sikut diantara pengurusnya, maka tidak diragukan lagi bahwa yayasan termasuk perkara terburuk di abad ini dimana dia termasuk penyebab perpecahan, mengapa harus khawatir jika tidak dengan yayasan dakwahnya akan mandeg, susah, atau apalah?? amal itu tergantung dari niatnya ya salam, lupakah hadits dari umar bin khotob radhiallahu anhu? sudahkah menemui kesusahan / kesempitan dalam berdakwah tanpa yayasan? bandingkan dengan ujian yang dihadapi para imam kita ini dalam berdakwah, adakah mereka berkeluh kesah baik dari hal kekurangan harta maupun siksaan dari sebagian penguasa yang jahil maupun dzolim hingga harus meminta minta dari para aghniya agar membantunya? ittaqillah ya akhi, yang jadi masalah apakah mereka setuju bahwa yayasan ini sebagai sebab perpecahan, lebih sedikit manfaatnya dan banyak keburukannya berdasarkan waqi’ ataukah tidak? apakah pendirianmu terhadap hal ini? apakah engkau masih tetap beranggapan yayasan ini masih banyak kebaikannya? lalu bagaimanakah engkau dapat menutup mata dari keburukan2nya? apakah engkau perpendapat jika dakwah ini tetap harus melalui sarana yayasan sehingga bagi mereka yang ingin berdakwah hendaknya membuat yayasan agar tidak susah? manakah yang lebih diutamakan, yang menyebabkan perpecahan dipelihara atau ditinggalkan?mohon datangkan bayan. barakallohu fikum

    Abu Amin Cepu :
    Bismillah,
    1.Orang yang menjadikan ladang nafkah dakwah melalui yayasan, mereka berdakwah untuk dunia, ana sepakat mereka orang yang menginginkan keduniaan dan hendaknya mereka kita nasehati bahkan kalau dia terbukti ajukan mereka ke hakim dan wajib dihukum, akan tetapi jika hanya sekedar tuduhan saja maka sang penuduh yang merendahkan para ustadz penyeru umat ini, mereka penuduh itu juga wajib pula dihukum, ana tidak sepakat setiap orang/ustadz yang punya yayasan semuanya disebut hizbiyah?
    2.Perkara-perkara buruk pada abad ini banyak, yang paling buruk menurut ana adalah kesyirikan dan kebid’ahan.
    3.Orang-orang yang kurang bijak didalam mendudukan permasalahan Yayasan, dan yang memukul rata semua yayasan itu hizbiyah ana lebih condong mereka yang menghembuskan bibit perpecahan.
    antum datangkan dalil dahulu tentang haromnya semua yayasan secara mutlaq?
    4.Diantara bicaranya orang yang taqlid buta adalah cirinya sering tidak melihat dalil dan waqi’, antum selalu mengatakan meminta-minta seolah olah yang punya yayasan selalu meminta minta, tanpa adanya perincian siapa yang antum anggap meminta-minta itu? bukankan Alloh dan Rosul juga merekomendasikan untuk ta’awun? bukankan para sahabat juga demikian? Demikian ulama Ahlu sunnah yang lain yang merekomendasikan saudaranya yang dalam kesusahan untuk di berikan bantuan semampunya dengan keihklasan.
    5.Ana setuju yayasan hizbiyah adalah salah satu penyebab perpecahan akan tetapi tidak mutlaq semua yayasan itu membuat perpecahan, bahkan banyak yayasan yang didirikan diatas sunnah yang bisa mendatangkan barokah mengenal sunnah dan menegakan sunnah untuk para penuntut ilmu.
    6.Masih tetap boleh membuat yayasan selama untuk dakwah ilalloh, dan ana belum menemukan dalil pelaranganya, justru ana menemukan bayan yang antum minta itu yaitu anjuran untuk ta’at kepada pemerintah dengan menjaga ketertiban dengan adanya pembuatan yayasan ini, sebagaimana sabdanya :

    Dari Auf bin Malik Al-Asyja’i t, ia berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah Sholollohualaihi wassalam bersabda:
    لَا يَقُصُّ إِلَّا أَمِيرٌ أَوْ مَأْمُورٌ أَوْ مُخْتَالٌ

    “Tidaklah menyampaikan kisah kecuali amir (penguasa) atau orang yang diperintah (oleh amir) atau orang yang sombong.” (HR. Abu Dawud: 3180, Ibnu Majah: 3743, Ahmad: 6374, Al-Bazzar: 2397 (7/226), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir: 14849 (18/76)).

    Al-Allamah Ubaidullah Al-Mubarakfuri berkata mengomentari hadits ini:

    وفي الحديث الزجر عن الوعظ بغير إذن الإمام؛ لأنه أعرف بمصالح الرعية، فمن رأى فيه حسن العقيدة وصدق الحال يأذن له أن يعظ الناس وإلا فلا

    “Di dalam hadits ini terdapat larangan yang keras dari kegiatan memberikan nasehat (ceramah) tanpa seijin imam (penguasa). Karena ia lebih mengetahui terhadap kemaslahatan rakyat. Maka orang-orang yang menurut pemerintah, memiliki kebaikan aqidah dan jujurnya keadaan maka mereka dapat diberikan ijin untuk menyampaikan nasehat kepada manusia dan begitu pula sebaliknya.” (Mir’atul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih: 242 (1/336)).

    Al-Imam Al-Baghawi menukilkan dari Ibnu Syuraih bahwa ia berkata:

    وكان الأمراء يلون الخطبة يعظون فيها الناس. والمأمور : من يقيمه الإمام خطيبا ، والمختال : من نصب نفسه لذلك اختيالا وتكبرا ، وطلبا للرياسة من غير أن يؤمر به.

    “Adalah pemerintah itu mengurusi masalah khutbah. Mereka berkhutbah untuk memberikan nasehat kepada manusia. Orang yang diperintah adalah orang yang ditunjuk oleh penguasa menjadi khatib. Dan orang yang sombong adalah yang menunjuk dirinya untuk berkhutbah dalam rangka berbangga-bangga, sombong dan mencari kedudukan dengan tanpa diperintahkan atau diijinkan terlebih dahulu.” (Syarhus Sunnah: 1/304).

    Al-Imam Sahl bin Abdullah At-Tustari (wafat tahun 283 H) berkata:

    إذا نهى السلطانُ العالمَ أن يُفتِيَ فليس له أن يُفتي، فإن أفتى فهو عاصٍ، وإنْ كان أميراً جائراً

    “Jika sultan (pemerintah) melarang seorang alim untuk berfatwa, maka ia tidak boleh berfatwa. Jika ia tetap berfatwa maka ia telah berbuat maksiat meskipun sultan tersebut merupakan pemimpin yang zhalim.” (Tafsir Al-Qurthubi: 5/259, Tafsir Al-Bahrul Muhith: 4/174).

    Dari Amr bin Dinar , ia berkata:

    أن تميم الداري استأذن عمر في القصص فأبى أن يأذن له ثم استأذنه فأبى أن يأذن له ثم استأذنه فقال : إن شئت وأشار بيده يعني الذبح

    “Bahwa Tamim Ad-Dari meminta ijin kepada Umar untuk menyampaikan kisah-kisah maka Umar tidak mau memberikan ijin kepadanya. Kemudian ia meminta ijin lagi dan Umar tidak mengijinkannya. Pada kali yang ketiga Umar berkata: “Kalau kamu mau maka kamu akan disembelih.” Sambil berisyarat dengan tangannya.” (Atsar riwayat Ath-Thabrani dalam Al-Kabir: 1250 (2/49).

    7.Ana memohon kepada Alloh Jalla wa ‘ala agar menjadikan kami dan antum hamba yang bisa menempatkan suatu perkara pada tempanya menjadi hamba yang arif, bijaksana dan menjadi umat pertengahan.
    Alloh Ta’ala berfirman : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

    Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.QS.Almaidah 8
    Wallohu A’lam Bishowab

  66. Gizhon El Rosyadi said

    assalamu’alaikum
    ana mw tanx ttg seputar maulid nabi isa ini bnyak pertentangan mulai dr kalangan org yahudi sndri mch kontradiksi?

    bagaimana kita menyikapinya menurut ajaran islam yang beraqidahkan ahlussunnah waljamaa’ah

    Oleh Abu Amin Cepu
    Waalaikumussalam Warohmatullohi wabarokatuh :
    Bismillah,
    Alloh Ta’ala Berfirman :
    “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang orang yang mengharap (rahmat) Allah, dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)
    وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
    “Orang orang terdahulu lagi pertama kali (masuk Islam) di antara orang orang Muhajirin dan Anshor dan orang orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan itu, Allah ridho kepada mereka, dan merekapun ridho kepadaNya, serta Ia sediakan bagi mereka syurga syurga yang disana mengalir beberapa sungai, mereka kekal didalamnya, itulah kemenangan yang besar.” (At Taubah: 100)

    الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
    “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Kuridlai Islam itu sebagai agama bagimu.” (Al Maidah: 3)
    Dan masih banyak lagi ayat ayat yang menerangkan kesempurnaan Islam dan melarang melakukan bid’ah karena mengada-adakan sesuatu hal baru dalam agama, seperti peringatan peringatan ulang tahun, berarti menunjukkan bahwasanya Allah belum menyempurnakan agamaNya buat umat ini, berarti juga Rasulullah itu belum menyampaikan apa apa yang wajib dikerjakan umatnya, sehingga datang orang orang yang kemudian mengada adakan sesuatu hal baru yang tidak diperkenankan oleh Allah, dengan anggapan bahwa cara tersebut merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tidak diragukan lagi, bahwa cara tersebut terdapat bahaya yang besar, lantaran menentang Allah ta’ala, begitu pula (lantaran) menentang Rasulullah. Karena sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-Nya, dan telah mencukupkan ni’mat-Nya untuk mereka.

    Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan risalahnya secara keseluruhan, tidaklah beliau meninggalkan suatu jalan menuju syurga, serta menjauhi diri dari neraka, kecuali telah diterangkan oleh beliau kepada seluruh ummatnya sejelas jelasnya.
    Sebagaimana telah disabdakan dalam haditsnya, dari Ibnu Umar rodhiAllah ‘anhu bahwa beliau bersabda,
    ما بعث الله من نبي إلا كان حقا عليه أن يدل أمته على خير ما يعلمه لهم وينذرهم عن شر ما يعلمه لهم
    “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi, melainkan diwajibkan baginya agar menunjukkan kepada umatnya jalan kebaikan yang telah diajarkan kepada mereka, dan memperingatkan mereka dari kejahatan (hal hal tidak baik) yang telah ditunjukkan kepada mereka.” (HR. Muslim)

    Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi terbaik diantara Nabi Nabi lain, beliau merupakan penutup bagi mereka; seorang Nabi paling lengkap dalam menyampaikan da’wah dan nasehatnya diantara mereka itu semua.
    Jika seandainya upacara peringatan maulid Nabi itu betul betul datang dari agama yang diridloi Allah, niscaya Rasulullah menerangkan kepada umatnya, atau beliau menjalankan semasa hidupnya, atau paling tidak, dikerjakan oleh para sahabat. Maka jika semua itu belum pernah terjadi, jelaslah bahwa hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali, dan merupakan seuatu hal yang diada adakan ( bid’ah ), dimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah memperingatkan kepada umatnya agar supaya dijauhi, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam dua hadits diatas, dan masih banyak hadits hadits lain yang senada dengan hadits tersebut, seperti sabda beliau dalam salah satu khutbah Jum’at nya:
    أما بعد، فإن خير الحديث كتاب الله، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها، وكل بدعة ضلالة
    “Adapun sesudahnya, sesungguhnya sebaik baik perkataan ialah kitab Allah (Al Qur’an), dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan sejelek jelek perbuatan (dalam agama) ialah yang diada adakan (bid’ah), sedang tiap tiap bid’ah itu kesesatan.” (HR. Muslim)

    Adapun permasalahan maulid nabi Isa Alaihi salam, banyak para da’i mantan biara wati yang masuk Islam, yang menyebutkan tidak benarnya kelahiran hari tersebut (sebut natal 25 Dec ) bahkan ada yang menyebutkan kelahiran dewa matahari, Wallohu A’lam.

    Untuk itu hendaknya umat Islam jangan menyerupai mereka, dengan melakukan ritual ritual ulang tahun seperti ini , karena itu adalah budayanya Yahudi dan Nasrani.
    Waspadalah kita semua dengan Sabda Rosul Berikut Ini :

    لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا

    جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

    “Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, “Apakah yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhary)

    Wallohu A’lam Bishowab

    (Maroji’ Kitab Syeikh Abdullah Bin Baz dan Kitab Shoheh Bukariy)

  67. deden said

    Assalamu alaikum Wr.Wb.

    Ustadz, sy mau menanyakan bgmn hukum mengucapkan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain? Apakah diharamkan? Apakah ada larangannya (Qur’an ato hadits)?

    Jawab : Pengasuh Ma’had Annashihah Cepu :
    Bismillah,
    Bapak Deden Yang Budiman, mengucapkan hari raya kepada mereka kaum non muslim berarti mengakui apa yang telah mereka rayakan, semisal perayaan natal, padahal telah kita ketahui nabi ISA alaisalam tidak dilahirkan pada hari tersebut dan Nabi ISA alaisalam adalah Rosul Bukan Yesus sebagaimana mereka yakini, Allah ta’ala berfirman :

    وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
    “Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” [Al-Ma`idah : 2]

    Ikut serta dengan orang-orang kafir dalam acara perayaan-perayaan mereka merupakan salah satu bentuk tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Maka wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk meninggalkannya.

    Asy-Syaikh Al-’Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah, Mufti Besar Kerajaan Saudi Arabia Telah Berfatwa Sebagaimana yang antum tanyakan :

    سماحة الإمام الوالد عبد العزيز بن عبد الله بن باز : لا يجوز للمسلم ولا للمسلمة مشاركة النصارى ، أو اليهود ، أو غيرهم من الكفرة في أعيادهم ، بل يجب ترك ذلك ؛ لأن من تشبه بقوم فهو منهم ، والرسول – صلى الله عليه وسلم – حذرنا من مشابهتهم والتخلق بأخلاقهم ، فعلى المؤمن وعلى المؤمنة الحذر من ذلك ، وأن لا يساعد في إقامة هذه الأعياد بأي شيء ؛ لأنها أعياد مخالفة لشرع الله ، ويقيمها أعداء الله ؛ فلا يجوز الاشتراك فيها ، ولا التعاون مع أهلها ، ولا مساعدتهم بأي شيء ، لا بالشاي ، ولا بالقهوة ، ولا بأي شيء من الأمور كالأواني ، ونحوها . وأيضًا يقول الله سبحانه : ﴿ وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ﴾ . [ المائدة : 2 ] .

    فالمشاركة مع الكفرة في أعيادهم نوع من التعاون على الإثم والعدوان ، فالواجب على كل مسلم وعلى كل مسلمة ترك ذلك .

    ولا ينبغي للعاقل أن يغتر بالناس في أفعالهم ، الواجب أن ينظر في الشرع إلى الإسلام وما جاء به ، وأن يمتثل أمر الله ورسوله ن وأن لا ينظر إلى أمور الناس فإن أكثر الخلق لا يبالي بما شرع الله ، كما قال الله – عز وجل في كتابه العظيم – : ﴿ وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللهِ ﴾ . [ الأنعام : 116 ] . وقال سبحانه : ﴿ وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ ﴾ . [ يوسف : 103 ] .

    فالعوائد المخالفة للشرع لا يجوز الأخذ بها وإن فعلها الناس ، والمؤمن يزن أفعاله وأقواله ، ويزن أفعال الناس وأقوال الناس بالكتاب والسنة . بكتاب الله وسنة رسوله – عليه الصلاة والسلام – فما وافقهما أو أحدهما فهو المقبول ، وإن تركه الناس ، وما خالفهما أو أحدهما فهو المردود وإن فعله الناس .

    Samahatul Imam Al-’Allamah Asy-Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baz rahimahullah :

    Tidak boleh bagi muslim dan muslimah untuk ikut serta dengan kaum Nashara, Yahudi, atau kaum kafir lainnya dalam acara perayaan-perayaan mereka. Bahkan wajib meninggalkannya. Karena barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita dari sikap menyerupai mereka atau berakhlaq dengan akhlaq mereka. Maka wajib atas setiap mukmin dan mukminah untuk waspada dari hal tersebut, dan tidak boleh membantu untuk merayakan perayaan-perayaan orang-orang kafir tersebut dengan sesuatu apapun, karena itu merupakan perayaan yang menyelisihi syari’at Allah dan dirayakan oleh para musuh Allah. Maka tidak boleh turut serta dalam acara perayaan tersebut, tidak boleh bekerja sama dengan orang-orang yang merayakannya, dan tidak boleh membantunya dengan sesuatu apapun, baik teh, kopi, atau perkara lainnya seperti alat-alat atau yang semisalnya.

    Allah juga berfirman :

    وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
    “Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan jangalah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” [Al-Ma`idah : 2]

    Ikut serta dengan orang-orang kafir dalam acara perayaan-perayaan mereka merupakan salah satu bentuk tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Maka wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk meninggalkannya.

    Tidak selayaknya bagi seorang yang berakal jernih untuk tertipu dengan perbuatan-perbuatan orang lain. Yang wajib atasnya adalah melihat kepada syari’at dan aturan yang dibawa oleh Islam, merealisasikan perintah Allah dan Rasul-Nya, dan sebaliknya tidak menimbangnya dengan aturan manusia, karena kebanyakan manusia tidak mempedulikan syari’at Allah. Sebagaimana firman Allah :

    وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللهِ

    “Kalau engkau mentaati mayoritas orang yang ada di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” [Al-An’am : 116]

    Allah juga berfirman :

    ﴿ وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ ﴾

    “Kebanyakan manusia tidaklah beriman walaupun engkau sangat bersemangat (untuk menyampaikan penjelasan).” [Yusuf : 103]

    Maka segala perayaan yang bertentangan dengan syari’at Allah tidak boleh dirayakan meskipun banyak manusia yang merayakannya. Seorang mukmin menimbang segala ucapan dan perbuatannya, juga menimbang segala perbuatan dan ucapan manusia, dengan timbangan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Segala yang sesuai dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah atau salah satu dari keduanya, maka diterima meskipun ditinggakan manusia. Sebaliknya, segala yang bertentangan dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah atau salah satunya, maka ditolak meskipun dilakukan oleh manusia.

    [Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah rahimahullahI/405]

    Wallohu A’lam Bishowab

  68. izad imad said

    begitu,, jadi apakah saya boleh meminta pendapat anda tentang Imam Asy- ariyah dan Imam ala-maturidy. kita juga harus menghormati ke-2nya karena mereka juga para mujtahid dalam mencari kebenaran muslimin. memang para ulama salaf seperti Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-Jauzy harus dihormati tapi apa salahnya kalau kita tellah pendapat para ulama yang di percayai Ahlussunnah wal-Jammah. jangan kamu menghina kaum NU itu keliru atau bukan, karena kebenaran ada ditangan Allah. apalagi NU juga meiliki sumber hukum dari AL-Qur’an ASsunnah,Ijma,Qiyas,Istihsan, Istishab, juga urf yang masih bersendikan dalil-dalil naqli

  69. Anonim said

    asalamualaikum wrwb,
    bisa jadi ana dulu seorang kahin, tetapi ana berdoa untuk mendapatkan keluasan ilmu, lalu ana dipertemukan Allah swt dg org2 yg lurus, dan entah dr mana, ana menemukan kitab tauhid syeh muhamad bin abdul wahab dikamar umi yg putri seorang kyai nu. semua dalil antum seakan2 ana sd mengenali dan insyaallah ana tegakkan, bahkan sebelum ana meneliti artikel antum. sekarang dg ilmu dr antum, ana semakin mantap memerangi syirik, khurofat dan bid’ah. barokalloh buat antum dan seluruh shohibi. jazakumulloh khoir

    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Walhamdulillah, Alloh Anugerahkan hidayah untuk antum, orang dahulunya menyimpang kemudian kembali kepada jalan yang lurus biasanya lebih semangat dari orang yang biasa biasa saja, Mudah mudahan antum termasuk yang semangat diatas ilmu dan amal.

    إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ

    Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.Alhajj 38

  70. abbdullah satar said

    alhamdulillah
    ana semakin mantap menggenggam bara di akhir zaman ini.
    semoga Allah swt senantiasa menyertakan sabar dan ikhlas dlm perjuangan tak kenel lelah ini.
    amin
    wassalam akhie

    Subhanalloh, semoga keistiqomahan beserta antum ahki. Waalaikumussalam Warohmatulloh.

  71. andi said

    Assalamualaikum., akhi, ana mau tanya ,, bgmn menrut antum ormas2 yg melakukan demonstrasi dngn dalil menegakkan amal ma’ruf nahi munkar tp caranya agak berlebihan ,sprti FPI cntohnya., dan mreka jg mngaku Ahlussunnah,.

    Dijawab Abu Amin Cepu
    Bismillah,
    Nabi-Shollallahu alaihi wasallam bersabda:

    مَنْ َأَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلا َيُبْدِ لَهُ عَلاَنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فََذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى اَلَّذِيْ عَلَيْهِ لَهُمَنْ َأَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلا َيُبْدِ لَهُ عَلاَنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فََذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى اَلَّذِيْ عَلَيْهِ لَهُ

    “Barang siapa yang ingin menasihati seorang penguasa, maka janganlah ia menampakkannya secara terang-terangan, akan tetapi hendaknya ia mengambil tangannya, dan berduan dengannya. Jika ia terima, maka itulah (yang diharap). Jika tidak, maka ia telah melaksanakan keawjiban atas dirinya ”.(HR.Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah 1096)

    Hadits ini menunjukkan bahwa nasihat kepada pemerintah dengan cara rahasia, bukan dengan cara terang-terangan, dan bukan pula membeberkan aibnya di atas mimbar-mimbar, pesta-pesta, masjid-masjid, koran-koran, majalah dan lainnya sebagai suatu nasihat, maka ormas – ormas seperti ini melanggar sunnah dan hendaknya mereka kembali kepaada sunnah yaitu menasehati pemerintah dengan cara hikmah dan nasehat yang baik.

    Adapun pengakuan itu tidak mencerminkan hakikat,sebagaimana syair:

    كُلٌّ يَدَّعِي وَصَلاً بِلَيْلَى … وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا

    Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila…
    Namun Laila menolak pengakuan mereka itu…

    Wallohu A’lam Bishowab

  72. Allahuakbar..

  73. Lantas bagaimana umat islam yang ada di indonesia sekarang ini,bagaimana cara kita mengetahui antara muslimin yang benar-benar menegakkan sunnah dan yang menjauhi bid’ah..

    Dijawab Pengasuh Ma’had Annashihah Cepu
    Bismillah,
    Caranya jujur didalam mencari ilmu tidak fanatik buta dan bersikap adil serta menimba ilmu dari ahlinya,
    Berkata Al-Fudhail Bin ‘Iyadh Rahimahullah :
    وقال الفضيل بن عياض إذا رأيت رجلا من أهل السنة فكأنما رأيت رجلا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم وإذا رأيت رجلا من أهل البدع فكأنما رأيت رجلا من المنافقين
    “Bila engkau melihat seorang ahlus sunnah, seakan-akan engkau melihat salah seorang shahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dan bila engkau melihat seorang ahli bid’ah, seakan-akan engkau melihat salah seorang kaum munafik.”

    Dibawah ini beberapa karateristik mereka yang hendaknya dipegang kaum muslimin supaya mengetahui siapa ahlu sunnah sebenarnya:
    1. الفرقة الناجية : هي التي تلتزم منهاج رسول الله صلى الله عليه و سلم في حياته، و منهاج أصحابه من بعده ،

    Golongan Yang Selamat ialah golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah dalam hidupnya, serta manhaj para sahabat sesudahnya

    و هو القرآن الكريم الذي أنزله الله على رسوله، و بينه لصحابته في أحاديثه الصحيحة ،

    Yaitu Al-Qur’anul Karim yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan

    kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih

    و أمر المسلمين بالتمسك بهما

    Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepa-da keduanya:

    فقال : “تركتُ فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما : كتاب الله و سنتي، و لن يتفرقا حتى يردا عليّ الحوض ” (صححه الألباني في الجامع)

    “Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat

    apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga kedua-nya menghantarku ke telaga (Surga).”

    (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’)

    2. الفرقة الناجية تعود إلى كلام الله و رسوله حين التنازع و الاختلاف عملا بقوله تعالى :

    Golongan Yang Selamat akan kembali (merujuk)kepada Kalamullah dan RasulNya tatkala terjadiperselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari firman Allah:

    “فإنْ تنازعتُم في شيء فرُدُّوه إلى الله و الرسول إنْ كنتم تؤمنون بالله و اليوم الآخر ، ذلك خير و أحسن تأويلا” (سورة النساء)

    “Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

    “(An-Nisaa’: 59)

    و قال تعالى:” فلا و ربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ، ثم لا يجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت و يثسلّموا تسليما” (سورة النساء)

    “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan

    mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisaa’: 65)

    3. الفرقة الناجية لا تُقدم كلام أحد على كلام الله و رسوله،عملا بقواه تعالى :

    Golongan Yang Selamat tidak mendahulukan perkataan se-seorang atas Kalamullah dan RasulNya,realisasi dari firman Allah:

    ”يا أيها الذين آمنوا لا تُقدِّموا بين يدَيِ الله و رسولِه ، و اتقوا الله إن الله سميعٌ عليم ” (سورة الحجرات)

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hu-jurat:1)

    و قال ابن عباس : أراهم سيهلكون ! أقول : قال النبي صلى الله عليه و سلم ، و يقولون : قال أبو بكر و عمر(رواه أحمد و غيره، و صححه أحمد شاكر)

    “Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, sedang mereka mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr)

    4. الفرقة الناجية تعتبر التوحيد ،

    Golongan Yang Selamat senantiasa menjaga kemurnian tauhid

    و هو إفراد الله بالعبادة كالدعاء و الاستعانة و الاستغاثة وقت الشدة و الرخاء ، و الذبح و النذر ، و التوطل و الحكم بما أنزل الله ، و غير ذلك من أنواع العبادة هو الأساس الذي تبنى عليه الدولة الإسلامية الصحيحة

    Mengesakan Allah dengan beribadah, berdo’a dan memohon per-tolongan –baik dalam masa sulit maupun lapang,menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah dan berbagai bentuk ibadah lain

    yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar

    ، و لا بد من إبعاد الشرك و مظاهره الموجودة في أكثر البلاد الاسلامية، لأنه من مقتضيات التوحيد ،

    Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala simbol-simbolnya yang banyak ditemui dinegara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid

    و لا يمكن النصر لأي جماعة تُهمل التوحيد ، و لا تكافح الشرك بأنواعه، أسوة بالرسل جميعا و برسولنا الكريم صلوات الله و سلامه عليهم أجمعين.

    Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya.

    5. الفرقة الناجية : يحيون سُنن الرسول صلى الله علسه و سلم في عبادتهم و سلوكهم و حياتهم فأصبحوا غرباءبين قومهم ،

    Golongan Yang Selamat senang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah, baik dalam ibadah, perilaku dan dalam segenap hidupnya Karena itu mereka menjadi orang-orang asing di tengah kaumnya

    كما أخبر عنهم رسول الله صلى الله عليه و سلم بقوله :

    Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shollollohualaihi Wassalam:

    “إن الاسلام بدأ غريبا و سيعود غريبا كما بدأ ، فطوبى للغرباء” (رواه مسلم)

    “Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)

    Tambahan : Dalam riwayat lain disebutkan: “Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak.” (Al-Albani berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih”)

    6. الفرقة الناجية : لا تتعصب إلا لكلام الله و كلام رسوله المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى،

    Golongan Yang Selamat tidak berpegang kecuali kepada Kalamullah dan Kalam RasulNya yang maksum, yang ber-bicara dengan tidak mengikuti hawa nafsu.

    أما غيره من البشر مهما عَلتْ رتبته ، فقد يخطئ لقوله صلى الله عليه و سلم :

    Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi :

    ” كلّ بني آدم خطاء و خير الخطائين التوابون”

    “Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (Hadits hasan riwayat

    Imam Ahmad)

    7. الفرقة الناجية : هم أهل الحديث الذين قال رسول الله صلى الله عليه و سلم فيهم : “لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق ، لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله ” (رواه مسلم)
    Golongan Yang Selamat adalah para ahli hadits.
    Tentang mereka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
    “Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim)
    Sebagaimana Firman Allhu Jalla Wa’la :
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لاَئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (المائدة: 54).
    Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
    و قال الشاعر : أهل الحديث همُ أهل النبيِّ و إنلم يصحبوا نفسه. أنفاسه صَحِبوا
    Seorang penyair berkata, “Ahli hadits itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka tidak bergaul dengan Nabi, tetapi jiwa/Nafas mereka bergaul dengannya.

    8. الفرقة الناجية : تحترم الأئمة المجتهدين ، ولا تتعصب لواحد منهم
    Golongan Yang Selamat menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.
    ، بل تأخذ الفقه من القرآن و الأحاديث الصحيحة ، و من أقوالهم جميعا إذا وافق الحديث الصحيح ،
    Tapi Golongan Yang Selamat mengambil fiqh (pemahaman hukum-hukum Islam) dari
    Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih serta Mengambil pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih.
    و هذا موافق لكلامهم ، حيث أوصوا أتباعهم أن يأخذوا بالحديث الصحيح ، و يتركوا كل قول يخالفه.
    Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya.

    9. الفرقة الناجية تأمر بالمعروف، و تنهى عن المنكر، فهي تنكر الطُرق المبتدعة و الأحزاب الهدامة التي فرقت الأمة ، و ابتدعت في الدين و ابتعدت عن سنة الرسول صلى الله عليه و سلم و أصحابه .
    Golongan Yang Selamat menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
    Mereka melarang segala jalan bid’ah dan sekte-sekte yang menghancurkan serta memecah belah umat. Baik bid’ah dalam hal agama maupun dalam menjauhkan dari sunnah Rasul dan para sahabatnya
    10. الفرقة الناجية تدعو المسلمين أن يكونوا من المتمسكين بسنة الرسول صلى الله عليه و سلم و أصحابه
    Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan para sahabatnya.
    حتى يكتب لهم النصر ، و حتى يدخلوا الجنة بفضل الله و شفاعة رسوله صلى الله عليه و سلم (بإذنه عز و جل).
    Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk Surga atas anugerah Allah dan syafa’at Rasulullah dengan izin Allah.
    11. الفرقة الناجية : تنكر القوانين الوضعية التي هي من وَضع البشر ، لمخالفتها حكم الإسلام
    Golongan Yang Selamat mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia, Kenapa? karena undang-undang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.
    ، و تدعو إلى تحكيم كتاب الله الذي أنزله الله لسعادة البشر في الدنيا و الآخرة
    Golongan Yang Selamat mengajak
    manusia berhukum kepada Kitabullah yang diturunkan Allah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.
    ، و هو أعلم سبحانهو تعالى بما يصلح لهم ، و هو ثابت لا تتبدل أحكامه على مدى الأيام ، و لا يتطور حسب الزمان
    Dan Allah Maha Mengetahui sesuatu yang lebih baik/manfaat bagi mereka. Hukum-hukumNya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang zaman.
    ، و إن سبب شقاء العالم عامة و العالم الإسلامي خاصة و ما يلاقيه من متاعب و ذل و هوان – هو تركه الحكم لكتاب الله و سنة رسوله صلى الله عليه و سلم ،)
    Sungguh, sebab kesengsaraan dunia, dan mundurnya khususnya dunia Islam dan yang menimpa mereka dari perkara yang mencapekkan seperti kemrosotan umat, adalah karena mereka meninggalkan hukum-hukum Kitabullah dan sunnah Rasulullah.
    و لا عِزّ للمسلمين إلا بالرجوع إلى تعاليم الإسلام أفرادا و جماعات، و حكومات، عملا بقوله تعالى:
    “إن الله لا يُغيّرُ ما بقوم حتى يُغيّروا ما بأنفسهم” (سورة الرعد
    Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Kembali kepada hukum-hukum Kitabullah, sebagai realisasi dari firmanNya:”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’ad: 11)

    12. الفرقة الناجية : تدعو المسلمين جميعا. إلى الجهاد في سبيل الله و هو واجب على كل مسلم . حسب طاقته و استطاعته، و يكون الجهاد بما يلي :
    Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam berjihad di jalan Allah.
    Jihad adalah wajib bagi setiap Muslim sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya. Jihad dapat dilakukan dengan:
    1. الجهاد باللسان و القلم : بدعوة المسلمين و غيرهم إلى التمسك بالإسلام الصحيح
    Pertama, jihad dengan lisan dan tulisan: Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih,
    ، و التوحيد الخالي من الشرك الذي انتشر في كثير من البلاد الإسلامية ، و الذي أخبر عنه الرسول صلى الله عليه و سلم بأنه سيقع بين المسلمين فقال :
    Dan Bertauhid yang murni(Kosong) dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah memberitakan tentang hal yang akan menimpa umat Islam ini. Beliau bersabda:

    “لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من أمتي
    بالمشركين ، و حتى تعبد قبائل من أمتي الأوثان” (صحيح رواه أبو داود وورد معناه في مسلم)
    “Hari Kiamat belum akan tiba, sehingga Qobilah – Qobilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik sehingga kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala.” (Ha-dits shahih , riwayat Abu Daud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim)

    2.الجهاد بالمال : و يكون بالإنفاق على نشر الإسلام ، و طبع الكتب الداعية إليه على الوجه الصحيح ، و يكون بتوزيع المال على المؤلفة قلوبهم من ضعفاء المسلمين لتثبيتهم ، و يكون بتصنيع و شراء الأسلحة ، و المعدات للمجاهدين ، و ما يلزمهم من طعام و كساء و غير ذلك .
    Kedua, jihad dengan harta: Menginfakkan harta buat penyebaran dan peluasan ajaran Islam, mencetak Kitab Kitab dakwah ke jalan yang benar, memberikan santunan kepada umat Islam yang masih lemah iman agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa ma-kanan, pakaian atau keperluan lain selain dari itu.
    3. الجهاد بالنفس : و يكون بالقتال و الاشتراك في الكعارك لنصرة الاسلام ، و لتكون كلمة الله هي العليا ، و كلمة الذين كفروا هي السفلى
    Ketiga , jihad dengan jiwa:Bertempur dan ikut berpartisipasi di medan peperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah ( Laa ilaaha illallah) tetap jaya(tinggi) sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina/rendah.
    و قد أشار الرسول الكريم إلى هذه الأنواع فقال : “جاهدوا المشركين بأموالكم و أنفسكم و ألسنتكم ” (صحيح رواه أبو داود)
    Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam Yang Mulia mengisyaratkan dalam sabdanya:
    “Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu.” (HR. Abu Daud, hadits shahih)
    Dalam Masalah Jihad ini ada perincianya silahkan merujuk kesini untuk permasalahan jihad > http://dzulqarnain.net/.

    Dibawah ini kami lampirkan para ustadz yang pengunjung bisa mengambil faedah pada mereka,sesuai dengan wilayah mukim mereka:

    SUMATERA
    * Al-Ustadz Abal Mundzir Dzul Akmal, Lc
    Alamat : Ma’had Ta’dzhim As-Sunnah, Jalan Raya Pekanbaru Bangkinang Km. 19,5 Rimbo Panjang Kec. Tambang Kampar – Riau.

    * Al-Ustadz Abu Abdirrahman Muhammad Wildan, Lc.
    (Mukim di Batam, Kepri)Alamat : Yayasan Anshorussunnah, d/a Perum. Cendana Blok A-1 Batam Centre Batam (Samping Kelurahan Belian), Batam – Kep. Riau – 29461. Telp. 0778-475376

    * Al-Ustadz Zainul Arifin
    (Mukim di Batam, Kepri)Alamat : Yayasan Anshorussunnah, d/a Perum. Cendana Blok A-1 Batam Centre Batam (Samping Kelurahan Belian), Batam – Kep. Riau

    * Al-Ustadz Abu Mu’awiyah Muhammad Ali Ishmah Al Medani
    (mukim di Medan, Sumut)Alamat : Yayasan Sunniy Salafiy, Jl. Mesjid Raya Al Jihad no. 24 P. Brayan kota Medan 20116 HP 0812 64 02 403

    * Al-Ustadz Adi Abdullah
    (mukim di Lampung)Alamat : Purwosari Link VII Rt 20/8 Purwosari, Metro Utara, Lampung HP: 08154016031

    * Al-Ustadz Bukhori

    (mukim di Palembang) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : d/a Zaid Abu Yahya 085273630333
    * Al-Ustadz Zuhair Syarif
    (mukim di Bengkulu)Alamat : d/a Padang Jaya RT3/4 Bengkulu Utara 38657 Telp. (0737)522412

    * Al-Ustadz Abu Ibrohim Muhsin
    Ma’had As-Salafy (Yayasan Al-Mujahadah, Ponpes As-Salafiyah)
    Jl. Panglima Denai, Gang Wakaf depan Jermal V, Medan, Sumut.

    * Al-Ustadz Abdurrahman
    (Alumni Darul Hadits Dammaj)
    Ma’had As-Salafy (Yayasan Al-Mujahadah, Ponpes As-Salafiyah)
    Jl. Panglima Denai, Gang Wakaf depan Jermal V, Medan, Sumut.

    * Al-Ustadz Ali Akbar
    (Alumni Darul Hadits Dammaj)
    Ma’had As-Salafy (Yayasan Al-Mujahadah, Ponpes As-Salafiyah)
    Jl. Panglima Denai, Gang Wakaf depan Jermal V, Medan, Sumut.

    * Al-Ustadz Fadhil Muhammad
    Masjid Massawa, Jl. Tumenggung, Medan, Sumut.

    * Al-Ustadz Abu Hudzaifah
    Kec. Stabat, Kab. Langkat, Sumut.

    * Al-Ustadz Alimuddin Hajar Sittah
    Kec. Stabat, Kab. Langkat, Sumut.

    * Al-Ustadz Abdul Hadi bin Abdurrahman
    Kec. Bahorok, Kab. Langkat, Sumut.

    * Al-Ustadz Adi Abdullah
    Ma’had Ittibaus Salaf
    Jl. Sriti V RT 03/RW. 08 Lk. IV Purwosari,
    Metro Utara, Kota Metro, Lampung

    * Al-Ustadz Muhammad Hidayat
    Ma’had Ittibaus Salaf
    Jl. Sriti V RT 03/RW. 08 Lk. IV Purwosari,
    Metro Utara, Kota Metro, Lampung

    * Al-Ustadz Abdul Aziz
    Ma’had Ittibaus Salaf
    Jl. Sriti V RT 03/RW. 08 Lk. IV Purwosari,
    Metro Utara, Kota Metro, Lampung

    * Al-Ustadz Harits
    Ma’had Ibnu Abbas
    Jl. Lapangan, Kalibening, Talang Padang,
    Tanggamus, Lampung.

    * Al-Ustadz Azzam
    Ma’had Ibnu Abbas
    Jl. Lapangan, Kalibening, Talang Padang,
    Tanggamus, Lampung.

    * Al-Ustadz Yahya
    Perum Way Halim, Bandar Lampung

    JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA
    * Al-Ustadz Luqman Ba’abduh
    (Posisi Terakhir Mudir PP As Salafy di Jember, Jawa Timur, mukim di Jember) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Jl. MH Tamrin Gg. Kepodang No. 5 Jember (0331) 337440

    * Al-Ustadz Muhammad Umar As Sewed
    (mukim di Cirebon, Jawa Barat) Murid Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin, Saudi ArabiaAlamat : Ponpes Dhiya’us Sunnah, Jl. Dukuh Semar RT 6, Rt 06/03 Kel. Kecapi, Kec.Harjamukti, Cirebon, Jawa Barat (0231) 222185/200721

    * Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf
    Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj,
    Mukim di Tasikmalaya, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Muhammad Abud Bajrie
    (mukim di Purwakarta)Alamat : d/a An Najah Agency, Jln kapten Halim no 40 Pasarebo, Purwakarta, Jawa Barat HP 08129764361

    * Al-Ustadz Abdul Hadi Lahji
    (Posisi terakhir Pengajar Ponpes Ta’dhimus Sunnah, mukim di Ngawi)
    Alamat : PP Ta’dhimus Sunnah, Dusun Grudo RT 01/02 Grudo, Ngawi, Jawa Timur (0351) 748913.

    * Al-Ustadz Abdul Haq
    asal Potorono (Posisi Terakhir Pengajar Ponpes Minhajus Sunnah Magelang, mukim di Muntilan, Magelang) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Ponpes Minhajussunnah, Jl. Raya Jogja-Magelang Km. 13 Batikan, Pabelan, Mungkid (0293)782005 HP 0818269293

    * Al-Ustadz Abdul Jabbar
    (Posisi terakhir Staff Pengajar Ponpes Difa’ anis Sunnah Bantul, mukim di Dlingo, Bantul) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : PP. Difa’ anis Sunnah, Bantul Telpon (0274) 7494930

    * Al-Ustadz Abdul Mu’thi al Maidani
    (mukim di Sleman, DI Jogjakarta) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : PP. AL Anshar, Dusun Wonosalam, kel Sukoharjo, Ngemplak, Sleman. Telp. (0274) 897519

    * Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman, Lc
    (mukim di Petanahan, Kebumen) Alumni Jami’ah Islamiyyah Medinah/Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia Pengajar Pondok Pesantren Anwarus Sunnah, Kebumen, Jawa TengahAlamat : d/a Pondok Pesantren Anwarus Sunnah, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah Telp (0287) 386154

    * Al-Ustadz Abdurrazaq
    (mukim di Banyumas)Alamat : d/a Abu Husain, Sokaraja Kulon Rt 8/5 Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah (0281) 692428

    * Al-Ustadz Abdurahman Mubarak
    (Penerbit Al Atsari, Mubarak Press, sekarang mukim di Dammaj, Yaman)Alamat : Depan pasar Cileungsi, No. 10 Rt 2 RW 10, Kp. Cikalagan, Cileungsi, Bogor 16820

    * Al-Ustadz Abdurrahman asal Wonosari
    Ma’had Al-Manshuroh Kroya Cilacap

    * Al-Ustadz Abu Bakar
    (Posisi Terakhir Pengajar Ponpes Minhajus Sunnah Magelang, sekarang mukim di Dammaj, Yaman)Alamat : Ponpes Minhajussunnah, Jl. Raya Jogja-Magelang Km. 13 Batikan, Pabelan, Mungkid (0293)782005 HP 0818269293

    * Al-Ustadz Abdus Shomad
    (mukim di Pemalang, Jateng) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : d/a Emy Jamedi, Jl. Dorang 1/83 Perumnas Sugih Waras Pemalang, Jawa Tengah (0284)322771

    * Al-Ustadz Abu Najiyah Muhaimin Nurwahid
    (Penerjemah buku, mukim di Semarang, Jawa Tengah) Islamic Center Al-Barokah Jl. Tegalsari Barat 1/12 Semarang, Telp. 024 – 70252246 – 08569931065

    * Al-Ustadz Abu Sa’id Hamzah
    (Posisi Terakhir Pengajar PP As Salafy di Jember, Jawa Timur, mukim di Jember)Alamat : Jl. MH Tamrin Gg. Kepodang No. 5 Jember (0331) 337440

    * Al-Ustadz Adib
    (mukim di Wonosobo)Alamat : d/a Yusuf, Jl. Bismo 151 Sumberan Utara Rt1/22 Wonosobo, Jawa Tengah

    * Al-Ustadz Ahmad Khodim
    (Penerjemah buku terbitan Cahaya Tauhid Press, mukim di Malang)Alamat : Jl. Lesanpuro No. 31A Malang, Jawa Timur Telp. 0341-710755, HP.0818274197 (0341) 710755, HP 0818274197.

    * Al-Ustadz Ali Basuki, Lc
    (Mukim di Jakarta) Alumni Jami’ah Islamiyyah Medinah/Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia

    * Al-Ustadz Agus Su’aidi
    (Mudir Ma’had Al Bayyinah, mukim di Gresik, Jawa Timur)Alamat : Ma’had Al Bayyinah, Jl. R. Mas Sa’id no 6, Sedagaran, Sedayu, Gresik 61153 Telpon (031) 3940350

    * Al-Ustadz Ahmad Kebumen
    (mukim di Kebumen)Alamat : d/a Abdullah (Kunto Wibisono), Rumah Bp. Rulin, Rt 02/XI Desa Kewarisan, Panjer (dekat pintu KA/belakang cuci mobil), Kebumen. (0287) 382255

    * Al-Ustadz Abu Najm Khotib Muwwahid
    (mukim di Ciamis, Jawa Barat)Alamat : Ponpes An-Nur Al Atsari, Kedung Kendal, Banjarsari Ciamis, Jawa Barat, HP 0815393247.

    * Al-Ustadz Assasudin
    asal Lumajang Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj,

    * Al-Ustadz Budiman
    (mukim di Cilacap)Alamat : d/a Ahmad Budiono, Jl. Urip Sumoharjo No. 202 Cilacap Jawa Tengah (0282) 543624

    * Al-Ustadz Fauzan
    (mukim di Sukoharjo) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Yayasan Darus Salaf, Jl. Raya Solo – Purwodadi, Sukoharjo, Jawa Tengah HP 08156745519kontak d/a Ahmad Miqdad, Masjid Ibnu Taimiyah, Jl. Ciptonegaran Sanggrahan Grogol Sukoharjo Solo (0271) 722357

    * Al-Ustadz Hamzah Badjerei
    (Pengajar Ma’had Darul Atsar) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Jl. Kapten Halim No.144 Gg. Banteng 1, Pasar Rebo Purwakarta, Jawa Barat. Telpon +62.264200584

    * Al-Ustadz Hannan Hoesin Bahannan
    (Owner Penerbit buku-buku Islami Pustaka Ar Rayyan). Pengajar Ma’had Darussalaf, Yayasan Darus Salaf, Sukoharjo, Jawa TengahAlamat : Jl Parang Kusuma 24 A, Sidodadi, Pajang, Solo HP +622715800518, +628155044372

    * Al-Ustadz Hariyadi, Lc
    (Mukim di Surabaya) Alumni Jami’ah Islamiyyah Medinah/Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia Alamat : Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Jl. Jojoran 1 Blok K no. 18 Telp. (031) 5921921

    * Al-Ustadz Idral Harits Abu Muhammad
    (mukim di Sukoharjo) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Yayasan Darus Salaf, Sukoharjo, Jawa Tengahkontak d/a Ahmad Miqdad, Masjid Ibnu Taimiyah, Jl. Ciptonegaran Sanggrahan Grogol Sukoharjo Solo (0271) 722357

    * Al-Ustadz Isnadi
    (mukim di Kendal, Jawa Tengah)No. HP 081325493095

    * Al-Ustadz Ja’far Sholih
    (mukim di Depok) Alamat : d/a Masjid Fatahillah Jl. Fatahillah II Kampung Curug, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Kotamadya Depok, Jawa Barat. Ma’had : +62.21 7757586

    * Al-Ustadz Jauhari, Lc
    (mukim di Boyolali) Alamat : d/a Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali.

    * Al-Ustadz Kholid
    (mukim di Petanahan, Kebumen) Pengajar Pondok Pesantren Anwarus Sunnah, Kebumen, Jawa TengahAlamat : d/a Pondok Pesantren Anwarus Sunnah, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah Telp (0287) 386154

    * Al-Ustadz Mahmud Barjeb
    (Pengajar Ma’had Darul Atsar) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Jl. Kapten Halim No.144 Gg. Banteng 1, Pasar Rebo Purwakarta. Telpon : +62.264200584

    * Al-Ustadz Mahmud
    (Pengajar Majlis Ta’lim dan Dakwah Assunnah, mukim di Malang) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Majlis ta’lim dan dakwah As Sunnah, Jl. S. Supriyadi 5F, Malang, Telpon (0341) 348833, Utsman (081803808567)

    * Al-Ustadz Marwan Irfanuddin
    (mukim di Sukoharjo)Alamat : Yayasan Ittiba’us Sunnah Sukoharjo, Tawang Rt 02 Rw 01 Weru Sukoharjo, Hp. 08179475816/ 081329035280 Jawa Tengahkontak d/a Ahmad Miqdad, Masjid Ibnu Taimiyah, Jl. Ciptonegaran Sanggrahan Grogol Sukoharjo Solo (0271) 722357

    * Al-Ustadz Muhammad Afifuddin As-Sidawi
    asal Sedayu, Gresik (Pengajar Ma’had Al Bayyinah, mukim di Gresik, Jawa Timur)Alamat : Ma’had Al Bayyinah, Jl. R. Mas Sa’id no 6, Sedagaran, Sedayu, Gresik 61153 Telpon (031) 3940350

    * Al-Ustadz Muhammad Barmim
    (Owner Penerbit buku-buku Islami Pustaka Ar Rayyan). Pengajar Ma’had Darussalaf, Yayasan Darus Salaf, Sukoharjo, Jawa TengahAlamat : Jl Parang Kusuma 24 A, Sidodadi, Pajang, Solo HP +622715800518, +628155092522Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.kontak d/a Ahmad Miqdad, Masjid Ibnu Taimiyah, Jl. Ciptonegaran Sanggrahan Grogol Sukoharjo Solo (0271) 722357

    * Al-Ustadz Muhammad Ikhsan
    (Pimpinan Ponpes Difa’ anis Sunnah Bantul, sekarang mukim di Yaman)Alamat : PP. Difa’ anis Sunnah, Bantul

    * Al-Ustadz Muhammad Irfan
    (mukim di Surabaya)Alamat : Jl. Pulo Tegalsari 8 no 40 A, Wonokromo telpon (031) 8288817 /HP 08155046204

    * Al-Ustadz Muhammad Sarbini
    (Posisi Terakhir Mudir Ponpes Minhajus Sunnah Magelang, mukim di Muntilan, Magelang) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Ponpes Minhajussunnah, Jl. Raya Jogja Magelang Km. 13 Batikan Mungkid (0293)782005

    * Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al Atsari
    Ma’had Imam Asy-Syafi’i, Indramayu, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Nurdin
    asal Magetan – rahimahullah – (Beliau telah wafat dalam sebuah kecelakaan – semoga Allah merahmatinya)

    * Al-Ustadz Nurwahid Abu Isa
    (saudara Ustadz Abu Najiyah Muhaimin) (Mukim di Semarang, Jateng)Alamat : Yayasan Al-Lu’Lu’ Wal Marjan, Bagian koordinasi ta’lim, Jl Rambutan V/11-A Semarang Telpon : (024) 8440770 Atau Abu Syafiq, Yayasan Islam Al Lu’lu’ wal Marjan Jl. Lamper Tengah Gg. V no. 22A, Telp (024) 70142785; Hp 081575280591

    * Al-Ustadz Qomar Su’aidi, Lc
    (Posisi Terakhir Editor majalah Asy Syariah, Pengajar PP. Al Atsariyah, mukim di Temanggung) Alumni Jami’ah Islamiyyah Medinah/Universitas Islam Madinah, Saudi ArabiaAlamat : d/a Farhan, Yayasan Atsariyah Kauman Gg. I No. 20, RT1/RW1, Kedu, Temanggung

    * Al-Ustadz Ridwanul Bari
    (mukim di Purbalingga, Jawa Tengah)Alamat : d/a Karang Gedang 6/III, Bukateja, Purbalingga. HP 081542952337

    * Al-Ustadz Rifa’i
    (Pengajar PP Ta’dhimus Sunnah, mukim di Solo)Alamat : PP Ta’dhimus Sunnah, Dusun Grudo RT 01/02 Grudo, Ngawi, Jawa Timur (0351) 748913, HP 0816562158.

    * Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi, Lc
    (Posisi Terakhir Mudir PP As Salafy di Jember, Jawa Timur, mukim di Jember) Alumni Jami’ah Islamiyyah Medinah/Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia

    * Al-Ustadz Suyuthi Abdullah
    Desa Pupus, Kec. Lambeyan, Magetan

    * Al-Ustadz Syaiful Bahri
    Ma’had Al-Manshuroh Kroya Cilacap

    * Al-Ustadz Tsanin Hasanudin
    Ma’had Al-Manshuroh Kroya Cilacap

    * Al-Ustadz Usamah bin Faishal Mahri, Lc
    (Pengajar Majlis Ta’lim dan Dakwah Assunnah, mukim di Malang) Alumni Jami’ah Islamiyyah Medinah/Universitas Islam Madinah, Saudi ArabiaAlamat : Majlis ta’lim dan dakwah As Sunnah, Jl. S. Supriyadi 5F, Malang, Telpon (0341) 348833, Utsman (081803808567)

    * Al-Ustadz Abu Ubaidah Ubaid
    (Alumni Ma’had As-Sunnah, Makassar dan Darul Hadits Dammaj, Yemen)
    Kab. Ponorogo, Jawa Timur.

    * Al-Ustadz Abu Maryam
    Kab. Ponorogo, Jawa Timur.

    * Al-Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Mundzir
    (Mudir Ma’had Adhwaussalaf / Alumni Darul Hadits, Dammaj)
    Bandung, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abu Yasir
    (Alumni Darul Hadits, Dammaj)
    Ma’had Adhwaussalaf, Bandung, Jawa Barat.

    * Al-Ustadz Abu Syakir Syuhada
    (Murid Asy-Syaikh Sulaiman Al-Ghusn)
    Ma’had Adhwaussalaf, Bandung, Jawa Barat.

    * Al-Ustadz Hammad Abu Mua’wiyah
    (Admin http://www.al-atsariyyah.com)
    Ma’had Al-Atsariyyah Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abu Zakariya Rizky
    (Admin http://www.al-atsariyyah.com)
    Ma’had Al-Atsariyyah Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Ali Masa’id
    Ma’had Al-Atsariyyah Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Said bin Ruslan
    Kab. Brebes, Jawa Tengah.

    * Al-Ustadz Musthofa Al-Buthony
    Pengajar di Masjid Ali bin Abu Tholib, Tegal, Jawa Tengah.

    * Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray
    Ma’had An-Nuur Al-Atsary
    Kedung Kendal, Ciamis, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Khotib Muwahhid
    Ma’had An-Nuur Al-Atsary
    Kedung Kendal, Ciamis, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Fauzan bin Abdul Karim
    Ma’had Darussalaf Al-Islamy
    Jl. Permadi RT 09/3 Pendem, Sumberlawang, Sragen, Jateng 57272

    * Al-Ustadz Abu ‘Amr Yunus
    Ma’had Darussalaf Al-Islamy
    Jl. Permadi RT 09/3 Pendem, Sumberlawang, Sragen, Jateng 57272

    * Al-Ustadz Muadz
    Ma’had Darussalaf Al-Islamy
    Jl. Permadi RT 09/3 Pendem, Sumberlawang, Sragen, Jateng 57272

    * Al-Ustadz Abdurrohim
    Ma’had Darussalaf Al-Islamy
    Jl. Permadi RT 09/3 Pendem, Sumberlawang, Sragen, Jateng 57272

    * Al-Ustadz Ukasyah
    Ma’had Darussalaf Al-Islamy
    Jl. Permadi RT 09/3 Pendem, Sumberlawang, Sragen, Jateng 57272

    * Al-Ustadz Muhammad Bashiron
    Ma’had Darussalaf Al-Islamy
    Jl. Permadi RT 09/3 Pendem, Sumberlawang, Sragen, Jateng 57272

    * Al-Ustadz Jauhari, Lc
    Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali

    * Al-Ustadz Muhammad Na’im, Lc
    … Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali

    * Al-Ustadz Muhammad Bashiron
    Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali

    * Al-Ustadz Abu Ahmad Rochmad
    Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali

    * Al-Ustadz Abu Fanny, S.Pd
    Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali

    * Al-Ustadz Samsuri, S.Pd
    Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali

    * Al-Ustadz Abu Khansa, SS
    Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali

    * Al-Ustadz Suwita, SS
    Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali

    * Al-Ustadz Budi Danar, S.Pd
    Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali

    * Al-Ustadz Taufan, SH
    Kompleks Pondok Pesantren Al-Madinah
    Jl. Mangu – Nogosari Km 4, Grenjeng, Kenteng, Nogosari, Boyolali
    * Al-Ustadz Sholehuddin
    (Alumni Dammaj) Karawang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Fachruddin
    (Alumni Dammaj) Karawang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abu Rayyan
    (Alumni Muntilan ) Karawang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abu Farhan
    (Alumni Cirebon) Karawang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abdurrohim
    (Alumni Almadinah Grenjeng) Karawang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abul Hasan
    (Alumni Yaman ) Cikarang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abdurrahman
    ( Sekarang Masih Di Yaman) Cikarang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abul Abbas
    ( Sekarang Masih Di Yaman) Cikarang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Ayip Saefuddin, Lc
    (Alumni Al-Azhar Mesir, dan pernah belajar pada
    Syaikh Muqbil Al-Wadi’i rahimahullah di Yaman)
    Ma’had Al-Ihsan Sindangkasih, Ciamis, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Saefudin Zuhri, Lc
    Pengisi rubrik Khutbah Jum’at As Syariah

    * Al-Ustadz Afandi
    (di Dammaj terkenal dengan nama Ahmad Thowil)
    Pengajar Rumah Belajar Ibnu Abbas Firdaus Esteat

    * Al-Ustadz Ibnu Sirin (alumni Yaman)
    pengajar Rumah Belajar Ibnu Abbas Firdaus Esteat

    * Al-Ustadz Muhammad Rijal, Lc
    Pengajar Ma’had Ibnu Taimiyah Sumpyuh Banyumas

    * Al-Ustadz Yuswaji, Lc
    Penerjemah buku dan pengajar Pengajar Ma’had Ibnu Taimiyah Sumpyuh Banyumas

    * Al-Ustadz Said Hasan
    Pengajar Ma’had Ibnu Taimiyah Sumpyuh Banyumas

    * Al-Ustadz Muhammad Ridwan, Lc
    Pengajar ma’had Al Manshuroh Purbalingga

    * Al-Ustadz Budiman
    sekarang tinggal di Sampang Cilacap sebagai Mudir Pondok Al Manshuroh Maos Cilacap

    * Al-Ustadz Salman
    (mukim di Denpasar, Bali)Alamat : d/a Miftahul Ulum, Jln Gunung Agung, Lingkungan Padang Udayana no 21 Denpasar (0361) 413969

    * Al-Ustadz Abdurrahman Lombok
    (Murid Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i) Ma’had Al-Imam Asy-Syafi’i
    Lombok, Nusa Tenggara Barat

    * Al-Ustadz ‘Amr bin Suroif Al-Indunisy
    Tangerang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin
    Sebelumnya berdomisili di Sorong,Irian Jaya sekarang beliau di Yogyakarta

    * Al-Ustadz Ihsan
    (Alumni Darul Hadits, Dammaj, Yaman)
    Ma’had Difa’ Anissunnah, Bantul, DIY.

    * Al-Ustadz Abdul Jabbar
    (Alumni Darul Hadits, Dammaj, Yaman)
    Berdomisili di Bantul, DIY.

    * Al-Ustadz Abu Muhammad Fadhil
    (Alumni yaman) berdomisili di Cirebon, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Abdullah Kunto
    (Tim Kerohanian Rumah Sakit Siaga Medika Banyumas, Jawa Tengah dan pengisi kajian rutin di Rumah Sakit tersebut ba’da sholat 5 waktu)

    * Al-Ustadz Abu Marwan
    Ma’had Adhwaussalaf, Bandung, Jawa Barat.

    * Al-Ustadz Ahmad Nija’
    Kab. Soreang, Jawa Barat

    * Al-Ustadz Ridwan Abu Qotadah.
    Desa Sampang, Kec. Sempor, Kebumen, Jawa Tengah

    * Al-Ustadz Ridwan, ST
    Lulusan Sihr,Yaman (Murid Syarkh Abdullah Al Mar’i) staff kerohanian Rumah Sakit Siaga Medika,Banyumas,Jawa Tengah.

    * Al-Ustadz Abdul Barr
    Mukim di Jakarta

    * Al-Ustadz Abu Ja’far Khalil Gibran
    Perumahan Kintamani RT 13/RW08 Blok E1 No. 36. Kel. Jejalen Jaya, Kec. Tambun Utara Kota Bekasi 17510

    KALIMANTAN
    * Al-Ustadz Abu Karimah Asykari
    (Posisi Terakhir : Pengajar PP. Ibnul Qayyim, mukim di Balikpapan, Kalimantan Timur) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : PP. Ibnul Qayyim Jl.Projakal Km.5,5 RT 29 No.111, Batu Ampar, Balikpapan, Kaltim (0542) 861712

    * Al-Ustadz Abdul Azis As Salafy
    Ma’had Ta’zhimus Sunnah, Jl. Gunung Lingai, Rt. 2, Samarinda., Kaltim

    * Al-Ustadz Abdul Halim
    (Pengajar PP Ibnul Qoyyim Balikpapan, Kaltim) Alumni Ponpes Minhajus Sunnah Muntilan, MagelangAlamat : PP. Ibnul Qayyim Jl.Projakal Km.5,5 RT 29 No.111, Batu Ampar, Balikpapan, Kaltim (0542) 861712

    * Al-Ustadz Abu Abdillah Al Barobisy
    (Pengajar PP Ibnul Qoyyim Balikpapan, Kaltim) Alumni Ponpes Minhajus Sunnah Muntilan, MagelangAlamat : PP. Ibnul Qayyim Jl.Projakal Km.5,5 RT 29 No.111, Batu Ampar, Balikpapan, Kaltim (0542) 861712

    * Al-Ustadz Aslam
    (Posisi Terakhir Pengajar Majlis Ta’lim Al ‘Atiq, Banjar Baru)
    Alamat : Komplek Griya Ulin Permai Jl. Nuri no. 12 Landasan Ulin Banjar Baru Banjarmasin, Kalimantan Selatan

    * Al-Ustadz Harits Abdus Salam
    (Pengajar PP Ibnul Qoyyim Balikpapan, Kaltim, mukim di Balikpapan)Alamat : PP. Ibnul Qayyim Jl.Projakal Km.5,5 RT 29 No.111, Batu Ampar, Balikpapan, Kaltim (0542) 861712

    * Al-Ustadz Kamaluddin
    (Posisi Terakhir Pengajar Majlis Ta’lim Al ‘Atiq, Banjar Baru, Kalsel)Alamat : Komplek Griya Ulin Permai Jl. Nuri no. 12 Landasan Ulin Banjar Baru Banjarmasin, Kalimantan Selatan

    * Al-Ustadz Muallim Shobari
    (Pengajar PP Ibnul Qoyyim Balikpapan Kaltim, mukim di Balikpapan)Alamat : PP. Ibnul Qayyim Jl.Projakal Km.5,5 RT 29 No.111, Batu Ampar, Balikpapan, Kaltim (0542) 861712

    * Al-Ustadz Muhammad Rifa’i
    asal Magetan (Posisi Terakhir Pengajar Majlis Ta’lim Bontang, Kaltim)Alamat : HOP 4 no 89, Komplek PT Badang LNG, Bontang, Kalimantan Timur. (0548) 557150

    * Al-Ustadz Fathul Mubarok
    (Majelis Ta’lim Khairu Ummah)
    Komplek Darul Falah Center.
    Jl. Mangkuraja No. 1A RT. 23 Tenggarong Indonesia 75513

    * Al-Ustadz Yunus Hayya
    (Alumni Darul Hadits, Dammaj)
    Bontang, Kaltim.

    * Al-Ustadz Abu Dzar
    (Murid Al-Ustadz Qomar Suaidi, Temanggung)
    Ma’had Taqribus Sunnah , Pontianak, Kalbar

    * Al-Ustadz Jabir
    (Alumni Darul Hadits Dammaj, Yaman)
    Ma’had Manarus Sunnah Pontianak, Kalbar

    * Al-Ustadz Abu Juhaifa Al-Maidani
    Sangatta dan Bengalon, Kutai Timur, Kaltim

    * Al-Ustadz Ali Abu Ahmad
    Samarinda, Kaltim

    * Al-Ustadz Abu Yasir Ridwan
    L 2 Teluk Dalam, Tenggarong Sebrang, Kaltim

    * Al-Ustadz Yahya al-Barowy
    (Alumni Ma’had As-Sunnah,Makassar)
    Mengajar dan muqim di Berau, Kal-Tim.

    * Al-Ustadz Isma’il
    (Alumni Ma’had Ibnul Qoyyim Balikpapan)
    Mengajar dan muqim di Tarakan. Kaltim bagian utara.

    SULAWESI
    * Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi
    (mukim di Makassar, Sulsel)Alamat : Mahad As-Sunnah, Jl. Baji Rupa no. 06, Makassar, Sulawesi Selatan 90224. Telpon : +6281524642464, +624115015211.

    * Al-Ustadz Khidir bin Muhammad Sunusi
    (Mudir Ma’had Tahfidzul Qur’an, Parapa, Kab. Takalar)
    Kompleks Ma’had As-Sunnah, Makassar.

    * Al-Ustadz Abdurrahim
    (mukim di Pangkep)Alamat : Jl. Wirakarya No.1-5 Minasate’ne, Pangkep, Sulsel (0410) 323855

    * Al-Ustadz Azhari Asri
    (mukim di Pangkep, Sulsel) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Jl. Wirakarya No.1-5 Minasate’ne, Pangkep, Sulsel (0410) 323855

    * Al-Ustadz Muhammad
    (Mukim di Pangkep)Alamat : Jl. Wirakarya No.1-5 Minasate’ne, Pangkep, Sulsel (0410) 323855

    * Al-Ustadz Chalil
    (Mukim Buton, Sultra)Alamat : Jl. MH. Thamrin no. 72 Kel. Batara Guru Kec. Wolio, Buton, Telp. (0402)22452d/a Abdul Jalil, Yayasan Minhaj Al Firqotun Najiyah , Jl. Betoambari lrg. Pendidikan No. 155c, Bau-Bau, Sultra (0402) 24106 HP. 081 643163668

    * Al-Ustadz Adnan
    (Mukim di Manado, Sulut)Alamat : Menado, Sulawesi Utara. HP 08152309777

    * Al-Ustadz Luqman Jamal, Lc
    (Alumni Jami’ah Islamiyah, Madinah, Mudir Ma’had Tanwirussunnah)
    Panciro, Kab. Gowa, Sulsel

    * Al-Ustadz Mustamin bin Musaruddin
    (Pengajar di Ma’had As-Sunnah)Alamat : Mahad As-Sunnah, Jl. Baji Rupa no. 06, Makassar, Sulawesi Selatan 90224.

    * Al-Ustadz Shobaruddin
    Perum Ikhwah Salafy, Ma’had Putri As-Sunnah. Panciro, Gowa.

    * Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc
    Kompleks Ma’had Tanwirussunnah
    Panciro, Kab. Gowa, Sulsel

    * Al-Ustadz Sanusi Daris
    Perum Ikhwah Salafy, Ma’had Putri As-Sunnah. Panciro, Gowa.

    * Al-Ustadz Nashr bin Abdul Karim. Lc
    Perum Ikhwah Salafy, Ma’had Putri As-Sunnah. Panciro, Gowa.

    * Al-Ustadz Ali Kendari
    Perum Ikhwah Salafy, Ma’had Putri As-Sunnah. Panciro, Gowa.

    * Al-Ustadz Aliyaddin
    Perum Ikhwah Salafy, Ma’had Putri As-Sunnah. Panciro, Gowa.

    * Al-Ustadz Amrulloh
    Perum Ikhwah Salafy, Ma’had Putri As-Sunnah. Panciro, Gowa.

    * Al-Ustadz Ibnu Yunus
    (Mudir Ma’had Al-Ihsan)
    Kab. Gowa, Sulsel.

    * Al-Ustadz Nashrul Haq
    Ma’had Al-Ihsan
    Kab. Gowa, Sulsel.

    * Al-Ustadz Hasan Rosyid, Lc
    (Mudir Ma’had Minhajussunnah)
    Kendari, Sultra.

    * Al-Ustadz Arif bin Abdurrazzaq
    (Alumni Darul Hadits Syihr, Yaman)
    Berdomisili di Sidrap dan Makassar

    * Al-Ustadz Abu Muhammad Fauzan Al-Kutawy
    (Alumni Ma’had As-Sunnah, Makassar) Kompleks Ma’had Tahfidzul Qur’an “As-Sunnah” Jl. A. Pannyiwi Dusun II Labempa Desa Kanie Kec. Maritengngae, Kab. Sidrap, Sulsel 91600

    * Al-Ustadz Rahmat Hidayat
    (Alumni Ma’had As-Sunnah, Makassar dan Murid Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad) Kompleks Ma’had Tahfidzul Qur’an “As-Sunnah” Jl. A. Pannyiwi Dusun II Labempa Desa Kanie Kec. Maritengngae, Kab. Sidrap, Sulsel 91600

    * Al-Ustadz Hudzaifah Abu Khodijah
    (asal palembang) Domisili terakhir di Kab. Sidrap, Sulsel.

    * Al-Ustadz Ahmad bin Abdul Hafid Al-Bugisy
    (Alumni Ma’had As-Sunnah, Makassar) Jl. Gabus (Seb. Barat Masjid Al-Mujahidin)
    Pinrang, Kab. Pinrang, Sulsel.

    * Al-Ustadz Sanusi Al-Bugisy
    Kab. Pinrang, Sulsel.

    * Al-Ustadz Musaddad Al-Kutawy
    (Alumni Ma’had As-Sunnah, Makassar) Kab. Polman, Sulbar.

    * Al-Ustadz Abdul Malik Al-Buthony
    (Alumni Ma’had As-Sunnah, Makassar) Kab. Bone, Sulsel.

    * Al-Ustadz Thoriq
    (Alumni Ma’had Ibnul Qoyyim, Balikpapan) Kota Sengkang, Kab. Wajo. Sulsel

    * Al-Ustadz Rismal
    (Alumni Ma’had As-Sunnah, Makassar) Sorowako, Kab. Luwu Timur, Sulsel

    * Al-Ustadz Abu Fuad Saiful
    (Alumni Ma’had As-Salafy Jember)
    Gorontalo

    * Al-Ustadz Abu Umar
    (Alumni Darul Hadits Yaman)
    Poso, Sulawesi Tengah

    * Al-Ustadz Hariadi
    (asal Madura) Kotaraya, Kab. Parigi Moutong, Sulteng

    * Al-Ustadz Rahmat
    Mudir Ma’had Ibnu Abbas)
    Komp. Ma’had Ibnu Abbas Desa Salassae, Kab. Bulukumba

    * Al-Ustadz Romli
    Alumni Darul Feyush Yaman)
    Komp. Ma’had Ibnu Abbas Ds. Salassae, Kab. Bulukumba.

    * Al-Ustadz Abul Alyah Salman Mahmud
    (Alumni ma’had as-sunnah makassar & alumni darul hadits dammaj yaman)
    Kab. Mamuju, Sul-bar.

    * Al-Ustadz Abu Rumaisho’
    (Mukim di Kendari)Alamat : d/a Abdul Alim, Jl.Pembangunan No.12, Kel. Sanwa, Kendari (0401)32856825.

    * Al-Ustadz Lutfi Abbas
    (Alumni Darul Hadits Dammaj, Yaman)
    d.a. Kompleks Masjid Imam Muslim
    (Tahfidzhul Qur’an Hikmatussunnah) Palu, Sulteng

    * Al-Ustadz Abu Muhammad Asrul Sani
    d.a. Kompleks Masjid Imam Muslim
    (Tahfidzhul Qur’an Hikmatussunnah) Palu, Sulteng

    * Al-Ustadz Abdulloh
    (Alumni Darul Hadits Dammaj, Yaman)
    Kota Palu, Sulteng

    * Al-Ustadz Luqman Ali
    (Alumni Ma’had As-Sunnah,Makassar)
    Ma’had Tahfidz al-Qur’an As-Sunnah Parappa’, Takalar.

    * Al-Ustadz Yusuf
    (Alumni Ma’had As-Sunnah,Makassar)
    Ma’had Tahfidz al-Qur’an As-Sunnah Parappa’, Takalar.

    * Al-Ustadz Fakhruddin
    (Alumni Ma’had Umar bin Khattab, Lamongan)
    Ma’had Tahfidz al-Qur’an As-Sunnah Parappa’, Takalar.

    MALUKU DAN PAPUA
    * Al-Ustadz Abdussalam
    (mukim di Ambon, Maluku)Alamat : Yayasan Abu Bakar Shidiq, d/a Husein, BTN Kebuncengkeh, Batumerah, Ambon Maluku (0911)353780

    * Al-Ustadz Banani
    (mukim di Jambi)Alamat : d/a Suprayogi, BTN Karya Indah Blok I No. 2 Rt 42/15 Simpang 4, Sipin, Telenai Pura, Jambi (0741) 65956Alamat : Yayasan Abu Bakar Shidiq, d/a Husein, BTN Kebuncengkeh, Batumerah, Ambon Maluku (0911)353780

    * Al-Ustadz Saifullah
    (mukim di Ambon, Maluku)Alamat : Yayasan Abu Bakar Shidiq, d/a Husein, BTN Kebuncengkeh, Batumerah, Ambon Maluku (0911)353780

    * Al-Ustadz Shodiqun
    (mukim di Ambon, Maluku)Alamat : Yayasan Abu Bakar Shidiq, d/a Husein, BTN Kebuncengkeh, Batumerah, Ambon Maluku (0911)353780

    * Al-Ustadz Yasiruddin
    (mukim di Ambon, Maluku) Alumni Ponpes Murid Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i, Dammaj, Yaman.Alamat : Yayasan Abu Bakar Shidiq, d/a Husein, BTN Kebuncengkeh, Batumerah, Ambon Maluku (0911)353780

    * Al-Ustadz Ismail
    (Alumni Darul Hadits Yaman)
    Ambon, Maluku.

    * Al-Ustadz Tasyrif Al-Buthony
    Ambon, Maluku

    * Al-Ustadz Abdurrahman Riau
    (Alumni Ma’had As-Sunnah, Makassar)
    Kota Jayapura, Papua.

    * Al-Ustadz Abdulloh al-Barowy
    (Alumni Ma’had As-Sunnah dan Tanwirus Sunnah Gowa)
    Mengajar dan muqim di Timika.

    * Al-Ustadz Thamrin Al-Bugisy
    (AlumniMa’had As-Sunnah,Makassar)
    Merauke,Papua.

  74. andi said

    Assalamualaikum., Afwan akhi, ada sesuatu yg sy ingin tnyakan,, saya pernah membaca tulisan, tulisanya sperti ini

    “iblis berkata: Kau bilang Adam berdosa gara2 hasutanku? kalau begitu, atas hasutansiapa aku melakukan dosa? aku sebenarnya melakukan apa yang Dia perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada keinginan-Nya. Mau bagaimana lagi? tak ada ruang yang luput dari kuasa-Nya. Aku bukanlah tuan bagi keinginanku sendiri.

    Aku menyembah Tuhan selama 700ribu tahun! tak ada tempat yang tersisa di langit dan di bumi dimana aku tak menyembah-Nya. Setiap hari aku berkata pada-Nya, “ya Tuhan, anak keturunan adam menolak-Mu, namun Engkau tetap bermurah hati dan meninggikan mereka. Tapi aku yang mencintai dan memuja-Mu dengan pemujaan yang benar, Engkau buat jadi hina dan buruk rupa”. Aku tak ingin bersujud pada Adam dengan satu alasan yang benar karna aku tak ingin mencintai dan sujud selain pada-Mu..:iblis”

    saya agak bingung dengan prnyataan ini, seakan2 disini iblis menuntut knp manusia lbh diutamakn dr kaum mereka,.

    bagaimana menrut pandangan antum kalo hal ini dikaji brdsrkan Al-qur’an dan sunnah mengenai hakekat penciptaan manusia.,

    mohn pencerahannya ahki., Syukron.,

  75. nanank said

    Assalamualaikum,,.Wr,.Wb.,
    afwan ,, akhi., ana seorang tulab yang masi sangat dho’if dalam pemahaman agama, dan mash prlu bnyk bljr,,
    ana skrg sedang bljar mndalami manhaj Ahlussunnah,, namun bgtu bnyk prbandingan2 yg kadang mmbingungkan,,
    trutama yg sring ana dptkan syubhat2 dr golongan syiah, kbtulan ana jg sring bc2 d.blog2 intrnet sbgai bhan perbandingan ana.,
    ada satu yg ana dapatkan tulisan sperti ini yg menyatakan bahwa selain Rasulullah ada jg org yg ma’sum yaitu imam Husain
    Bukti dari Kema’sumannya adalah dr hadist2 brkt: “Jabir bin Abdillah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang ingin melihat penghulu ahli surga, maka hendaknya ia melihat Husain bin Ali.” Abu Hurairah meriwayatkan: “Aku pernah melihat Rasulullah saw. Sedang menggendong Husain as., Sembari berkata, ‘Ya Allah, sungguh aku mencintainya, maka cintailah dia.'” Ya’la bin Murrah meriwayatkan: “Kami pergi bersama Rasulullah untuk menghadiri undangan makan. Di suatu gang, kami melihat Husain as. Sedang bermain-main. Ia mendekatinya seraya membentangkan kedua tangannya. Husain as. Berlari kesana kemari sampai membuatnya tertawa, sampainya berhasil menangkapnya. Kemudian Rasulullah meletakkan satu tangannya di bawah dagu Husain dan tangan yang lain di atas kepalanya. Rasulullah mencium-ciumnya. Ia bersabda, ‘Husain dariku dan aku darinya. Allah mencintai orang yang mencintai Husain. Husain adalah salah satu cucuku. ‘” Hadis tersebut melukiskan betapa Rasulullah saw. memiliki hubungan yang sangat mendalam dengan Husain as. Maksud ungkapan hadits “Husain adalah dariku” bukan hubungan nasab antaranya dan Husain as. Karena hal ini sudah jelas, dan tidak ada gunanya diungkapkan lagi. Tetapi maksudnya adalah lebih dalam dari itu. Yaitu Husain as. mengemban risalah dan misi Rasulullah saw. untuk memperbaiki dan membangun sebuah masyarakat insani dan mengangkat martabat mereka. Maksud sabda Rasulullah saw. “Dan aku dari Husain” adalah, bahwa segala pengorbanan yang akan dihaturkan oleh Husain as. pada masa mendatang di jalan Islam ketika musibah dan keterasingan menimpanya sehingga pengorbanan itu menjadi urat nadi kehidupan di sepanjang sejarah benar-benar merefleksikan bahwa Rasulullah saw. dari Husain. Hal itu lantaran Husain as. adalah pembaharu dan penyelamat agamanya dari kejahatan penguasa lalim yang selalu bertindak untuk menghancurkan Islam dan berusaha menghidupkan kembali tradisi jahiliah. Melaui pengorbanan itu, Imam Husain as. telah berhasil menghancurkan taktik Bani Umayyah dan menyelamatkan kaum muslimin dari kejahatan dan kezaliman mereka. Salman Al-Farisi meriwayatkan: “Aku pernah menjumpai Rasulullas saw., Sedangkan Husain bin Ali berada di atas pahanya. Ia mengecup bibirnya seraya bersabda, ‘Engkau adalah penghulu putra penghulu, imam putra seorang imam, saudara seorang imam, dan ayah para imam. engkau adalah hujjah Allah putra seorang hujjah Allah dan ayah sembilan argumen dari keturunanmu. Yang kesembilan adalah Imam Mahdi as.'”

    jd bgmana menrut antum hadist2 tersebt, itu adalah tulisan yg sy bc dr seseorang,, apakah benar shahih, dan apakah makna hadist itu benar adanya., kalau tidak, sperti apakah makna sbenarnya,, krna stahu ana hanya Rasulullah lah yg ma’sum ,boleh diambil smw perkataannya.,

    ,. mohon penjelasannya akhi., syukron katsiran.,

  76. Yessy said

    Assalammualaikum ^_^…sepertinya antum benar-benar kaum ahlussunnah….

    Waaalikumussalam Warohmatulloh Kepastian hanya ditangan Allohu Aza Wajala, Kami sedang berusaha meniti manhaj Ahlu Sunnah Waljamaah.

  77. lasykar said

    tanya, kalau pendapat yang tidak sesuai salafi di delete apa tidak?

    Abu Amin Cepu Jawab:

    Kalau antum yang budiman punya pendapat yang menyelisihi salafi , yang benar harus antum hapus dari benak antum segera, karena para ulama salafy berkata :

    باب الركوب على الدابة الصعبة والفحولة من الخيل وقال راشد بن سعد كان السلف يستحبون الفحولة لأنها أجرى وأجسر

    Rasyid bin Sa’d berkata, “Dahulu para Salaf menyukai kuda jantan yang ia lebih tangkas dan lebih cepat.

    Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani Syafi’iyyah Menjelaskan makna Salaf pada perkataan Rasyid bin Sa’d di atas, “yaitu dari kalangan para shahabat dan para ‘ulama setelahnya.”

    Dari penjelasan ini salafy itu dari kalangan para shahabat dan para ‘ulama setelahnya, Jadi kalau ada pendapat yang tidak sesuai dengan salafy maka hendaknya diluruskan dan disesuaikan dengan generasi salaf.Wallohu A’lam

  78. mouda said

    Menurut saya NU merupakan Ormas yang mengusung ajaran ahlussunnah wa al Jama’ah…. jika ente pernah Menimba Ilmu di Lembaga NU, saya rasa ente paham, NU bukan hanya organisasi keagamaan,tapi juga organisasi sosial (kemasyarakatan).
    Dari aspek NU sebagai organisasi keagamaan,Ahlussunnah wa al jama’ah Merupakan Faham yang dijadikan Ideologi keagamaan. Lalu yang ente sebut tentang tahlilan, atau bancakan 3 Hari, 7hari, Atau 100 hari atau Mitoni yang sedang hamil 7 bulanan atau membawa biji bijian yang dikalungkan Atau Hari Ulang Tahun Nabi atau mungkin membuat partai dan kelompok; itu erat kaitannya dengan NU sebagai organisasi sosial (kemasyarakatan). NU merupakan Organisasi yang sangat dekat dengan rakyat Indonesia,dalam berdakwah NU sangat toleran terhadap budaya – budaya setempat. Ngga semua warga NU menjalankan ritual2 yang ente maksud tadi, lain tempat, lain pula budaya nya. Dan NU tidak mewajibkan kepada warganya apa yang ente sebutkan di atas. Bahkan NU juga tidak mewajibkan warganya untuk mengikuti budaya tersbut.

    Dijawab Abu Amina Aljawiy
    Bismillah,
    Pada pendirian awalnya NU memang mengusung ajaran ahulu sunnah waljamaah dan pada ahkir sekarang ini antum bisa menilai sendiri bagaimanakah NU, dan mau dikemanakan NU oleh KETUANYA Yang PRO-SYIAH itu apakah NU mau dicampur adukan dengan ajaran SYIAH? antum bisa bertanya kepada KETUA NU tersebut, Dahulu ana berlepas diri dari NU karena diantaranya adanya pertanggungan jawab yang berat jika menyetujui perbuatan orang-orang semacam yang berfaham SYIAH dan yang meremehkan agama dengan bermudah mudah membuat ritual-ritual baru ditubuh NU, ana meyakini ada sebagaian orang yang masih berpegang dengan ajaran ahlu sunnah waljamaah ditubuh NU secara (tidak langsung), akan tetapi sebagian besar mereka melakukan ritual-ritual tersebut diatas yang bukan merupakan ajaran ahlu sunnah, Dan ini kenyataan yang harus antum hadapai dan perbaiki, ini membuktikan kalau ahlu sunnah jika di ikat dengan ormas kemasyarakatan maka ahlu sunnah akan menjadi sempit cakupanya, sehingga terkadang dalam pandangan orang awam dan ormas tersebut hanya mereka saja yang ahlu sunnah.

    Maka jika antum tidak merasa melakukan ritual-ritual Agama Hindu tersebut dan tidak menyelisihi Ulama salafu shalih maka semoga antum termasuk Ahlu Sunnah Biaunihi ta’ala sebagaimana perkataan ‘Abdullah bin Mas’ud Siapa Ahlu Sunnah:

    الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَك

    “Al-Jama’ah adalah apa yang mencocoki kebenaran walaupun engkau sendiri”.

    Tapi jika antum masih menyetujui apa yang dikatakan Ketua NU selalu benar (Taqlid Buta Pada Pak Kyai) dan menyetujui semua sepak terjangnya tanpa menimbang dengan ilmiah, maka ana mendoakan semoga antum mendapatkan hidayah kebenaran.

    Catatan : Sepengetahuan kami dahulu Ketua NU Sekarang ini 2012 adalah murid para ulama Ahlu Sunnah, Tapi Kami tidak mengetahui madu dari syi’ah apa yang diterimanya sehingga lisanya jahat mencerca Ulama-ulama Ahlu Sunnah Madinah dan Makah dan condong akrab dengan Negara Syi’ah. Padahal pendiri Pertama NU dan Muhammadiyah adalah murid-murid Ulama Saudi, Wahai saudaraku semua berfikirlah ilmiah dan jangan taklid buta.

    Kemudian NU yang dahulu pendirinya adalah murid para ulama saudi dan tegas dalam hukum hukum coba antum semua telaah contoh FATAWA mereka dibawah ini misalnya , ana bawakan tesk aslinya:

    Keputusan Muktamar NU kedelapan yang diadakan di Jakarta pada tanggal 12 Muharram 1352 H atau 7 Mei 1933 H tercantum fatwa yang merupakan jawaban pertanyaan yang berasal dari Surabaya sebagai berikut:

    135: ما حكم خروج المرأة لأجل المعاملة مكشوفة الوجه والكفين والرجلين هل هو حرام أو لا؟ وإن قلتم بالحرمة فهل هناك قول بجوازه لأنه من الضرورة أو لا؟ (سورابايا)

    135 Soal: Bagaimana hukumnya keluarnya wanita akan bekerja dengan terbuka muka dan kedua tangannya? Apakah HARAM atau makruh?
    Kalau dihukumkan HARAM, apakah ada pendapat yang menghalalkan? Karena demikian itu telah menjadi darurat ataukah tidak? (Surabaya).

    ج: يحرح خروجها لذلك بتلك الحالة على المعتمد والثاني يجوز خروجها لأجل المعاملة مكشوفة الوجه والكفين إلى الكوعين. وعند الحنفية يجوز ذلك بل مع كشف الرجلين إلى الكوعين إذا أمنت الفتنة.

    Jawab.: Hukumnya wanita keluar yang demikian itu HARAM, menurut pendapat yang mu’tamad, menurut pendapat lain boleh wanita keluar untuk jual beli dengan terbuka muka dan kedua telapak tangannya, dan menurut Mazhab Hanafi, demikian itu boleh bahkan dengan terbuka kakinya (sampai mata kaki-ed) apabila tidak ada fitnah.
    Keterangan dari kitab Maraqhil-Falah Syarh Nurul-Idhah dan Kitab Bajuri Hasyiah Fatkhul Qarib J. II Bab Nikah.

    Perhatikan NU dulu disana wanita muslimah DIWAJIBKAN BERCADAR karena memang begitu ajaran salafi dan ajaran Imam syafi’i, Dan sekarang antum bisa melihat sendiri bagaimana anak-anak santri wati NU sekarang dikemanakan cadarnya ? antum juga melihat putri mahkota NU bagaimana pakaian muslimahnya? Wahai Ahkiy inilah nasehat untuk antum semua,

    1.Betapa banyak orang orang awam NU yang tidak mengerti tentang ini bahkan ada ibu-ibu yang (belum faham) terkadang berkata salah dengan mengatakan “ITU YANG BERCADAR ITU TERORIS DAN SEBAGAINYA”
    2.Banyak orang orang jahil yang tidak mengenal agama(kyai palsu tukang adu domba kaum muslimin) mengatakan kalau tidak tahlilah dll berarti harus diberantas, dimusuhi, padahalal kalau perkataan ini dibalik kepada mereka yang mengatakan itu alangkah kasihanya mereka karena kesalahanya ini, MISAL KALAU ANA KATAKAN IMAM SYAFI’I TIDAK TAHLILAN (dan memang beliau tidak tahlilah) ANA TAKUT ANTUM MENGATAKAN IMAM SYAFI’I HARUS DIBERANTAS, KALAU ANA KATAKAN IMAM NAWAWIY TIDAK DITERIMA MENGIRIM BACAAN ALQURAN (dan memang beliau tidak melakukanya) ANA TAKUT ANTUM SEMUA KATAKAN AJARAN IMAM NAWAWY HARUS DIBERANTAS, AHKIY BERFIKIRLAH YANG ILMIAH.Semoga keadilah dianugerahkan kepada dada antum semua.
    3.Jika ana katakan imam hambali membid’ahkan qunut subuh ana takut antum semua berkata ITU IMAM HAMBALI MEMBI’DAHKAN IMAM SYAFI’I, ini perlunya membekali dakwah dengan ilmu dan lapang dada serta merujuk kepada yang lebih kuat dalilnya.

    Sebagai tambahan buat antum semua dengarkan bantahan saudara kami Al Ustadz Sofyan Chalid dalam menaggapi ucapan KETUA NU tersebut :

    Download rekaman Bedah Buku Salafy Antara Tuduhan dan Kenyataan bantahan terhadap buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi-Wahabi di Ma’had An-Nur Al-Atsary, Ciamis.
    Pemateri: Al-Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray: Penulis Buku: SALAFI, ANTARA TUDUHAN & KENYATAAN (Bantahan terhadap buku: “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi”: Karya “Syaikh Idahram” )
    Beliau Juga (Al-Ustadz Sofyan hafizhahullaah) adalah: Murid dari Asy Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad: Ahli Hadits Kota Madinah – Saudi Arabia.
    Rekaman ini merupakan bedah buku yang pertama sebelum bedah buku yang dilaksanakan di Masjid Tijanul Anwar, Jalan Suryakencana 31 Kota Sukabumi pada hari Ahad tanggal 4 Maret 2012 yang lalu.

    Pada Link Dibawah ini:

    https://abuamincepu.wordpress.com/2012/04/01/download-rekaman-mp3-beadh-buku-salafy-antara-tuduhan-dan-kenyataan-kajian-ini-bermanfaat-bagi-saudaraku-yang-mau-bersikap-ilmiah-bukan-sekedar-menjadi-muslim-yang-hanya-ikut-ikutan/

    Allohu A’lam Bishowab

  79. Anonim said

    Ust,sy ingin bertanya,sy masih bingung pengertian dr bid’ah,krn sy pernah mendengar ada bid’ah yg sesat dan bida’h yg baik. Apakah bid’ah itu mencakup seluruh aspek dalam kehidupan atau hanya dalam agama saja?

    Dijawab Abu Amina Aljawiy:
    Bismillah,
    Waalaikumusalam Warohmatullloh,

    1.Kalau yang dimaksudkan Bid’ah hasanah(Baik) itu adalah membuat Tata cara dan menetapkan peribadatan yang baru maka semua ini adalah bid’ah yang Dholalah (Menyimpang) Sebagaimana Sabdanya:

    و قال صلى الله عليه و سلم : “أوصيكم بتقوى الله عز و جل و السمع و الطاعة و إن تأمر عليكم عبدٌ حبشيٌ، فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بها و عضوا عليها بالنواجذ ، و إياكم و محدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، و كل بدعة ضلالة ، و كل ضلالة في النار” (رواه النسائي و الترمذي و قال حديث حسن صحيح)

    Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. (Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena semua perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, Sedang setiap bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).”HR. Nasa’i dan At-Tirmi-dzi, ia berkata hadits hasan shahih).

    2.Kalau yang dimaksudkan Bid’ah hasanah itu adalah melakukan perbuatan yang baru dijalankan di masa kini dan sudah dicontohkan Rosul Sholollohualaihi Wassslaam maka ini adalah bid’ah Hasanah (Secara Bahasa) artinya amalan tersebut sudah dicontohkan Rosul Sholollohualaihi Wassalam DAHULU tapi pada masa SEKARANG belum dikerjakan, SEMAKIN GAMBLANG sebagaimana perkataan ‘Umar bin al-Khaththab Radhiallohuanhu ,“Sebaik-baik bid’ah adalah ini (tarawih berjamaah).” PADAHAL TARAWIH BERJAMAAH SUDAH DISUNNAHKAN/DIKERJAKAN ROSUL DAHULU: Perhatikan kisah dibawah ini:

    عَنْ عَبْدِالرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِي اللَّه عَنْهم لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ. فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ. فَقَالَ عُمَرُ: إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ. ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ. قَالَ عُمَرُ: نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنِ الَّتِي يَقُومُونَ. يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ.
    Dari ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd al-Qari, dia berkata: Pada satu malam di bulan Ramadan aku keluar bersama dengan ‘Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anh ke masjid. Di dapati orang ramai sholat terpisah, . Ada yang sholat sendirian, ada pula yang sholat dan sekumpulan (datang) mengikutinya. ‘Umar berkata: “Jika aku kumpulkan mereka pada seorang imam adalah lebih baik.” Kemudian beliau melaksanakannya maka dikumpulkanlah mereka dengan (diimami oleh) Ubai bin Ka‘ab. Kemudian aku keluar pada malam yang lain, orang ramai mengerjakan sholat dengan imam mereka (Ubai bin Ka‘ab). Berkata ‘Umar: “Sebaik-baik bid‘ah adalah perkara ini, sedangkan yang mereka tidur (solat pada akhir malam) lebih dari apa yang mereka bangun (awal malam) (lihat Shahih al-Bukhari – hadith no: 2010 (Kitab Solat Tarawih, Bab keutamaan orang yang beribadah pada malam Ramadhan) dan al-Muwattha’ (الموطأ) al-Imam Malik – hadith no: 231 (Kitab seruan kepada sholat, Bab apa yang berkenaan solat pada malam Ramadhan)) .

    Maka dari sini bisa kita simpulkan TIDAK ADA BID’AH HASANAH, Karena Rosul Sholollohualaihi Wassalam Bersabda :

    كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلاَةٌ
    “Semua bid’ah itu adalah sesat.”
    dan Rosul Sholollohualahi Wassalam tidak mungkin menyelisihi sabdaNya sendiri sebagaimana diatas. Walaupun Sahabat Umar Mengatakan Bi’dah Hasanah Maka Kita kaum muslimin mempunyai satu pedoman; kita tidak boleh mempertentangkan sabda Rasulullah dengan pendapat siapa pun juga (selain beliau). Tidak dibenarkan kita membenturkan sabda beliau dengan ucapan Abu Bakr, meskipun dia adalah orang terbaik di umat ini sesudah Nabi Muhammad Sholollohualaihi Wassalam, atau dengan perkataan ‘Umar bin al-Khaththab , ataupun yang lainnya. Karena Alloh Berfirman Allah :
    يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌۭ
    “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-Hujurat: 1) Perhatikan Asbabul Nuzul Ayat ini dalam tafsir ibnu katsir asyafi’i yaitu kisah Abu Bakar dan Umar Rodhiallohu anhuma yang mendahului Rosululloh ketika pemilihan ketua kabilah bani tamim..

    3.Bid’ah Yang dimaksud dalam hadits hadits nabi sholollohualaihi wassalam adalah yang berkaitan dengan AGAMA.

    Wallohu A’lam Bishowab.

  80. Anonim said

    I like..

    Walhamdulillah

  81. jo said

    INGAT!!! yang pecah bukan AGAMA ISLAM akan tetapi UMAT ISLAM!!!! jangan sampai salah faham…. coba di teliti lagi……

    Tidak bisa dipisahkan antara Islam dan Umat Islam, jadi hakikatnya sama dan itu kenyataan yang harus dihadapi dengan kembali kepada wasiat Rosul Sholollohualaihi wassalam dan para sahabatnya serta ulama salafu shalih.Insyalloh

  82. noer said

    alhamdulilah dengan adanya uraian di atas saya makin paham…….! jelas akan meninggalkan hal-hal ubudiyah yang tak dicontohkan Rosululloh

    Walhamdulillah, Semoga Alloh anugerahkan keistiqomahan ilmu dan amal bermanfaat buat antum.

  83. Anak Adam said

    Ass wr wb. Mohon pencerahannya Ustadz. Bahasan di blog ini sangat bermanfaat. Hanya saja ada yg ingin saya tanyakan. Selama ini yg saya lihat2 di TV (media yg kebanyakan orang bisa akses), rata2 ustadz dan ustadzah koq lebih banyak yg sefaham dengan ajaran NU. Belum pernah saya melihat ada Ustadz dari faham Ahlus sunnah wal jamaah. Kalau memang ini suatu kebenaran kenapa Ustadz2 ahlus sunnah wal jamaah tidak syiar islam lewat TV. Agar banyak orang yg seperti saya ini bisa memperoleh ilmu yang benar. Kalau memang sdh ada, mohon ditunjukkan siapa saja Ustadz yg di TV yg alirannya ahlus sunnah wal jamaah.

    syukron.

    Dijawab Abu Amina Aljawiy :
    Bismillah
    Waalaikumussalam Warohmatulloh, Kenapa para asatidz Salafy ahlu sunnah tidak mendakwahkan islam lewat TV komersial yang ada di indonesia ada beberapa alasan diantaranya :

    1.Karena Kezuhudan dan Kewara’anya sehingga menjauh dari ketenaran, sebagaimana para salafu shalih melakukanya perhatikan kisah ini : Dari Al-Hasan, salah seorang murid Ibnul Mubarak, katanya: “Pada suatu hari aku bepergian bersama Ibnul Mubarak. Lalu kami mendatangi tempat air minum di mana manusia berkerumun untuk mengambil airnya. Ibnul Mubarak mendekat untuk minum. Tidak ada seorangpun yang mengenalnya sehingga mereka mendesak dan menyingkirkannya. Ketika telah keluar, berkatalah ia kepadaku, ‘Inilah kehidupan, yaitu kita tidak dikenal dan tidak dihormati. ’ Ketika di Kufah, kitab manasik dibacakan kepadanya, hingga sampai pada hadits dan terdapat ucapan Abdullah bin Al-Mubarak (Ibnul Mubarak, red) dan kami mengambilnya. Ia berkata, ‘Siapa yang menulis ucapanku ini?’ Aku katakan, ‘Penulis.’ Maka ia mengerik tulisan itu dengan jari tangannya hingga terhapus, kemudian berkata, ’Siapakah aku hingga ditulis ucapannya?’.” (Shifatush Shafwah, 5/135)

    2.Menghindari dakwah campur aduk antara yang haq dan batil, karena Rob kita berfirman:
    وَلَا تَلْبِسُوا۟ ٱلْحَقَّ بِٱلْبَٰطِلِ وَتَكْتُمُوا۟ ٱلْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
    Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui, QS.Albaqoroh ayat 42

    Antum bisa memperhatikan banyaknya: campur aduk laki laki perempuan, bahkan ada aurot perempuan terbuka atau berjabat tangan dengan perempuan, dan sejenisnya, maka antum bisa memeprhatikan mana mungkin para penganut manhaj salafy melakukan ini, melainkan hanya orang-orang yang menginginkan dunia saja,dan memang TV itu dibangun diatas bisnis maka secara umum didalamnya semua bisnis dunia.

    3.Berkenaan hukum gambar baik video, sebagian ulama berpendapat harom dan sebagian membolehkan jika diatas kemaslahan, sebagaimana sabdanya :

    Dari ‘Aisyah رضي الله عنها:
    دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي الْبَيْتِ قِرَامٌ فِيهِ صُوَرٌ فَتَلَوَّنَ وَجْهُهُ ثُمَّ تَنَاوَلَ السِّتْرَ فَهَتَكَهُ وَقَالَتْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُصَوِّرُونَ هَذِهِ الصُّوَرَ
    “Rasulullah صلى الله عليه وسلمmasuk kepadaku dan dalam rumah terdapat sebuah kain tipis, padanya gambar (makhluk bernyawa).Maka berubahlah rona wajah Rasulullah صلى الله عليه وسلم (ketika melihat gambar tersebut) kemudian beliau meraih kain itu dan merobeknya. ‘Aisyah berkata: “Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sesungguhnya diantara orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang membuat gambar seperti ini.” (HR. Bukhari)

    Dari Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما:
    أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا رَأَى الصُّوَرَ فِي الْبَيْتِ لَمْ يَدْخُلْ حَتَّى أَمَرَ بِهَا فَمُحِيَتْ وَرَأَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ عَلَيْهِمَا السَّلَام بِأَيْدِيهِمَا الْأَزْلَامُ فَقَالَ قَاتَلَهُمْ اللَّهُ وَاللَّهِ إِنْ اسْتَقْسَمَا بِالْأَزْلَامِ قَطُّ
    “Bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلمketika melihat beberapa gambar dalam sebuah rumah beliau enggan masuk, sampai beliau memerintahkan gambar tersebut dihapus. Dan Beliau صلى الله عليه وسلم berkata tatkala melihat gambar Nabi Ibrahim عليه السلام dan Nabi Ismail عليه السلامmemegang Azlam (alat untuk mengundi nasib): “Semoga Allah membinasakan mereka (yang membuat gambar kedua nabi ini). Demi Allah tidaklah Ibrahim dan Ismail pernah sekalipun menggunakan alat ini.” (HR. Bukhari)

    4.Kemungkinan terbesar karena TV komersil bertujuan mendapatkan perhatian para pemirsa sebanyak-banyak nya maka, yang ditampilkan ustadz ustadz yang plin plan kalau kata pepatah ” yang penting bapak senang” atau “asal kebanyakan pemirsa senang” dan kita memahami agama ini bukan hanya untuk menyenangkan manusia saja tapi apakah kesenangan tadi berada diatas alhaq apa tidak?, PLIN PLAN INI ADALAH PILIHAN PAHIT BAGI SANG USTDAZ YANG CERAMAH DI TV yaitu kalau dia jujur besok pasti tidak dipakai lagi dan kantongpun kempis ahkirnya mereka seperti bunglon yang berubah ubah warna.Semoga Alloh Ta’ala memeberi hidayah kebenaran kepada mereka.

    Demikian beberapa alasan dan ada banyak faktor lainya, Wallohu A’lam Bishowab

  84. Anonim said

    ada satu hal perlu dikoreksi buat antum akh. mengenai tulisan antum ttg “hadis shohih yang dishahihkan oleh albani. ingat akh, meskipun kelompok yang mengaku salaf mengatakan albani almuhadast,kalaupun itu benar maka tetap saja beliau bukan perawi hadist, jadi sanadnya dari mana ?, seharusnya antum tulis hadist shohih dari bukhari, muslim atau dari perawi yang lain.wallahu alam

    Jazakallohu Khoiron, Ahlu sunnah tidak mungkin menafikan Imam Bukhariy, Imam Muslim atau yang lainya dari Imam Ahlu Hadits, Mungkin hanya orang yang belum tau dan tidak mau tau saja yang enggan menyebutkan di shahihkan Albaniy , karena memang kami menukil dari perincian keterangan kitab beliau maka kami mencantumkanya, yang terkadang tidak kami temukan pada kitab-kitab klasik yang selengkap keterangan beliau dalam rincianya maka kami menulis “shahih karena rincian beliau”, Karena kemudahan zaman sekarang ini dalam pengumpulan manuskrip dari berbagai imam ahlul hadits baik rincian sanad dan matanya.Wallohu A’lam Bishowab

  85. Edgar Davis said

    Artikel nya sangat bermanfaat ustad ..
    saya juga mau bertanya , apakah orang orang yang membuat agama terpecah pecah itu akan berdosa besar ? dan mengapa allah tidak memusnahkan orang orang (yang memecah agama ) itu ?
    terimakash ustad, mohon jawabnnya.. assalamualaikum

    Dijawab Abu Amina Aljawiy
    Bismillah Assalamualaikum Warohmatulloh,

    1.Orang-orang yang memecah belah agama menjadi berkelompok-kelompok yang hizbiyah, maka itu berdosa besar bahkan para ulama memasukanya dalam kelompok Syirik Kecil dan Syirik Kecil adalah dosa besar melebihi dosa-dosa besar lainya, yaitu Kesyirikan dalam amal dakwah, yaitu mereka jika berbangga bangga dengan kelompok atau golonganya dalam berdakwah (bukan berdakwa kepada Alloh Ta’ala) sebagaimana firmaNya:

    وَلَا تَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًۭا ۖ كُلُّ حِزْبٍۭ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
    dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka, QS.Arum ayat 31-32

    2.Kenapa Orang yang memecah belah agama tidak dibinasakan Oleh Alloh Aza Wajalla, maka sebagaimana Alloh Ta’ala menerangkan hendak menguji antara mereka manusia satu dengan yang lainya siapa yang mau kembali kepada apa yang Alloh Turunkan dan yang berlomba dalam kebaikan sebagaimana firmanya :

    وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّۢ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةًۭ وَمِنْهَاجًۭا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًۭا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
    Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,QS.Almaidah ayat 48.

    Maka dapat diketahuai disini bahwasanya Alloh mengingkan dalam Ketetapan Sya’ri nya supaya manusia kembali kepada jalan yang terang yang dibawa Nabi Muhammad Sholollohualihi Wassalam Dan Sesuai dengan FirmaNya Pula :

    يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍۢ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌۭ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.QS.Anisa ayat 59.

    Allohu Ta’ala A’lam Bishowab Wallohul Muwafiq.

  86. ambia alexander said

    katanya ahlulsunnah waljamaah, tapi kok dalam sebutan tuhan dengan alloh, mestinya kan allah. nabikan menyebut tuhan yaitu ALLAH tapi bukan ALLOH. hal hal sepele jangan di remeh kan dong. kalau memang mengikuti sunnah rasul berarti dalam ucapan pun ya mesti sama dong sepert yang rasul ucapkan, rasul kan menyebut allah, bukan ALLOH, kan beda A dengan O. islam amerika menyebut allah, islam jerman menyebut allah, di negara cina juga menyebut allah, malah islam di indonesia ada yang menyebut ALLOH. hal hal sepele ini lah yang harus di luruskan juga.

    Ahksan, antum belajar ilmu tajwid, semoga Alloh menambah ilmu dan amal antum.

  87. ustadz rahman said

    ahlussunah wal jamaah bukan berarti orang NU saja.ka tapi yg dinamakan orang yg ahlussunah wal jamaah adalah orang yg sesuai dg perilaku dan ucapan nabi muhammad saw.andaikan ada orang yg mengaku golongan ahlussunah wal jamaah tapi perilaku dan ucapan jauh dari perilaku dan ucapan nabi muhammad maka tidak bisa dikatakan orang yg di sebut ahlussnah wal jamaah.siapa saja yg perilaku dan ucapannya sesuai dg yang di ajarkan rasul itulah 0rang yg termasuk golongan ahlussunah wal ja maah.

    Insyallohu

  88. mukhlis said

    ustad ana mau nanya tentang doa dan dzikir sholat fardhu,,
    tolong beri penjelasannya… trimakasih 🙂

    Walikumussalam Warohmatulloh :

    Urutan Dzikir-dzikir Setelah Salam dari Shalat Wajib Yaitu :

    1. Membaca:

    أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

    “Aku meminta ampunan kepada Allah (tiga kali). Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang selamat dari kejelekan-kejelekan, kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan) dan dari-Mu as-salaam (keselamatan), Maha Berkah Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik.” (HR. Muslim 1/414)

    2. Membaca:

    لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

    “Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menolak terhadap apa yang Engkau beri dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tolak dan orang yang memiliki kekayaan tidak dapat menghalangi dari siksa-Mu.” (HR. Al-Bukhariy 1/255 dan Muslim 414)

    3. Membaca:

    لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

    “Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah dan kami tidak beribadah kecuali kepada Allah, milik-Nya-lah segala kenikmatan, karunia, dan sanjungan yang baik, tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, kami mengikhlashkan agama untuk-Nya walaupun orang-orang kafir benci.” (HR. Muslim 1/415)

    4. Membaca:

    سُبْحَانَ اللهُ

    “Maha Suci Allah.” (tiga puluh tiga kali)

    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ

    “Segala puji bagi Allah.” (tiga puluh tiga kali)

    اَللهُ أَكْبَرُ

    “Allah Maha Besar.” (tiga puluh tiga kali)

    Kemudian dilengkapi menjadi seratus dengan membaca,

    لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

    “Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

    “Barangsiapa mengucapkan dzikir ini setelah selesai dari setiap shalat wajib, maka diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim 1/418 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

    Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada dua sifat (amalan) yang tidaklah seorang muslim menjaga keduanya (yaitu senantiasa mengamalkannya, pent) kecuali dia akan masuk jannah, dua amalan itu (sebenarnya) mudah, akan tetapi yang mengamalkannya sedikit, (dua amalan tersebut adalah): mensucikan Allah Ta’ala setelah selesai dari setiap shalat wajib sebanyak sepuluh kali (maksudnya membaca Subhaanallaah), memujinya (membaca Alhamdulillaah) sepuluh kali, dan bertakbir (membaca Allaahu Akbar) sepuluh kali, maka itulah jumlahnya 150 kali (dalam lima kali shalat sehari semalam, pent) diucapkan oleh lisan, akan tetapi menjadi 1500 dalam timbangan (di akhirat). Dan amalan yang kedua, bertakbir 34 kali ketika hendak tidur, bertahmid 33 kali dan bertasbih 33 kali (atau boleh tasbih dulu, tahmid baru takbir, pent), maka itulah 100 kali diucapkan oleh lisan dan 1000 kali dalam timbangan.”

    Ibnu ‘Umar berkata, “Sungguh aku telah melihat Rasulullah menekuk tangan (yaitu jarinya) ketika mengucapkan dzikir-dzikir tersebut.”

    Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana dikatakan bahwa kedua amalan tersebut ringan/mudah akan tetapi sedikit yang mengamalkannya?“

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syaithan mendatangi salah seorang dari kalian ketika hendak tidur, lalu menjadikannya tertidur sebelum mengucapkan dzikir-dzikir tersebut, dan syaithan pun mendatanginya di dalam shalatnya (maksudnya setelah shalat), lalu mengingatkannya tentang kebutuhannya (lalu dia pun pergi) sebelum mengucapkannya.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud no.5065, At-Tirmidziy no.3471, An-Nasa`iy 3/74-75, Ibnu Majah no.926 dan Ahmad 2/161,205, lihat Shahiih Kitaab Al-Adzkaar, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy 1/204)

    Kita boleh berdzikir dengan tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali dengan ditambah tahlil satu kali atau masing-masing 10 kali, yang penting konsisten, jika memilih yang 10 kali maka dalam satu hari kita memakai dzikir yang 10 kali tersebut.

    Hadits ini selayaknya diperhatikan oleh kita semua, jangan sampai amalan yang sebenarnya mudah, tidak bisa kita amalkan.

    Tentunya amalan/ibadah semudah apapun tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Setiap beramal apapun seharusnya kita meminta pertolongan kepada Allah, dalam rangka merealisasikan firman Allah,

    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

    “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Al-Faatihah:4)

    5. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas satu kali setelah shalat Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya`. Adapun setelah shalat Maghrib dan Shubuh dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud 2/86 dan An-Nasa`iy 3/68, lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 2/8, lihat juga Fathul Baari 9/62)

    6. Membaca ayat kursi yaitu surat Al-Baqarah:255

    Barangsiapa membaca ayat ini setiap selesai shalat tidak ada yang dapat mencegahnya masuk jannah kecuali maut. (HR. An-Nasa`iy dalam ‘Amalul yaum wal lailah no.100, Ibnus Sunniy no.121 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiihul Jaami’ 5/339 dan Silsilatul Ahaadiits Ash-Shahiihah 2/697 no.972)

    7. Membaca:

    اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

    Sebagaimana diterangkan dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua tangannya dan berkata, “Ya Mu’adz, Demi Allah, sungguh aku benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu Ya Mu’adz, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan di setiap selesai shalat, ucapan…” (lihat di atas):

    “Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud 2/86 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiih Sunan Abi Dawud 1/284)

    Do’a ini bisa dibaca setelah tasyahhud dan sebelum salam atau setelah salam. (‘Aunul Ma’buud 4/269)

    8. Membaca:

    لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

    “Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, yang menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

    Dibaca sepuluh kali setelah shalat Maghrib dan Shubuh. (HR. At-Tirmidziy 5/515 dan Ahmad 4/227, lihat takhrijnya dalam Zaadul Ma’aad 1/300)

    9. Membaca:

    اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

    “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.” Setelah salam dari shalat shubuh. (HR. Ibnu Majah, lihat Shahiih Sunan Ibni Maajah 1/152 dan Majma’uz Zawaa`id 10/111)

    Catatan untuk antum :
    1.Kesemuanya jangan dibolak-balik, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagaian kaum muslimin
    2.Tidak dikeraskan ketika membacanya
    3.Jangan hanya sekedar sebagai ritual tapi hendaknya diresapi dan diamalkan
    4.Makruh Hukumnya mensela urutan ini dengan bersala-salaman antar jamaah.
    Wallohu A’lam Bishowab

    Maraaji’: Hishnul Muslim, Syarah Riyadhus Shallihin, Dan Keterangan Asatidz Lainya.

  89. http://www.akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/mengapa-harus-bermanhaj-salaf/

  90. El-Mahboob said

    Assalamu’alaikum.
    Para Asatidz yang terhormat. Waduh kayaknya ana ketinggalan berita ni. artikel tahun 2009 ini baru ana sempet baca di tahun 2013. ana kebetulan pengen baca sampai akhir comment, tapi karena waktu ini, ana lagi agak sibuk. insya Allah ana lanjut lagi besok-besok. hanya dari beberapa coment dan jawaban yang di awal-awal seakan-akan ini adu argument antara beberapa sekte di agama kita. sebenarnya yang seperti ini saya pribadi agak malu juga kalo terbaca oleh orang-orang yang senang dengan perpecahan umat islam. tapi kalo memang ini ilmiah dan perlu diluruskan juga bersifat nafi’ saya ikut mendukung.

    saya ingin meluruskan dari judul artikel ini dulu. ahlussunah yang di bahas, adalah ahlussunah dalam aliran ilmu kalam atau ahlussunah secara “lughowi” saja? sebab kalo ahlussunah secara lughowi itu berarti pengikut sunnah dan semua sekte yang mengaku ber-Nabi-kan Muhammad pasti akan mengaku ahlussunah. Pengikut sunnah Nabi Muhammad. Karena sama-sama ingin masuk surga. dan penghuni surga sudah jelas adalah ahlussunah.

    yang berikutnya, saya membuat saya lucu, demi Allah baru hari kemarin saya menamatkan membaca buku karya Sirajuddin Abbas yang berjudul “Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’i”, Alhamdulillah. disana banyak dalil-dalil yang dikemukakan orang-orang anti madzhab beserta kesalahan pengambilan dalilnya. persis sama seperti yang dikemukakan oleh oleh Ustadz Admin. “Gimana bisa masalah kesalahan pengambilan dalil yang telah dibahas Sirajuddin Abbas pada tahun 1955 terulang kembali pada tahun super millenium tahun 2013?” Apakah saya atau siapa yang ketinggalan.

    Maslah ‘Ittiba’ dan taqlid pun dibahas disana. Jadi takut saya salah membahas, saya hanya menunjuk buku tersebut sebagai rujukan buat asatidz disini.

    Berbicara tentang tahlilan, itu bukan fatwa ulama slafussolih, tapi hasil ijtihad para wali yang menyebarkan agama islam di nusantara. sehingga al-Math’am yang dibahas ulama pada abad-abad awal hijriah belum tentu sma dengan definisi tahlil sekarang. memang bid’ah tapi bukan berarti dolalah. seperti bid’ahnya pengumpulan hadits yang semula dilarang Rasulullah SAW.

    Hadanallah Waiyyakum Aj’main

    Bismillah.
    Semoga Alloh Ta’ala menjadikan sikap adil pula untuk antum supaya membaca kitab karangan ulama sunnah dan menimbang dengan kejujuran, Masalah tahlilan antum baca kitab Al Umm Imam Syafi’i Rahimahulloh dan kami telah menjelaskan dalam bahasan khusus di homepage ini. Masalah bermadzhab juga sudah dijelaskan pula dalam jawaban artikel di homepage ini, jadi membaca kitab sirajudin abas mungkin juga sudah terlalu kholaf/ahkir, karena dalam kitab-kitab para salaf tabi’in sudah banyak membahasnya.Afwan komentar antum mungkin lebih dipersempit maksudnya, Wallohu A’lam

  91. Agus Acim said

    o…. jadi kalau ada comment yang ga’ bisa di jawab dan terpojok ga di publish to…. ga kayak waktu mempublish ketika menjelek-jelekan NU

    Admin : Bismillah,
    Tidak ada yang terpojok disini kami luas dalam masalah dalil bukan bermudah-mudahan dengan penyusup syiah serta dalam berdebat dengan orang-orang tanpa ilmiah, atau melayani orang orang yang menuduh tanpa bukti / mengklarifikasi atau yang menyimpangkan bukti, demikian juga kami tidak melayani bagi pengunjung yang hanya bermain main dengan link tidak ilmiah atau sumber tidak dikenal orangnya , Semoga Sikap adil beserta anda dan demikian juga hidayah pemahaman yang benar.Bukan hanya ikut ikutan karena fanatik kelompok.

    Hendaknya Sebagai renungan anda, tidak setiap yang mengaku ahlu sunnah itu selalu benar berada diatas pengakuanya tersebut, ini berlaku bagi siapa pun, Bukan hanya NU,MUHAMADIYAH, dan ormas ormas lainya, sehingga yang menguatkan/membenarkan pengakuanya adalah bukti benarnya keyakinanya , perkataanya, dan amalnya sesuai dengan sunnah, DAN kalau anda banyak memperhatikan mereka maka akan bisa menilai dengan adil, inilah sikap adil bukan menutupi hati kita dengan fanatik buta suatu kelompok.wallohu A’lam.

  92. […] https://abuamincepu.wordpress.com/2009/07/03/ahlussunnah-wal-jamaah-siapakah-mereka/?preview=true&amp… […]

  93. alfreda said

    alfreda

    Ahlussunnah Wal Jama’ah, Siapakah Mereka? « وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

  94. corissa said

    corissa

    Ahlussunnah Wal Jama’ah, Siapakah Mereka? « وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Tinggalkan komentar